MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL KITA

Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A

Tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional. Latar belakang penetapannya adalah peristiwa berdirinya organisasi Budi Utomo yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Munculnya gerakan kebangkitan Budi Utomo itu adalah merupakan rangkaian dari usaha yang dilakukan oleh anak bangsa untuk mencapai kemerdekaan yang secara resmi diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Menkoinfo dalam sambutannya yang dibacakan oleh inspektur upacara pada peringatan hari kebangkitan nasional 20 Mei 2016 tadi pagi, menekankan kepada semua warga negara untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuhan Republik Indonesia dari berbagai ancaman yang datang dari luar seperti gerakan radikalisme dan terorisme yang akhir-akhir ini disinyalir semakin banyak terjadi di Indonesia. Untuk menyebarkan faham radikal dan teroris, menurut sambutan menkoinfo, banyak juga menggunakan media digital modern, sehingga mudah tersebar dan diikuti oleh banyak kalangan.

Bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sesungguhnya banyak sekali yang perlu dibangkitkan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik, diantaranya adalah membangkitkan spirit kita untuk mempertahankan nilai-nilai Islam yang mulai banyak ditanggalkan oleh pemeluknya, baik dalam skala pribadi, keluarga maupun dalam konteks kehidupan masyarakat bernegara.

Islam adalah identitas nasional Indonesia, karena dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia yang jumlahnya sudah melampaui 250 juta jiwa. Dalam kehidupan bernegara, agama juga sudah menjadi konsensus bersama, terlihat jelas pada sila pertama Pancasila yang menjadi dasar negara kita. Karena itulah, ide untuk menghilangkan identitas agama pada kolom Kartu Tanda Penduduk, adalah bentuk pengkhianatan terhadap identitas nasional dan dasar negara.

Islam adalah kebanggaan bangsa Indonesia, dengan spirit Islam, ulama kita pada zaman dahulu telah berjuang untuk mengusir penjajah yang salah satu misinya adalah menghancurkan Islam dari bumi nusantara. Dengan spirit Islam pula, bangsa ini dapat hidup rukun dan damai serta saling menghormati dan menjaga toleransi. Berbeda dengan kehidupan di Barat yang mengesampingkan nilai-nilai agama, mereka malu beragama, bahkan termasuk aib besar jika kita bertanya kepada mereka tentang agama yang dipeluknya.

Makna kebangkitan nasional bagi kita yang lain adalah membangkitkan kesadaran kita akan bahaya munculnya ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Ideologi lama yang sudah diharamkan keberadaannya di bumi pertiwi ini simbul-simbulnya mulai bermunculan kembali. Ideologi itu bukan hanya bertentangan dengan nilai-nilai agama masyarakat Indonesia, lebih dari itu akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah tertata rapi dan mengancam keutuhan NKRI.

Apakan kebiadaban mereka sudah dilupakan oleh bangsa ini? Tak terhitung jumlahnya nyawa melayang karena kebiadaban itu. Bukankah itu bentuk terorisme yang sesungguhnya?. Kesadaran nasional akan bahaya munculnya ideologi itu perlu dibangkitkan kembali melalui hari kebangkitan nasional tahun ini.

Makna lain dari kebangkitan nasional bagi kita adalah membangkitkan kesadaran untuk bekerjasama dalam hal-hal yang sudah disepakati bersama dan saling toleransi terhadap hal-hal yang belum disepakati. Dalam lingkungan institusi kerja misalnya, harus mengajak seluruh komponen untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita yang sudah disepakati bersama, semua orang yang ada dalam institusi itu memiliki kompetensi dan bisa diberdayakan, mereka harus ikut berpartisipasi dalam menyukseskan visi bersama. Apabila ada perbedaan dalam beberapa hal antara pribadi-pribadi di dalamnya, maka sikap toleransi yang harus dikedepankan. Bukan menyingkirkan orang yang berbeda dengan kita, karena perbedaan itu tidak terkait dengan visi bersama, biasanya hanya terkait dengan masalah yang tidak prinsip seperti perbedaan organisasi dan semacamnya.

Kawan…
Semoga di hari kebangkitan nasional ini kita segera menyadari akan pentingnya tetap komitmen dengan Islam, sebagai ideologi yang kita yakini kebenarannya telah terbukti menciptakan kehidupan yang indah dan damai. Kita menolak hadirnya segala bentuk ideologi yang sudah terbukti menghancurkan tatanan masyarakat kita. Bekerjasama untuk menggapai cita-cita mulia bersama adalah sebuah keharusan. Tidak ada super-man diantara kita, yang ada adalah super-tim. Terlalu lemah manusia untuk mewujudkan cita-cita besar institusi jika hanya dengan segolongan manusia saja. Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya saja manusia harus membutuhkan orang lain. Wallahu a’lam.
===============
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Add comment


Go to top