Judul: Agama, mahasiswa dan keteguhan
Bahan ini cocok untuk Perguruan Tinggi bagian FILSAFAT / PHILOSOPHY.
Nama & E-mail (Penulis): ahmad khotim muzakka
Saya Mahasiswi di IAIN walisongo semarang
Topik: islam dan mahasiswa
Tanggal: 10 mei 1988
Agama, mahasiswa dan keteguhan
Oleh : Ahmad Khotim Muzakka*
Setelah mendapat tekanan dari beberapa pihak yang kontra dengan "agama" baru ini, Al-Qiyadah Al-Islamiyah, "sang rosul", Ahmad Mushaddeq menyatakan "pertobatan"nya di depan pengurus MUI. Sungguh suatu kelangkaan yang tak pernah terjadi, pentolan ajaran rela mengorbankan kewibawaannya lantaran tekanan dari pihak yang merasa gerah dengan tindak tanduknya selama ini.
Idealnya, jika memang ajaran itu dia dapatkan dari ritual yang dilakukan selama 40 hari 40 malam yang mengimitasi apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW., seharusnya dia tetap mempertahankan apa yang diimani selama ini. Tapi, apa yang terjadi bukanlah suatu konsistensi yang logis. Ketakutan akan intimidasi oleh pihak mayoritas tentu sangat menhantui pikirannya. Sehingga keputusan harus dia ambil. Bertobat dan membubarkan lembaga. Pertobatan yang sebenarnyakah?
Ironis, tapi itulah yang terjadi sekarang ini. Namun pada kesempatan kali ini penulis tidak akan memperdebatkan status sesat atau tidakkah ajaran yang katanya mempunyai utusan yang diberi gelar Al-Masih al-Maw'ud ini.
Memang, dalam ajaran islam akan datang seorang utusan yang nantinya akan menjadi juru selamat di tengah porak-porandanya tatanan masyarakat. Utusan tersebut lebih dikenal dengan Al-Mahdi (yang dijanjikan). Dia dinanti-nanti sebagai oase yang mampu menjadi penyejuk, dan penyebar kedamaian. Lewat kekhususannya semua akan teratasi. Dan berkat yang dijanjikan menjadi sesuatu yang pasti datang. Tapi, entah kapan.
Sebagai pertimbangan, tak sedikit golongan yang menyatakan mempunyai ajaran dan mempunyai ushul (dasar) yang hampir sama. Ambillah misal ajaran Ahmadiyah yang sempat menggegerkan kondisi keberagamaan masyarakat. Dengan tampilan yang sedikit berbeda, golongan tersebut menawarkan janji. Dengan mengangkat pemimpinnya, Mirza Ghulam Ahmad, sebagai nabi yang dijanjikan (Al-Mahdi).
Terpenting, apa yang menjadi tujuan mereka yang dengan gampangnya mendeklarasikan dirinya sebagai nabi pembawa rahmat? Apakah ini hanya sekedar sensasi dari mereka yang ingin menjadi "artis" agama? Ataukah benar-benar utusan Tuhan yang diamanati sebagai Al-Mahdi yang dijanjikan? Atau malah ada kepentingan-kepentingan terselubung yang mencoba mendramatisir situasi yang carut-marut dengan mengkambingputihkan (mengambil istilah Supadiyanto) agama mayoritas, islam, sebagai uji cobanya? Lantas, apa yang menjadikan begitu mudahnya mereka merekrut pengikut dalam jumlah yang fantastis dalam jangka waktu yang relatif pendek? Terlebih anak muda dan komunitas mahasiswa yang menjadi incarannya?
Kemungkinan-kemungkinan yang tersebut diatas patutlah dijadikan bahan pijakan berpikir untuk menelusuri dan mengkritisi ada apa sebenarnya di balik sema ini. Dalam islam dikenal istilah Al-Ajru (pahala), bagi yang mampu mengaplikasikan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Istilah yang sering kita dengar dari pengajian-pengajian tingkat RT, desa, kecamatan, kota, bahkan tingkat nasional sekalipun. Menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran, kiranya dapat mewakili arti dari istilah arab tersebut.
Lewat dasar inilah semua itu berawal. Bagi siapapun yang dapat menyebarkan "agama" tersebut diming-imingi ganjaran yang menggiurkan siapa saja, ditengah makin sulitnya mencari pekerjaan dan pangan. Sebagaimana berita yang tersebar di belbagai media masa, disebutkan bahwa bagi pengikut (Al-Qiyadah) ini, akan diberi ganjaran berupa sepeda motor jika dapat merekrut 40 jamaah baru. Lebih fantasis! Apabila sudah mencapai angka 70 ganjaran tersebut disulap menjadi kendaraan roda empat sebagai akomodasi dari jerih payahnya sebagai rekrutman.
Yang menjadi pertanyaan kemudian, sudah berapa banyak jumlah sepeda motor atau kendaraan roda empat yang telah dibeli guna memenuhi iming-iming ganjaran tersebut. Mengingat jumlah pengikut yang mencapai sekitar 41.000 itu. Lalu dari mana pihak Al-Qiyadah mendapakan dana sebesar itu jika memang janjinya ditepati? Sangatlah mustahil apabila Mushaddeq yang diaku sebagai nabi pun sebagai penyokong dana tersebut. Apalagi dia hanyalah seorang pensiunan PNS yang tentunya juga mempunyai sanak famili yang juga membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Lalu, dari mana dana tersebut?
Tidak menutup kemungkinan, ada sekolompok golongan yang menyuplai dana tersebut. Siapakah mereka? Mungkinkah kapitalisme yang masyhur dengan individualitasnya. Yang mementingkan kepentingan kelompok atau bahkan pribadi. Mungkin saja!
Alasan yang tak logis
Jika dikatakan kalau keikutsertaan pemuda dan mahasiswa lantaran sifat kritis dan rasa ingin tahu yang membuncah, bukanlah alasan mendasar yang dapat diterima dengan serta merta. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sifat dasar pemuda adalah ingin menujukkan kelebihannya di segala bidang. Bisa jadi mereka bersedia menjadi pengikut lantaran ada iming-iming yang begitu menggiurkan. Dengan mengajak teman nongkrong untuk andil dalam pensuksesan mendapat ganjaran tersebut.. Tanpa bekerja keras dan hanya mengandalkan kelincahan dalam beritorika. Cukup. Dengan jalan instan dapat menjadikan nilai lebih dihadapan teman-temannya. Jika ini yang terjadi lengkap sudah penderitaan bangsa ini.
* Penulis adalah Mahasiswa Aktif semester I Fakultas Ushuluddin Program Khusus (FUPK) IAIN Walisongo Semarang. Penulis juga aktif di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) IDEA Fakultas Ushuluddin.
* Alamat : jl. Tanjungsari tambakaji rt 07/05 ngaliyan semarang 50185
Hp : 085226636875
Rekening :9025147699 bank muamalat atas nama ahmad khotim muzaka
Saya ahmad khotim muzakka setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
Rekomendasi Artikel: