Kemiskinan
2.1.2.1 Penyebab Kemiskinan
Mas’oed (1997 : 138) mengemukakan faktor yang menyebabkan proses kemiskinan antara lain , (1) kemiskinan alamiah yang timbul karena kelangkaan sumber daya alam, serta kondisi alam yang tandus, tidak adanya pengairan dan kelangkaan prasarana lainnya, (2) kemiskinan struktural (buatan) diakibatkan oleh munculnya kelembagaan atau akibat modernisasi pembangunan ekonomi itu sendiri yang mengakibatkan masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya, sarana, fasilitas ekonomi yang ada secara merata.
Sedangkan menurut Baswir (1997:21) faktor yang menyebabkan kemiskinan antara lain, (1) kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor alamiah seperti cacat, sakit, lanjut usia atau karena bencana alam, (2) kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor budaya seperti malas, tidak disiplin dan, (3) kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan faktor-faktor buatan manusia, seperti distribusi aset produktif yang tidak merata.
Pendapat lain yang mengungkapkan penyebab munculnya kemiskinan dalam masyarakat antara lain disebabkan, (1) budaya (culture) yang hidup dalam masyarakat, misalnya rendahnya “etos kerja” anggota masyarakat, mereka malas dan hidup sangat konsumtif, (2) dikarenakan adanya ketidakadilan dalam pemilikan faktor produksi dalam masyarakat, pemilikan tanah yang tidak merata, (3) karena model pembangunan yang dianut oleh suatu negara yang hanya berorientasi pada “pertumbuhan” ekonomi suatu negara yang akan menimbulkan kemiskinan pada sekelompok manusia ( mungkin sebagian besar ) karena menganut model tersebut (Sutrisno, 1998:16)..
Sedangkan Dewanta (1995 : 226-229), mengidentifikasi penyebab kenapa orang menjadi miskin antara lain , (1) karena perbedaan akses ekonomi yang dimiliki, (2) ketidakberuntungan yang dimiliki kelompok masyarakat miskin, (3) ketimpangan distribusi, (4) pembangunan sebagai ideologi, (5) strategi pembangunan dan industrialisasi dan, (6) intervensi pemerintah.
Dengan menganalisa faktor penyebab kemiskinan di atas, maka kemiskinan merupakan suatu proses yang tarik menarik serta interaksi dari berbagai macam faktor. Kemiskinan muncul sebagai akibat dari adanya situasi ketidakadilan, ketimpangan serta ketergantungan dalam struktur masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut Chambers (1997 : 145) mengatakan bahwa inti dari masalah kemiskinan ini sebenarnya terletak pada apa yang disebut dengan “deprivation trap” atau perangkap kemiskinan. Dimana secara rinci deprivation trap terdiri dari lima unsur sebagai penyebab kemiskinan, yaitu : ketidakberdayaan (powerlessness), kerawanan atau kerentanan (vulnerability), kelemahan fisik (physical weakness), kemiskinan (poverty) dan isolasi (isolation).
2.1.2.2. Upaya Pengentasan Kemiskinan
Menurut Suyanto (1996:15) ada empat upaya prioritas yang harus dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin antara lain : (1) memperluas posisi tawar dan memperkecil ketergantungan masyarakat miskin dari kelas sosial di atasnya dengan cara memperbesar kemungkinan mereka melakukan diversifikasi usaha, (2) memberikan bantuan permodalan kepada masyarakat miskin dengan bunga yang rendah dan berkelanjutan, (3) memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin untuk bisa terlibat menikmati hasil keuntungan dari hasil produknya dengan cara menerapkan kebijakan harga yang adil, (4) mengembangkan kemampuan masyarakat miskin agar memiliki ketrampilan dan keahlian untuk memberi nilai tambah pada produk dan hasil usahanya.
Sedangkan Tjahyati (1997, dalam Nazrizal 1999 : 45) mengungkapkan paling tidak terdapat tiga strategi yang diperlukan untuk mengentas kemiskinan yaitu, (1) kebijakan yang menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan jalan menjaga tingkat pertumbuhan pertanian yang tinggi selain memajukan sektor manufaktur yang efisien dan infra struktur yang diperlukan, (2) dukungan langsung bagi kelompok-kelompok berpendapatan rendah yang menyangkut penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, (3) pembangunan sumber daya manusia bagi kaum miskin, seperti melalui program Inpres yang membangun sarana Sekolah Dasar serta Puskesmas.
Pendapat lainnya adalah diungkapkan oleh Antjok (1995) dalam Dewanta (1996 : 168) bahwasanya ada hal-hal lain yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat guna menopang kesuksesan program pengentasan kemiskinan yaitu : (a) investasi pelayanan masyarakat dalam bidang infrastruktur fisik dan sosial (air bersih, jalan, irigasi, sekolah kesehatan), (b) kebijakan yang menguntungkan masyarakat miskin, terutama harga produk pertanian yang memadai, insentif bagi petani miskin serta peluang kesempatan kerja, (c) penyediaan tehnologi bagi kaum miskin yang masih dalam kemampuan membayar kembali biaya tehnologi tersebut dan fasilitas tehnologi lainnya, (d) kelembagaan yang efektif yang mampu menumbuhkan sinergisme dalam kerja.
Dari beberapa upaya pengentasan kemiskinan yang telah dipaparkan di atas pada dasarnya adalah diperlukannya pembangunan pemberdayaan bagi masyarakat miskin. Pemberdayaan masyarakat miskin ini dimaksudkan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat secara optimal. Bagi kelompok pembaharu (enabler) yang dibutuhkan adalah perasaan peduli dan empati atas masalah yang dihadapi kaum miskin, dan konsep tersebut mengacu pada pembangunan yang berdimensi kerakyatan (people centered development) yang perlu mengutamakan pemberdayaan orang-orangnya (people empowerment), pentingnya keikutsertaan orang-orang yang menjadi subyek perubahan dalam setiap proses keputusan (people participation), dan mengorganisasikan kegiatan untuk dan oleh orang miskin itu sendiri (community organization), serta perlunya ada seseorang yang berperan sebagai pemimpin dalam proses perubahan (leadership).