Penyusunan teori kepribadian yang mempunyai nilai ilmiah diawali oleh Hipocrates, bapak ilmu kedokteran yang membahas kepribadian manusia dari titik tolak konstitusional, yaitu: kholerik, sanguine, flegmatik , dan melankolik. Selanjutnya teori tersebut disempurnakan oleh Galenus. Pada tahun-tahun berikutnya muncul ahli-ahli lain yang membahas kepribadian manusia dan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai penggolongan kepribadian (Tyler, 1956).
Penggolongan tipe kepribadian yang diteliti dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian extrovert dan introvert yang pada awalnya dikemukakan oleh Jung. Aliran psikologi Jung termasuk dalam aliran psikologi analitis (Feist & Feist, 1998). Jung (dalam Arndt, 1974) meyakini bahwa struktur kesadaran manusia digolongkan menjadi dua yaitu (a) fungsi jiwa dan (b) sikap jiwa. Fungsi
jiwa yaitu suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teoritis tidak mengalami perubahan dalam lingkungan yang berbeda- beda.
Jung membedakan fungsi jiwa secara rasional yaitu pikiran dan perasaan,
dan secara rasional yaitu pendriaan dan intuisi, sedangkan sikap jiwa merupakan energi psikis manusia/libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis ini dapat keluar ataupun ke dalam, demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya dapat keluar maupun kedalam. Orientasi jiwa manusia terhadap dunianya dapat mengarah keluar dan ke dalam. .Jadi, Jung berpendapat bahwa berdasarkan sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu manusia yang bertipe extrovert dan manusia yang bertipe introvert.
Jung mengungkapkan bahwa pada dasarnya dalam diri individu terdapat dua kecenderungan tipe kepribadian yang berlawanan arah, namun salah satu kecenderungan tampak dominan dan terdapat pada kesadaran, sebaliknya kecenderungan kepribadian yang inferior berada dalam ketidaksadaran. Menurutnya, bila dimensi introvert lebih dominan maka dimensi tersebut terdapat dalam kesadaran manusia, sedangkan extrovert sifatnya inferior dan terletak dalam ketidaksadaran.
Jung menjelaskan bahwa kepriba dian individu yang bertipe extrovert terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Extrovert lebih dipengaruhi oleh dunia sekeliling mereka daripada dunia dalam dirinya. Mereka cenderurng berfokus pada sikap objektif sementara mene kan sikap
subjektif. Mereka menemukan kepuasan diri terbesar dalam berhubungan dengan individu dan objek lain.
Selanjutnya Jung memberi ciri-ciri tipe kepribadian extrovert, yaitu
bersikap positif terhadap masyarakat, berhati terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain lancar, dapat beradaptasi dengan lingkungan lebih baik dari pada introvert. Pada umumnya golongan ini hidupnya gembira, sifatnya optimis, dan dalam pergaulan hidup sehari- hari sangat ramah. Bahaya bagi extrovert apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat maka ia akan kehilangan diri/asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.
Sedangkan kepribadian individu yang bertipe introvert terutama lebih
dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam: pikiran, perasaan, serta tindakan- tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Ia hanya memikirkan dunia kecilnya dan sukar dipengaruhi oleh dunia luar. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik.
Ciri-ciri individu introvert adalah jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik perhatian/hati orang lain. Penyesuaian dengan hatinya sendiri baik. Ia suka menyembunyikan isi hati, dan pergaulannya dengan sesama manusia kurang lancar. Bahaya tipe ini adalah jika jarak dengan dunia objek terlalu jauh orang dapat menjadi lepas dari dunia objektifnya.
Berdasarkan penjelasan penggolongan kepribadian yang dikemukakan oleh Jung, maka penelitian ini menggunakan penggolongan tipe kepribadian
extrovert dan intorvert , yang dikembangkan oleh Eysenck, tokoh psikologi yang menerapkan analisis faktor dalam pengukuran tipe kepribadian extrovert dan introvert.