Saya mengenal Prof.Dr.Azhar Arsyad, MA, sebagai seorang yang sangat gigih dalam memperjuangkan pendidikan Islam. Seakan-akan apapun dilakukan untuk perjuangannya itu. Sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar dua periode, hingga saat ini menjelang berakhir, ia selalu berpikir, bekerja dan berkorban untuk perjuangannya. Saya mengenal dengan baik Prof.Dr.Azhar Arsyad sejak lama. Di mana saja dan kapan saja, jika bertemu ia selalu mengajak bertukar pikiran tentang pengembangan pendidikan Islam.
Pak Azhar Arsyad, -----demikian saya memanggil, memiliki hubungan yang luas. Kemampuannya terhadap dua bahasa asing, yaitu Arab dan Inggris secara baik, menjadikannya mudah bergaul dengan siapapun. Berbekalkan kemampuan akademik dan bahasa Inggris, dia sering diundang untuk mengisi seminar di negara-negara barat seperti Amerika serikat, Eropa, Kanada dan Australia. Begitu pula dengan kemampuannya berbahasa Arab, Pak Azhar Arsyad juga akrab dengan para ulama Timur Tengah, seperti Saudi Arabia, Mesir, Iran, Sudan dan lain-lain. Hal yang tidak pernah saya lupakan dari Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan juga Rektor UIN Alauddin Makassar ini adalah semangat, cita-cita, dan ambisinya yang sedemikian besar untuk mengantarkan IAIN berubah menjadi UIN Alauddin Makassar. Bersamaan dengan itu pula, dia juga gigih berusaha agar pembangunan kampus yang dipimpinnya mendapatkan dukungan pendanaan dari Islamic Development Bank. Tidak saja semangat dan cita-cita besar yang dimilikinya, tetapi juga kesediaan untuk menanggung resiko dalam rangka mencapai cita-citanya itu. Saya mengenal Prof. Azhar Arsyad sudah cukup lama. Kalau tidak salah, sejak orang yang saya kenal selalu netral dalam organisasi sosial keagamaan ini, masih menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah di IAIN Alauddin Makassar. Kebetulan ketika itu, saya sedang di kantor Departemen Agama. Ia memperkenalkan diri pada saya, sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin. Pada kesempatan itu, dia langsung memberi surat undangan agar saya datang dalam seminar internasional yang diselenggarakan di kampusnya. Pak Azhar Arsyad ketika itu, menjadi pemrakarsa dan sekaligus sebagai ketua panitia kegiatan ilmiah yang bergengsi itu. Berawal dari perkenalan itu, dia selalu kontak degan saya. Saya menduga, dia telah mendapatkan informasi tentang saya dari sesama pimpinan IAIN Alauddin Makassar. Dugaan itu muncul, dari banyaknya informasi yang diketahui olehnya tentang apa yang saya lakukan terhadap STAIN Malang yang ketika itu saya pimpin. Setiap ketemu dalam berbagai kesempatan, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin ini selalu mengajak berbicara tentang pengembangan kampusnya. Dari pembicaraan itu, saya menangkap bahwa orang ini, selain berkomitmen dan integritas terhadap pendidikan Islam, juga memiliki wawasan yang luas tentang kepemimpinan dan leadership. Tulisan berikut ini adalah merupakan kesan saya terhadap Prof.Dr.H.Azhar Arsyad, MA, terutama terkait usahanya dalam memimpin dan mengembangkan UIN Alauddin Makassar, yang sebentar lagi jabatan itu akan segera diakhiri. Amanah itu telah ditunaikan dengan baik sehingga kampus yang semula tidak diperhitungkan, akhirnya menjadi besar dan dibanggakan oleh banyak orang. Sebagai sebuah kesan atau catatan ringkas, maka hanya akan mengungkap sedikit dari sekian banyak yang dilakukan oleh tokoh ini. Melalui tulisan ini, saya hanya mengajak untuk melihat sebagian kunci keberhasilan dari perjuangan dalam mengembangkan lembaga pendidikan tinggi Islam. Pendidikan Islam Yang Dipandang Ideal Dari banyak bergaul, saya menangkap bahwa Pak Azhar Arsyad memiliki idealitas tentang pendidikan Islam. Setiap ketemu, dia selalu menunjukkan keprihatinannya terhadap kondisi lembaga pendidikan Islam pada umumnya selama ini. Pendidikan Islam dianggap ideal, tetapi pada kenyataannya, dilihat oleh Pak Azhar, di mana-mana masih berkualitas rendah hingga belum menggambarkan sebagai citra Islam yang sebenarnya. Pada awal-awal memimpin kampus, dia selalu mengeluhkan tentang keadaan di kebanyakan lembaga pendidikan Islam, belum menggambarkan citra ke-Islaman. Semestinya, pendidikan Islam mulai dari yang sederhana, misalnya kebersihan kamar mandi, dia gambarkan harus bersih. Menyebut sebagai lembaga pendidikan Islam, tetapi keadaannya kotor, tidak terawat, kurang disiplin, seadanya, dan semacamnya adalah diangap sangat tidak wajar. Pak Azhar Arsyad juga sering meyebut bahwa keadaan kamar kecil di kampus merupakan cermin dari keseluruhan bagian lain yang ada. Jika kamar kecilnya saja kotor, maka yang lain akan lebih dari itu. Dia mengatakan bahwa lembaga pendidikan Islam harus bisa menjadi contoh atau tauladan bagi lainnya. Pak Azhar selalu menggambarkan bahwa lingkungan kampus harus bisa dibuat indah, bersih, dan serba teratur. Lingkungan yang bersih dan teratur adalah mutlak diperlukan dalam pendidikan. Setiap ketemu, dia mengidolakan kampus-kampus perguruan tinggi di luar negeri, yang pernah ia kunjungi, misalnya kampus-kampus di Australia, di Amerika, dan di Kanada. Kebanyakan perguruan tinggi di luar negeri, ------ia katakan, lingkungannya selalu dirawat dengan baik, sehingga para mahasiswa, dosen dan karyawan menjadi betah tinggal di kampus. Setiap kampus selalu dilengkapi dengan taman-taman yang indah. Di tempat itu para mahasiswa berdiskusi antar sesama. Dengan demikian, orang ke kampus menjadi senang. Selain semua orang bisa belajar dengan enak, kampus juga bersuasana rekreatif. Gambaran kampus seperti itu, juga ingin dikembangkan oleh Pak Azhar Arsyad ketika memimpin Universitas Islam negeri Alauddin, Makassar. Sebelum membangun kampus baru di Gowa, kampus lama juga dibenahi. Pagar-pagarnya direhap. Bahkan sampai kamar kecil di kantornya juga diperbaiki, termasuk rumah dinas yang ditempatinya. Saya lihat, dia memaknai Islam tidak saja dari aspek ritual, melainkan hingga pada kehidupan secara keseluruhan, tidak terkecuali adalah dalam hal membangun kebersihan kampusnya. Demikian itulah yang saya tangkap, pandangan Prof. Azhar Arsyad tentang lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi Islam yang diidolakan. Dia memiliki kesadaran bahwa lingklungan sangat besar artinya dalam membentuk watak, perilaku dan karakter seseorang. Oleh karena itu, dia berpandangan bahwa jika dari lembaga pendidikan tumbuh karakter, watak dan jiwa yang bersih, maka lingkungannya harus ditata rapid an bersih Terkait dengan pendidikan karakter sendiri, Prof.Dr.Azhar Arsyad, MA mengembangkan konsep yang disebut dengan istilah pendidikan Pikih, yaitu singkatan dari Pencerahan Iman dan ketrampuilan Hidup. Dengan konsep itu, Prof. Azhar berusaha mengembangkan beberapa ranah kehidupan mahasiswa secara utuh. Aspek-aspek keimanan hendaknya menjadi dasar dalam pengembangan keilmuan dan ketrampilan yang diperlukan sebagai bekal hidup kelak setelah lulus. Sebagai bentuk nyata, mahasiswa didekatkan pada tempat ibadah, kemampuan berbahasa asing, ketrampilan berkomunikasi dan sebagainya. Pekerja Keras Tanpa Mau Menyerah Keberhasilan Pak Azhar Arsyad dalam memperjuangkan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, terlihat secara jelas, setidaknya dalam tiga hal. Pertama, mengubah status kelembagaan dari bentuk institute menjadi universitas. IAIN Alauddin Makassar diubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makasar. Ia selalu mengatakan bahwa, dia punya penyakit jelious atau iri hati, tetapi yang bersifat posiitif. Ketika itu IAIN Jakarta, IAIN Yogyakarta dan STAIN Malang telah berubah status menjadi UIN, maka Prof. Azhar Arsyad ingin agar perguruan tinggi yang dipimpinnya juga mengalami hal yang sama, berubah menjadi UIN Alauddin Makassar. Usaha merubah kelembagaan itu, tentu tidak mudah. Tetapi, dengan kebesaran jiwa dan keterbukaannya itu, dia tidak pernah merasa berat mencari informasi dari mana pun datangnya untuk mewujudkan cita-citanya itu. Saya masih ingat, Pak Azhar Arsyad selalu bertanya dan mengajak berdiskusi dengan siapapun, tentang bagaimana mencari peluang untuk mengubah status kelembagaan perguruan tinggi yang dipimpinnya. Saya juga masih ingat, dalam sebuah perjalanan dan menginap bersama-sama di Kanada, tidak henti-hentinya, ia mengajak berdiskusi. Akhirnya, dengan semangat yang tinggi itu ditemukan momentum yang tepat untuk melakukan perubahan. Masa peralihan kepemimpinan dari Megawati Sukarno Putri kepada Dr.Susilo Bambang Yudhoyono dijadikan momentum oleh Prof. Azhar Arsyad untuk mengajukan permohonan perubahan status kelembagaan itu. Peluang itu dibaca dan memanfaatkannya. Perhitungannya ternyata benar, usulannya disetujui. Usulan IAIN Alauddin Makassar diubah statusnya menjadi UIN Alauddin Makassar dikabulkan. Usaha ini tentu tidak mudah, memerlukan lika-liku yang rumit dan melelahkan. Beberapa departemen harus dimintai rekomendasi untuk mengubah kelembagaannya itu. Semua itu dengan usaha keras dan tidak mau menyerah dilalui dan akhirnya berhasil. Kedua, adalah upaya mendapatkan pendanaan dari IDB. Usaha itu sama sulitnya dengan mengubah kelembagaannya. Saya tahu persis, tahap-tahap yang harus dilalui untuk mengegolkan usahanya itu. Berbagai pihak yang sekiranya bisa membantu, maka segera dihubungi, hingga misalnya Wakil Presiden Yusuf Kalla sekalipun. Rupanya bagi Pak Azhar Arsyad, jika sesuatu sudah menjadi tujuan atau bahkan tekadnya, kemungkinan sekecil apapun dimanfaatkan. Mungkin hal ini terpengaruh oleh semboyan masyarakat Makassar, bahwa jika layar sudah dikibarkan, maka pantang kembali, sekalipun ombak menghadang. Apapun harus digerakkan hingga usahanya berhasil. Kegigihannya itu, ternyata membawa hasil. Kini UIN Alauddin Makassar telah memiliki kampus yang luas dan indah, dibangun di atas tanah yantg tidak kurang dari 50 hektar. Selain itu, kampus lama juga telah diperindah. Kemampuan mencari celah-celah alternative agar usahanya berhasil, dan ditambah lagi dengan kemampuannya menggerakkan dan memanage potensi sumber daya manusia dan lainnya yang diperlukan, adalah merupakan bukti yang bahwa Prof.Dr. Azhar Arsyad, MA adalah orang yang memiliki kemampuan managerial dan leadership yang mendalam, hingga seharusnya mendapatkan apresiasi. Ketiga, bahwa usaha perubahan kelembagaan dan juga pembangunan fasilitas kampus secara menyeluruh adalah di tengah-tengah zaman reformasi. Pada masa itu selalu terjadi gejolak mahasiswa, berupa protes, berdemonstrasi yang tidak pernah henti. Suasana seperti itu menambah beban yang harus ditanggung oleh seorang pimpinan perguruan tinggi. Berbagai tantangan itu, ternyata berhasil dilewati, berkat kerja keras dan tidak mau menyerah. Manajemen Dan Kepemimpinannya Rektor UIN Alauddin Makassar, saya tahu memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang manajemen dan kepemimpinan pendidikan. Bahkan setahu saya, gelar master Prof,Dr. Azhar Arsyad, MA adalah di bidang manajemen. Selain itu, ia juga pernah menulis buku tentang manajemen pendidikan. Ia seorang yang aktif menulis, hingga sudah beberapa buku yang telah dihasilkan. Kemampuannya berbahasa Arab dan juga bahasa Inggris secara baik, menjadikannya mudah memadukan prinsip-prinsip managemen dan kepemimpinan yang bersumber dari kitab suci al Qurán dan Hadits Nabi dengan hasil-hasil penelitian yag bersumber dari buku-buku yang ditulis oleh ahli dari barat. Gelar dan juga karyanya itu menunjukkan bahwa dia tahu persis kekuatan SDM dalam mengembangkan organisasi. Bahwa organisasi, tidak terkecuali organisasi pendidikan tinggi Islam akan maju manakala tersedia orang-orang yang memiliki semangat kerja, integritas yang tinggi, keikhlasan, kesediaan menanggung resiko, dan menguasai bidang kerjanya. Orang-orang seperti ini sebenarnya tidak mudah ditemukan. Biasanya kelebihan seseorang dalam salah satu aspek, tidak ditunjang oleh aspek lainnya. Sehingga sangat sulit mencari orang yang memiliki banyak kelebihan, tidak terkecuali di perguruan tinggi Islam selama ini. Betapa pentingnya SDM., oleh Pak Azhar Arsyad dipahami secara baik. Maka, ketika bertemu dengan beberapa dosen UIN Maliki Malang yang dikenal memiliki kemampuan sejak dari pesantren Gontor Ponorogo, ia segera menawari agar pindah ke UIN Alauddin Makassar. Saya pun menyetujui, asalkan yang bersangkutan bersedia. Persetujuan itu bukan karena saya tidak mengerti tentang betapa pentingnya SDM berkualitas, melainkan atas pertimbangan bahwa, semua UIN di negeri ini harus maju bersama-sama. Manakala ada sesuatu yang dibutuhkan, asalkan mungkin dipenuhi, maka seharusnya diberikan. Cerita tersebut menggambarkan, bahwa Prof.Dr.Azhar Arsyad, MA mengerti betul tentang posisi strategis sumber daya manusia. Tidak sedikit pemimpin perguruan tinggi Islam yang tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan tenaga kerja berkualitas seperti itu. Banyak pemimpin, tatkala mempertimbangkan orang, bukan melihat kualitasnya, melainkan hanya dari asal muasalnya yang bersifat primordial, misalnya sesama organisasi atau asal daerah. Hal itu tidak dilakukan oleh Pak Azhar Arsyad. Hal lain yang menonjol dari yang saya lihat terhadap kepemimpinan dan managerial Rektor UIN Alauddin adalah kemampuannya dalam membangun jaringan kerjasama, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia memiliki percayaan diri yang cukup tangguh. Ia selalu menunjukkan, bahwa sarjana perguruan tinggi Islam tidak boleh kalah dibanding dengan perguruan tinggi umum . Berkat kepercayaan diri itu, ia berhasil membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Selain itu, dia banyak diundang untuk memberi kuliah tamu di berbagai kampus di luar negeri, sehingga kegiatan itu sekaligus mengenalkan kampusnya di kancah yang lebih luas. Kemampuan manajerial dan kepemimpinan Prof.Dr.Azhar Arsyad, MA berhasil mengantarkan IAIN Alauddin berubah statusnya menjadi UIN Alauddin Makassar. Berbarengan dengan itu, Perguruan Tinggi Islam terbesar di Indonesia timur ini akhirnya benar-benar berhasil menunjukkan kebesarannya. Bangunan kampusnya berubah menjadi besar, bagus dan indah. Jika di awal kepemimpinan, ia selalu mencita-citakan memiliki kampus yang bersih, indah dan berwibawa, maka cita-citanya itu, kini sudah menjadi kenyataan. UIN Alauddin Makassar pada saat ini sudah menjadi perguruan tinggi Islam yang besar. Maka semoga kebesaran jiwa, pikiran, semangat kerja keras, keikhlasan, serta keberanian menanggung resiko yang dilakukan oleh Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA berhasil diteruskan generasi berikutnya. Selamat Pak Azhar, anda sukses. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang