Apa saja yang dianggap kurang pantas dalam kehidupan ini akan mengganggu perasaan banyak orang. Orang selalu menyukai terhadap hal-hal yang pantas, wajar, atau sesuai dengan kebiasaan. Kepantasan itu menyangkut banyak hal, misalnya terkait dengan penggunaan pakaian, tutur kata, penampilan dan lain-lain. Menyimpang dari kepantasan biasanya akan melahirkan komentar, kritik atau sikap lain yang tidak semestinya.
Orang arif dan bijak biasanya mampu memilih sesuatu secara tepat. Pilihannya tidak saja menyenangkan diri sendiri tetapi juga orang lain. Orang arif dan bijak tidak sebagaimana kebanyakan orang pada umumnya, mereka bisa melakukan sesuatu, termasuk mengubah keadaan, tanpa pihak-pihak yang diubah terasa sedang diubah. Itulah ciri orang yang disebut arif dan bijak. Akhir-akhir ini di kalangan para tokoh saling merasa terganggu hingga muncul semacam ketegangan. Hal itu terjadi, hanya menyangkut soal kepantasan. Mungkin substansi persoalannya bisa dipahami oleh masing-masing yang terlibat. Hanya saja, oleh karena menggunakan kata yang tidak dianggap pantas, maka kemudian melahirkan ketegangan itu. Saling mengritik dalam alam demokrasi dianggap biasa. Dengan adanya kritik, dimaksudkan agar seseorang atau sekelompok orang tidak melakukan sesuatu yang salah, atau menyimpang hingga menyebabkan kerugian bersama. Akan tetapi kritik itu ternyata harus disampaikan dengan cara, pilihan bahasa, tempat dan waktu yang tepat atau pantas. Kritik selama ini juga dilakukan di antara para tokoh, termasuk tokoh agama. Namun akhir-akhir ini kritik itu semakin keras dan pedas, hingga menjadi tidak biasa dan dianggap mengganggu. Mungkin hal itu terjadi karena persoalannya sudah dianggap keluar dari kewajaran, hingga sangat menggelisahkan semua pihak. Itulah kemudian melahirkan hal yang tidak biasa itu. Maka ternyata, sesuatu yang dianggap keterlaluan akan melahirkan sikap keterlaluan pula. Apa yang dianggap terlalu kurang pantas itu misalnya, seorang pegawai pajak mengkorup uang negara hingga ratusan milyard rupiah. Menjadi tidak pantas lagi, setelah ditangkap dan ditahan, ia dikabarkan nonton pertandingan tenes ke Bali. Bahkan menjadi sangat aneh, lucu dan bahkan lebih tidak pantas lagi, tahanan itu, ------Gayus Tambunan, bisa pergi ke luar negeri. Persoalan tidak pantas itu ternyata tidak sedikit. Misalnya lagi, terdapat pejabat yang korup milyartan rupiah hanya dihukum singkat. Seorang tertuduh di pengadilan dilantik menjadi pejabat. Uknum gubernur, bupati, wali kota, dan wakil rakyat masuk bui. Sebaliknya, rakyat miskin, tua, hanya mencuri beberapa buah kakau diadili dan dimasukkan ke penjara. Wanita yang sedang mbobot 9 bulan, hanya diduga menggelapkan uang Rp. 150.000,- segera diadili. Hal-hal lagi yang masih dianggap keterlaluan dan tidak pantas, berita adanya oknuk jendral memiliki rekening gendut, wakil rakyat berkunjung ke luar negeri berbiaya tinggi tanpa maksud jelas, dan sebaliknya ada berita mengenaskan dan juga tidak pantas. Misalnya, terdapat sekolah roboh karena lapuk, seorang miskin tidak mampu membayar biaya sekolah di tengah-tengah orang berkelebihan, dan lan-lain yang semua itu dianggap kurang pantas. Terakhir yang pada saat ini masih hangat dibicarakan, adalah muncul kritik dari para tokoh lintas agama terhadap pemerintah. Sebenarnya kritikan itu dianggap wajar dan pantas. Namun menjadi dirasa kurang pantas dan mengganggu suasana batin beberapa pihak, karena menggunakan kata yang dianggap bukan sepantasnya, yaitu kata kebohongan. Kata bohong yang digunakan untuk mengkritik itu diangggap kurang pantas disampaikan oleh para pemuka agama dan apalagi ditujukan kepada pejabat tinggi pemerintah. Kedua posisi itu, baik pemuka agama maupun pejabat tingi pemerintah adalah sama-sama sebagai orang terpandang, pilihan, dan selalu menjadi tauladan. Tentu sepantasnya tatkala menyampaikan sesuatu menggunakan kata-kata yang tepat. Mungkin kata berbohong tersebut dipilih, oleh karena para tokoh agama merasakan ada sesuatu yang keterlaluan. Sementara pemerintah sendiri merasa sudah menjalankan amanahnya secara maksimal. Maka, agar tidak menambah persoalan, dalam keadaan apapun, siapa saja dituntut agar selalu arif. Dalam memilih kata-kata misalnya, harus tepat, termasuk tatkala mengritik sekalipun. Demikian pula siapapun, ----apalagi pemerintah, harus cepat tanggap terhadap sesuatu yang dirasakan terlalu tidak pantas. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang