Ahlaq

hikmah Kesabaran

Dalam perjalanan menuju Strathfield dari Epping dengan kereta, di bawah tempat dudukku aku menemukan majalah bekas yang sudah kotor karena terinjak-injak penumpang sebelumnya. Terinspirasi oleh salah satu hadis Rasulullah bahwa membuang duri dari jalan adalah sedekah, saat itu aku niatkan untuk membuang majalah bekas itu di tempat sampah yang biasanya ada di sekitar stasiun kereta. Niatku saat itu sederhana, yakni beramal, siapa tahu jadi jalan kebaikan.

"Biar saja di situ, nanti kan juga dibersihkan sama tukang bersih-bersih" kata temanku ketika melihat aksiku memungut majalah itu. "Ga papa, jawabku seraya bercerita kalau aku pernah membaca hadis yang menyiratkan bahwa sedekah itu bisa dalam bentuk yang paling sederhana dan paling mudah yakni menyingkirkan sampah dari jalan.

Ternyata jalan menuju bersedekah lewat membuang majalah itu ke tempat sampah tidak semulus yang aku kira. Setiba di Strathfield, aku tidak menemukan satu tempat sampah pun. Walhasil, majalah yang cukup besar itu harus aku bawa lagi sampai ke stasiun Canley Vale, tujuan terakhirku. Terbersit pikiran andai saja aku tidak bersikeras untuk membawa majalah bekas itu bersamaku, tentunya saat itu aku tidak perlu susah-susah membawanya ke sana kemari. Apalagi bawaanku saat itu cukup banyak dan berat pula. Namun dengan cepat aku beristigfar karena bersitan hati itu seperti satu langkah mundur dari niatanku sebelumnya. Aku mengingatkan diriku sendiri kenapa aku harus menodai niatanku dengan keluh yang sebenarnya tidak perlu. Kemudian, aku berkata pada diri sendiri aku hanya perlu bersabar.

Ketika sampai di stasiun Canley Vale, akhirnya aku menemukan tempat sampah. Ketika melihatnya ada rasa bahagia yang tidak kuasa aku bendung. Inilah "stasiun terakhir" dari ujian kesabaranku hari itu. Setelah meletakkan majalah itu di "peristirahatan terakhirnya", terasa ringan langkahku. Senyum kepuasan terlukis di wajahku. Alhamdulillah, niatku telah aku tuntaskan.

Aku ibaratkan balada usahaku menemukan tempat sampah itu seperti usaha kita melakukan kebaikan. Ketika kita berniat untuk melakukan sesuatu yang kita percayai ada kebaikan di dalamnya, kita sudah maju satu langkah. Namun, kita harus menyadari bahwa tidak selamanya usaha kita untuk menuntaskan niat itu akan lancar alias tidak menemui hambatan. Berapa banyak dari kita yang hanya memiliki niat untuk melakukan sesuatu tetapi akhirnya dengan sukarela mengundurkan diri karena kurang bersabar dalam menghadapi aral dan rintangan. Kurangnya kesabaran hanya akan membuat kita mundur satu langkah.

Momentum tahun baru seringkali diawali dengan mendaftar resolusi yang ingin dicapai di akhir tahun. Di awal tahun ini, pasti sebagian besar dari kita telah merancang kebaikan-kebaikan apa yang akan dan ingin kita raih. Inilah fase niatan hati. Fase selanjutnya adalah menyisipkan resep lebih bersabar dalam perjuangan menuntaskan niatan kita. Bersabar tidak akan merugikan kita. Hati kita akan terlatih untuk lebih berlapang dada dengan bersabar.

Di fase terakhir, mungkin saja ternyata niatan kita tidak terwujud dengan manis. Dengan kata lain, kita gagal mencapai stasiun terakhir yang ingin tuju. Tapi dengan kesabaran yang sudah kita poles di sepanjang usaha kita untuk melaksanakan kebaikan itu, kita akan lebih mudah untuk menghadapi kegagalan. Bukankah lebih indah kalau kita menghadapi kegagalan itu dengan senyum daripada dengan gerutu. Dan bagi yang dapat mewujudkan niatnya di fase terakhir, tidak ada kata yang paling indah selain bersyukur kepada Allah karena itu semua adalah salah satu dari nikmat-Nya yang tidak dapat kita hitung.

Jadi apapun kebaikan yang kita rencanakan tahun ini, sebaiknya jangan hanya berhenti di fase niat. Insya Allah, kita akan diberikan kekuatan untuk dapat mewujudkannya asal kita bersabar.

Go to top