Artikel Ilmiah

PRIORITAS DALAM BERDAKWAH


Dr. H. Uril Bahruddin, MA

Saya pernah mendapat cerita tentang seorang kawan yang baru saja kembali ke kampung halamannya, setelah sekian lama pergi untuk mencari ilmu di kota lain. Setelah kembali ke kampung halamannya, seorang kawan yang memiliki semangat dakwah yang tinggi itu kemudian melakukan sejumlah perubahan dari kebiasaan yang sudah mengakar di masyarakat yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran Islam yang dipelajari selama ini. Ternyata masyarakat tidak menghendaki perubahan yang diinginkan oleh kawan tersebut, hingga dia dicaci oleh masyarakat dan pada puncaknya rumahnya dilempari batu dan diusir dari masyarakatnya.
Kawan ini pun akhirnya harus meninggalkan kampung halamannya untuk hijrah ke tempat lain. Konon ditempat yang baru, sang kawan memulai dengan penuh strategi, hingga dengan izin Allah dapat membangun sebuah pesantren yang cukup pesat perkembangannya. Masyarakat juga kebanyakan menerima dakwah yang dilakukan oleh kawan.
Ini adalah sebuah pengalaman berharga untuk dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi siapa saja yang ingin melakukan perbaikan di masyarakat. Sesungguhnya Rasulullah terlah memberikan contoh yang sangat jelas, ketika beliau mengutus sahabat Muadz bin Jabal untuk menjadi da’i di Yaman, maka baginda Rasulullah saw. membekalinya dengan sejumlah strategi dalam berdakwah. Diantaranya adalah tentang prioritas dalam melakukan perbaikan di masyarakat. Memang, kerusakan yang terjadi di masyarakat bisa jadi sudah merambah ke semua lini kehidupan, sehingga satu-satunya strategi yang harus dipilih oleh sang da’i dan tidak ada pilihan lain kecuali dengan memilih perbaikan yang paling prioritas.
Prioritas dalam memperbaiki kerusakan di masyarakat tentunya di dasarkan pada beberapa latar belakang yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Ketika masyarakat Yaman yang akan dihadapi oleh Muadz bin Jabal adalah ahli kitab, maka prioritas pertama yang kemungkinan mereka akan menerimanya adalah seruan untuk bertauhid, dengan kembali menyembah dan beribadah hanya kepada Allah saja. Betul sekali, masyarakat Yaman menerima dengan baik seruan yang disampaikan oleh da’i Muadz bin Jabal, setelah itu baru menyeru mereka untuk memperbaiki hal-hal yang lain.
Berangkat dari pengalaman Muadz menjadi da’i yang sukses di masyarakat Yaman, maka prioritas dakwah yang mungkin bisa kita teladani adalah sebagai berikut:
1. Menguatkan keimanan dalam hati. Prioritas berdakwah pada masyarakat yang telah mengenal Tuhan adalah dengan cara mengingatkan mereka dengan sejumlah tadzkirah yang dapat menggugah kembali semangat ke-Iman-an mereka. Mereka perlu mendapatkan motivasi untuk kembali mempelajari dan mendalami ajaran Islam, karena bisajadi diantara mereka ada yang lupa, tidak tahu, ragu-ragu atau malas. Sehingga penguatan ke-Iman-an menjadi prioritas dalam mendakwahi mereka. Dengan kembali memiliki Iman yang kuat, maka semangat mereka untuk ber-Islam akan semakin kuat pula.
Aqidah utama yang perlu diajarkan kepada masyarakat yang paling mendasar adalah mengingatkan masyarakat akan ke-Tuhan-an. Allah yang telah menciptakan manusia, memberi rizki dan mengatur alam semesta seharusnya Dialah satu-satunya Dzat yang wajib untuk diagungkan, ditaati, disembah dan dicintai. Setelah itu kemudian tentang keharusan mencintai dan mengikuti baginda nabi Muhammad saw., karena Allah sengaja mengutus beliau untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Dan selanjutnya masalah-masalah aqidah lainnya.
2. Prioritas dakwah kedua adalah dengan memperkenalkan masyarakat tentang syari’at Islam.
Banyak di masyarakat kita dapatkan orang yang mengaku beriman tetapi tidak mau melakukan syaria’at ibadah semacam shalat dan lain sebagainya. Setelah masalah ke-Iman-an dan syahadat seharusnya kaum muslimin dapat melakukan salah satu dari konsekwensi bersyahadat yaitu menyembah Allah dengan cara melakukan ibadah shalat. Bisa jadi ketika masyarakat tidak mau melaksanakan ibadah shalat karena memang mereka tidak mengetahui bagaimana cara pelaksanaannya.
3. Prioritas berikutnya adalah dengan memperhatikan masalah pembentukan pribadi muslim yang baik. Yaitu dengan mendidik pribadi-pribadi yang merupakan bagian dari masyarakat dengan pendidikan yang baik. Pendidikan pribadi disini juga menyangkut masalah pengembangan potensi yang dimiliki oleh setiap individu disamping menanamkan semangat pengorbanan dan menolong orang lain.
Penting juga untuk dipastikan bahwa dalam berdakwah dan melakukan perbaikan di masyarakat perlu dilakukan dengan cara kolektif. Karena itu, pribadi yang diharapkan tumbuh dari proses penempaan tarbiyah adalah pribadi yang menyadari pentingkan bekerja sama dalam masalah dakwah. Dengan demikian gerakan perbaikan masyarakat akan berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
4. Priorotas berikutnya adalah pembentukan masyakarat yang baik, yaitu masyarakat dakwah yang mampu menjadi media untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan bagi pribadi-pribadi yang tingga di dalamnya. Masyarakat yang misi hidupnya untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, interaksi indivisu-individu di dalamnya dilandasi dengan akhlak dan nilai-nilai Islam yang mulia.
Secara umum, masyarakat yang dikendaki muncul dari akibat interaksi dakwah adalah masyarakat yang menjunjung tinggi amar ma’ruf dan nahi munkar serta saling menyampaikan nasihat kebenaran dan kesabaran. Begitu juga masyarakat yang dapat dengan mudah menerapkan nilai-nilai kebenaran ajaran Islam.Salah satu contohnya adalah kemudahan untuk menikah bagi para pemuda yang sudah memasuki usia pernikahan.
Demikianlah masyarakat ideal yang kehadiranya didambakan oleh banyak orang, sehingga Allah mensifati mereka dengan sebutan khairu ummah, sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat An Nahl: 110. Wallahu a’lam.
===============
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.