BELAJAR MENULIS

BELAJAR MENULIS

Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A

Dalam sebuah forum FGD dua pekanan, salah seorang kawan peserta bercerita tentang masyarakat Papua. Selama ini orang mempersepsi Papua itu adalah identik dengan agama tertentu yang bukan Islam, padahal sesungguhnya komunitas muslim Papua sudah mencapai angka 900.000 jiwa dari total jumlah penduduk sekitar 2.4 juta jiwa, atau 40 % dari keseluruhan jumlah penduduk Papua. 60% lainnya merupakan gabungan pemeluk agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Animisme, dan mayoritas dari yang 60% ini adalah Animisme yang tinggal di pedalaman. Data ini berbeda dengan yang ditulis kebanyakan media yang menyebutkan jumlah penduduk muslim Papua hanya 22% saja.

Islam masuk di Papua hampir bersamaan dengan masuknya Islam di Nusantara, melalui para pedagang dari Gujarat yang datang ke Bugis kemudian menyeberang ke Papua. Bukti-bukti pernah adanya beberapa kerajaan Islam di sana sampai hari ini juga bisa kita saksikan, seperti kerajaan Waigeo, kerajaan Misool, kerajaan Salawati, kerajaan Sailolof, kerajaan Fatagar dan masih banyak lagi kerajaan-kerajaan Islam yang lain. Namun mengapa sejarah Papua itu menjadi berbalik 1800?, sebab utamanya adalah karena mereka umat Islam TIDAK MENULISKAN sejarah mereka, sehingga tidak ada referensi yang bisa dijadikan sebagai rujukan bahwa Islam telah terlebih dahulu datang di bumi Papua.

Kawan…
Menulis adalah aktifitas menuangkan pikiran, ide atau gagasan dan perasaan dalam bentuk tulisan, agar dapat difahami oleh pembaca. Dengan menulis, pada hakekatnya penulis sedang berkomunikasi dengan pembaca untuk menyampaikan tema yang sedang ditulisnya. Terkait dengan pentingnya menulis, al Quran juga telah memerintahkannya kepada kita. Allah berfirman di awal surat al Qalam: “Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis”. Untuk membuat ketentuan atau taqdir, Allah swt. juga menggunakan media tulis ini, Dia telah menuliskan ketentuan itu 50 ribu tahun sebelum menciptakan dunia ini.

Al Quran al Karim bisa sampai kepada kita dan dapat dinikmati seperti sekarang ini salah satu sebabnya adalah karena al Quran telah ditulis sejak awal diturunkannya, meskipun awalnya hanya ditulis pada pelepah-pelepah kurma karena keterbatasan fasilitas pada saat itu. Penulisan al Quran mengalami kemajuan yang signifikan dan berhasil dikodifikasikan pada zaman khalifah Abu Bakar As Shiddiq ra. dalam bentu mushaf al Umm atau mushaf induk , kemudian pada zaman Utsman bin ‘Affan disempurnakan lagi dengan menyatukan bahasa al Quran yang asalnya tujuh bahasa menjadi hanya satau saja dalam bentuk mushaf ‘Utsmani. Jenis mushaf terakhir itu yang dapat kita nikmati hingga saat ini.

Demikian juga hadis nabi, yang awalnya tidak dijinkan oleh nabi untuk menulisnya karena khawatir terjadi kerancuan dengan al Quran, maka setelah itu kemudian secara resmi dapat dikodifikasikan pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz. Kemudian dikembangkan oleh para ulama hadis, maka atas ijin dari Allah dan kerja keras mereka, muncullah beberapa kitab hadis yang bisa kita kaji saat ini. Kitab sahih Bukhari, sahih Muslim, sunan Ibnu Majah, sunan Tirmidzi dan masih banyak lagi yang lain adalah bukti nyata bahwa menulis adalah sebuah keharusan untuk menjaga warisan suci umat Islam.

Dalam dunia pemikiran dan ilmu pengetahuan, kita juga mengenal Ibnu Khaldun, Al Farabi, Al Ghazali, Ibnu Sina dan lain sebagainya melalui tulisan-tulisan mereka. Seandainya mereka tidak menulis, maka bisa dipastikan kita tidak pernah mengenal mereka. Tulisan itulah yang mengabadikan nama-nama mereka. Tulisan itulah yang membuat mereka dikenang selamanya. Tulisan itulah yang membuat pemikiran dan ilmu pengetahuan mereka berkembang.

Jatah hidup manusia di dunia ini sangat terbatas, yang akan memanjangkan umur manusia adalah tulisannya, karena akan terus dibaca dan diwarisi meskipun penulisnya sudah tidak ada lagi. Lebih dari itu, dengan menulis berarti kita sedang berusaha untuk menebar sebanyak-banyaknya manfaat buat orang lain. Bukankah rasulullah saw. telah menyatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat buat orang lain. Memang, untuk memberi manfaat tidak hanya dengan menulis, tapi manfaat itu tidak akan sempurna tanpa tulisan.

Mari belajar menulis! Ya, kita harus belajar menulis, dengan ijin Allah pasti bisa. Ternyata menulis itu nikmat, membuat kita tak pernah merasa sepi dalam kesendirian, karena menulis itu adalah menciptakan teman-teman baru dan mendekatkan yang jauh serta mengikat yang pudar. Kami ingin melukiskan isi hati kami dengan menulis tanpa paksaan. Wallahu a’lam.
===============
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Rekomendasi Artikel: