Ngaji al-Minah al-Saniyah
Hal ke enambelas utk mendekatkan diri kepada Allah adalah TIDAK MELUPAKAN DZIKIR. Dzikir adalah sesuatu yang sangat penting. Para ulama menyatakan, “Siapa yang mudah melupakan Allah dan hal itu tidak menyebabkannya merasa sakit, maka dia bukan orang yang mencintai Alah”
Dzikir menyebabkan seseorang selalu terjaga dan dilindungi Tuhan. Para ulama menyatakan, orang-orang arif senantiasa berdzikir kepada Tuhan. Bila melupakan-Nya, walau hanya satu dua nafas, Allah menyerahkan nasibnya kepada syetan sehingga syetan menjadi penguasanya.
Dzikir adalah bentuk ibadah yang sangat agung derajat dan pahalanya. Dalam hadits riwayat Muslim, Nasai dan al-Bazzar dikatakan bahwa dzikir lebih baik dari bersedekah emas dan perak, bahkan lebih baik daripada bertempur melawan musuh.
Dzikir juga menjadi pembeda antara iman dan kufur, hakekat hidup dan kematian. Dalam riwayat al-Tabrani, Rasul menyatakan, “Siapa yang tidak berdzikir kepada Allah berarti terlepas imannya”. “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhan dengan orang yang tidak, adalah seperti orang hidup dengan orang mati”.
Rasulullah menyatakan, dalam hati manusia terdapat dua buah bilik: satu ditempati malaikat, yang lain ditempati syetan. Ketika seseorang berdzikir kepada Allah, syetan berlari keluar. Sebaliknya, ketika manusia lupa kepada Allah, syetan menguasai hati manusia dan menggangunya.
Hadits-hadits yang menyebut tentang berdzikir amat banyak. Menurut Imam Izzuddin ibn Abdus Salam, hadits-hadits tersebut bisa disamakan dengan kata perintah. Sebab, perbuatan-perbuatan yang dipuji, atau setiap perbuatan yang dijanji akan diberi kebaikan dunia akherat, maka itu berarti diperintahkan.
Karena itu, seseorang harus terus berusaha berdzikir untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, walau dalam keadaan pincang atau sakit. Jangan menunggu sampai sehat. Sebab, menanti sampai sehat berarti pengangguran.
Sejalan dengan itu, Ibn Athaillah, pengarang kitab Al-Hikam menyatakan, seseorang hendaknya terus berdzikir. Jangan sampai tidak mau dzikir dengan alasan belum bisa khusyuk. Sebab, meninggalkan dzikir adalah lebih parah daripada dzikir yang tidak khusyuk. Dari dzikir yang belum khusyuk tersebut, Insya Allah akan bisa naik menjadi dzikir yang khusyuk.
Sumber : Laman FB Dr. H. A. Khudori Soleh, M.Ag