Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A
Konon, Lukman Hakim adalah seorang yang bekerja sebagai pelayan dari salah seorang saudagar kaya di kotanya. Suatu ketika akan datang seorang tamu dari kawan lamanya ke rumah sang saudagar. Untuk menjamu tamunya dia meminta Lukman Hakim membeli daging kambing ke pasar dan agar memilih daging yang paling baik. Pada saat penjamuan yang dinanti-nantikan, Lukman Hakim datang dengan membawa lidah dan hati kambing. Sang saudagar kecewa dengan daging yang disajikan, namun dia pendam dalam hatinya.
Pada kesempatan yang lain, akan datang lagi seorang tamu saudagar yang sangat terhormat baginya. Untuk menjamu tamunya kali ini, pesan yang disampaikan kepada Lukman Hakim adalah agar membeli daging kambing yang paling jelek. Pada hari H kedatangan tamu agungnya, sayang sekali Lukman Hakim keluar dengan menyajikan daging yang sama yaitu, lidah dan hati. Untuk kali ini, sang saudagar tidak bisa menahan penasarannya , seraya bertanya: “Apa yang membuatmu wahai Lukman Hakim, melakukan ini?”.
Lukamn Hakim menjawab: “Saya sudah berusaha untuk mencari daging kambing sesuai dengan permintaan tuan, dan saya tidak mendapatkan daging kambing yang paling baik melebihi lidah dan hati, demikian pula dengan permintaan tuan pada kali kedua, saya tidak menjumpai daging kambing di pasar yang lebih buruk dari keduanya”.
Kawan…
Lidah dan hati adalah anggota badan yang harus selalu kita jaga keberadaannya, tidak boleh lepas dari perawatan dan pengawasan kita. Jika keduanya baik akan membuat pemiliknya selalu dalam kebaikan, Jika tidak, maka akan mengantarkan pemiliknaya kepada kebinasaan. Karena itu ada pepatah mengatakan bahwa “tergelincirnya kaki itu tidak lebih berbahaya dari terpelesetnya lidah”, karena luka fisik akan mudah disembuhkan daripada luka hati. Begitu juga pepatah yang lain mengatakan bahawa, “keselamatan manusia itu berada pada penjagaannya terhadap lidahnya”.
Kata-kata yang keluar melalui lidah kita bisa jadi hukumnya wajib untuk diungkapkan jika kata-kata itu adalah kebenaran yang akan berefek kemaslahatan, sehingga tidak mengungkapkannya adalah bentuk kesalahan dan dosa. Namun, di sisi lain bisa jadi mengungkapkan kata-kata itu hukumnya haram dan wajib untuk menyembunyikannya jika kata-kata itu adalah kesalahan yang akan berdampak buruk pada orang lain.
Demikian juga hati, adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan sekaligus. Tergantung manusia yang memilikinya, apakah akan dirawat menjadi hati yang hidup dan sehat atau justru akan disuburkan dengan penyakit yang akan membuat hati itu menjadi mati. Rasulullah saw. telah mengingatkan kepada kita bahwa pada diri setiap manusia terdapat segumpal daging. Jika daging itu baik, maka akan menjadi baik seluruh tubuh manusia itu. Namun jika daging itu jelek, maka akan menjadi jelek seluruh tubuh manusia. Segumpal daging itu adalah hati.
Hati kita akan menjadi hidup dan sehat karena mengkonsumsi menu yang tepat. Diantara menu yang tepat dibutuhkan untuk menghidupkan dan menyehatkan hati kita adalah aktifitas ibadah yang telah diajarkan oleh Allah dan rasul-Nya kepada kita, seperti shalat, puasa, baca al Quran dan lain sebagainya. Semua aktifitas ibadah itu apabila dikerjakan dengan optimal, yaitu dengan memenuhi syarat ikhlas dan sesuai dengan prosedur, maka akan membuat hati manusia terjaga kesehatannya, dengan demikian akan mudah menerima kebenaran. Sebaliknya, jika kita tidak melakukan sejumlah aktifitas ibadah tersebut, maka secara otomatis hati kita menjadi sakit dan mati. Jika demikian, maka hati itu akan sulit untuk menerima kebaikan bahkan menolaknya.
Semoga ibadah puasa yang kita lakukan semakin membuat hati kita menjadi lebih sehat, sehingga mudah untuk menerima kebaikan, utamanya kebaikan yang datang dari Allah dan rasul-Nya. Wallahu a’lam.
================
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.