Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A
Pernah suatu ketika saya menjadi makmum dalam shalat jahriyah, dimana sang imam shalat pada rakaat pertama setelah al Fatihah membaca surat al Humazah. Ayat kedua dari surat itu adalah (الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَه), namun sang imam membacanya dengan kurang benar, dimana seharusnya kata (جَمَعَ) itu jῑm-nya dibaca pendek, tetapi dibacanya panjang. Jelas, antara jῑm pendek dan panjang dalam kata tersebut memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Itu adalah salah satu bentuk kesilapan dalam mengucapkan bunyi bahasa Arab.
Kawan…
Bahasa secara umum, termasuk bahasa Arab dibentuk oleh tiga unsur utama, yaitu; bunyi (ashwāt), kosa kata (mufradāt) dan struktur (tarākῑb). Masing-masing memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk sebuah bahasa, kekurangan salah satu dari unsur di atas menyebabkan bahasa menjadi tidak sempurna.
Dalam ilmu linguistik Arab, kajian tentang ashwāt telah dilakukan oleh para ahli linguistik muslim seperti Khalῑl bin Ahmad al Farāhidῑ, bahkan dia juga telah menulis kamus al ‘Ain dengan menggunakan pendekatan yang unik yaitu pendekatan ilmu ashwāt, dalam hal ini dia menyusun kamusnya tidak dimulai dari huruf alif sebagaimana biasanya orang membuat kamus, melainkan dari huruf ‘ain, yaitu huruf yang paling jauh posisinya, ada di ujung tenggorokan. Perkembangan ilmu ashwāt selanjutnya diteruskan oleh muridnya yang bernama Sibawaih.
Sebagian besar pembelajar bahasa Arab, selama ini hanya menggunakan cara belajar ashwāt yang masih tradisional. Mereka belajar mengenal bentuk huruf, padahal yang diperlukan dalan berbahasa adalah mengenal bunyi. Mereka belajar menuliskan huruf bukan mengucapkan bunyi. Mereka hanya mempelajari perbedaan penulisan huruf; bagaimana menulisnya di depan kata, di tengah dan di belakang, padahal yang harus diperhatikan dalam berbahasa itu adalah bagaimana membedakan antara pengucapan ashwāt.
Cara tradisional itu tidak cukup efektif membuat orang dapat membunyikan ashwāt dalam bahasa Arab dengan benar, untuk tidak dikatakan gagal. Produk dari cara tradisional itu hanya menciptakan pembelajar bahasa Arab yang mengenal bentuk huruf Arab namun salah dalam pelafalan atau pengucapannya. Akhirnya banyak orang yang belajar bahasa Arab bertahun-tahun tapi takut mengucapkan bahasa itu, atau mungkin ada yang berani mengucapkan tetapi ucapannya salah, sehingga orang yang mendengar ucapannya tidak dapat memahaminya. Maksud hati berbicara dengan menggunakan bahasa Arab, tetapi orang yang mendengar gagal faham.
Kesalahan mengucapkan ashwāt dalam bahasa Arab juga akan mewariskan kesalahan kepada orang lain. Ketika guru yang mengajar ashwāt belum juga sempurna dalam mengucapkan ashwāt, maka muridnya akan menirukan ketidaksempurnaannya. Lebih berbahaya lagi jika kesalahan dalam ashwāt ini dapat mengubah maksud yang diinginkan, sebagaimana cerita sang imam shalat di atas.
Belajar mengucapkan ashwāt yang benar, sehingga akan mengantarkan pembelajar kepada sukses belajar bahasa Arab, adalah dengan menggunakan tiga langkah. Pertama, mengenal bunyi yang menjadi objek pembelajaran, misalnya bunyi (ح), sekaligus bagaimana mengucapkannya pada posisi di depan, tengah dan belakang kata. Kedua, membedakan bunyi yang dipelajari dengan bunyi lain yang sering terjadi kesalahan, misalnya antara bunyi (ح) dan (ه) atau antara bunyi (خ) dan (ك). Ketiga, mempraktekkan pengucapan bunyi yang dipelajari dalam konteks kalimat, misalnya dengan membaca ayat al Quran atau hadis yang di dalamnya terdapat bunyui yang sedang dipelajari, misalnya dengan membaca ayat (بسم الله الرحمن الرحيم) dimana didalamnya terdapat bunyi (ح). Tiga langkah itu harus dilakukan dengan sempurna dan dengan latihan yang terus menerus.
Dalam ilmu linguistik terapan, ashwāt Arab dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, jenis ashwāt yang sama adanya dengan bunyi bahasa Indonesia, seperti bunyi (أ =a), (ب =b), (ت=t) dan seterusnya. Kedua, jenis ashwāt yang sama adanya dengan bunyi bahasa Indonesia, tetapi memiliki perbedaan sifat, seperti bunyi (ر =r) dan (ل =l), dalam bahasa Arab dibedakan antara bunyi tebal dan tipis yang sifat itu tidak ada dalam bahasa Indonesia. Ketiga, jenis ashwāt yang sama sekali tidak dikenal dalam bahasa Indonesia, seperti (ح), (خ), (ع) dan semacamnya.
Ketiga jenis ashwāt di atas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam mempelajarinya, dimana jenis ketiga adalah yang banyak membutuhkan perhatian, dan yang paling mudah adalah jenis pertama. Selamat mencoba belajar ashwāt bahasa Arab, kesuksesan kita dalam tahap pembelajaran ashwāt, akan mengantarkan pada kesuksesan belajar bahasa Arab secara keseluruhan. Wallahu a’lam.
===============
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.