Dr. H. Uril Bahruddin, MA
Bangsa Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang berpenduduk muslim terbesar, jumlah seluruh penduduk muslim di Indonesia masih lebih banyak jika dibandingkan dengan seluruh penduduk muslim di seluruh negara teluk sekalipun. Karena itulah pantas disematkan pada masyarakat yang tinggal di negeri ini sifat religius, artinya sebuah masyarakat yang berpegang teguh dengan nilai-nilai agama Islam dan berperilaku sesuai dengan ajarannya. Memang, pada kenyataannya berbagai kegiatan keagamaan banyak kita saksikan dilakukan dan diikuti oleh kebanyakan anggota masyarakat di negeri ini.
Namun, pada realitasnya juga banyak kita saksikan di masyarakat Indonesia berbagai perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mulia. Budaya korupsi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat utamanya para pemimpin dan pengambil kebijakan di negeri ini tidak henti-hentinya kita saksikan sebagai sebuah pemandangan yang menyesakkan dada setiap saat. Penipuan dan kebohongan juga sepertinya bukan hal yang tabu lagi dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Pemutarbalikan fakta itu sudah menjadi kebiasaan sebagian pemimpin negeri ini, hanya gara-gara ingin menampilkan diri sebagai pemimpin yang berhasil, mereka rela membohongi rakyat dengan berbagai penipuan yang terstuktur.
Lebih dari itu, pada puncaknya umat Islam akhir-akhir ini dengan mudah dapat dipermainkan oleh orang lain, kitab suci dinistakan dan ulama dihinakan. Kondisi ini persis seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam salah satu hadisnya:
“Akan tiba suatu saat di mana seluruh manusia bersatu padu melawan kalian dari segala penjuru, seperti halnya berkumpulnya manusia mengelilingi meja makan”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah jumlah Muslim pada saat itu sedikit?”. Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Sebab utama sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah saw. dalam hadis di atas adalah karena kebanyakan umat Islam sudah dihinggapi oleh penyakit wahn, yaitu terlalu cinta pada dunia dan banyak melupakan akhirat. Padahal seharusnya perhatian orang Islam terhadap masalah akhirat lebih banyak dibandingkan dengan masalah dunia.
Apabila kita kaji lebih dalam lagi, menurut kacamata pendidikan, ada tiga sebab utama yang membuat manusia itu dengan mudah dapat melakukan perbuatan yang tidak baik atau memiliki perilaku dan akhlak yang tercela. Tiga sebab utama itu pertama adalah karena lemahnya iman. Keimanan memegang kendali utama setiap perilaku yang dilakukan oleh manusia termasuk etika dan akhlak manusia. Semakin kokoh keimanan seseorang, akan semakin mengantarakan manusia menjadi muslim yang memiliki moral yang terpuji. Sebaliknya, jika keimanan yang dimiliki oleh manusia itu lemah, maka semakin buruk perilaku dan akhlak manusia tersebut.
Demikian hadis yang disampaikan oleh Rasulullah, bahwa: “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR Tirmidzi). Demikain pula dalam hadis yang lain, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, kecuali betul-betul ia dapat menjinakkan hawa nafsunya untuk mengikuti nilai-nilai yang karenanya aku diutus” (HR Hakim). Sementara nilai-nilai yang dibawa oleh Rasulullah saw. yang paling utama adalah nilai-nilai moral.
Sebab kedua manusia mudah memilih perilaku yang tercela adalah karena adanya lingkungan yang buruk. Dalam kajian pendidikan Islam, lingkungan sangat berpengaruh pada peserta didik. Apabila seorang anak hidup dalam lingkungan yang baik, maka besar kemungkinannya akan menjadi orang yang baik. Namun, jika ia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang buruk, maka kemungkinan besar akan menjadi orang yang buruk juga.
Sajian acara-acara di televisi adalah salah satu contoh dari lingkungan pendidikan di rumah. Apabila di sekolah, bapak dan ibu guru sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan peserta didiknya agar berakhlak yang baik, sementara orang tua membebaskan anak-anaknya untuk menikmati acara televisi yang lebih banyak mengarahkan kepada kemaksiatan, maka dapat dipastikan bahwa pengaruh lingkungan keluarga yang demikian akan lebih besar dan akan lebih mudah diikuti oleh anak-anak daripada nilai-nilai moral yang diajarkan di sekolah. Televisi bagi sebagian besar keluarga Indonesia sudah menjadi teman sejati, padahal menu acara yang disajikan lebih banyak merusak daripada membangun.
Karena itu dalam salah satu hadisnya, Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa: “Seseorang itu tergantung dengan agama temannya, maka apabila salah seorang dari kalian menilai orang lain, hendaknya melihat temannya”.
Sebab lain, yang membuat manusia mudah terpengaruh dengan kemaksiatan adalah lemahnya kontrol. Siapapun orangnya, jika diberi kebebasan dan tidak ada kontrol terhadap perilakunya, maka akan mudah diperdaya oleh syetan dan mengikuti jejaknya. Karena itu, dalam dunia manajemen dan pendidikan masalah kontrol ini menjadi bagian yang sangat penting untuk memastikan bahwa setiap nilai moral yang diajarkan kepada peserta didik betul-betul dapat diaplikasikan dengan sempurna.
Jika seseorang memiliki keimanan yang baik, maka keimanannya itu akan menjadi kontrol yang baik pula bagi dirinya. Jika seseorang hidup dalam keluarga yang baik, maka keluarganya yang baik itu akan menjadi kontrol yang efektif bagi dirinya. Demikian pula jika seseorang hidup di lingkungan masyarakat yang baik, maka masyarakat itu akan menjadi sarana kontrol yang sangat membantu untuk mengantarkan anggota masyarakatnya kepada kebaikan. Namun sebaliknya, jika kontrol pribadi, keluarga dan masyarakatnya kurang, maka dengan mudah seseorang akan mengikuti tipu daya syetan yang selalu menggiring manusia kepada kemaksiatan. Wallahu a’lam.
==============
cak,This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.