Menjaga dan mengontrol nutrisi tanaman merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental dalam pertanian modern. Pengaruh menguntungkan penambahan hara mineral ke dalam tanah untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman telah dikenal dalam pertanian sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu (Marschner, 1986). Kemampuan tanaman untuk memperoleh hara dari tanah tergantung pada kompleks faktor-faktor, seperti laju tanah mensuplai ion ke permukaan akar, laju akar mengeksplorasi tanah yang belum tereksploitasi (“unexploited”) serta interaksi faktor lingkungan dan faktor mikrobiologis.
Komposisi hara mineral dalam tubuh tanaman tidak dapat digunakan secara langsung untuk menentukan apakah hara-hara tersebut merupakan hara esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hartman et al.,1981). Hara mineral dikelompokkan sebagai hara esensial paling tidak harus memenuhi 3 kriteria (Epstein, 1972), yaitu : 1) tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya, 2) fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan oleh hara yang lain, dan 3) hara tersebut secara langsung terlibat dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai komponen yang dibutuhkan dalam reaksi-reaksi enzimatis. Dengan demikian, sangatlah sulit untuk meng-generalisir apakah suatu hara mineral tertentu termasuk esensial atau non esensial, karena hara mineral yang satu bisa bersifat esensial bagi tanaman tertentu tetapi sebaliknya tidak esensial bagi jenis tanaman yang lain.
Untuk tanaman tingkat tinggi terdapat 13 jenis hara esensial yang terdiri atas kelompok hara makro (N, P, K, S, Mg dan Ca) den kelompok hara mikro (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl) (Janick et al, 1974; Hartman et al., 1981; Baligar dan Duncan, 1990). Selanjutnya Brown et al. (1987 dalam Salisbury dan Ross,1992) menyajikan daftar unsur hara esensial dan konsentrasinya dalam jaringan yang diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik (Tabel 1). Disebutkan bahwa nilai konsentrasi tesebut menjadi pedoman yang berguna bagi para ahli fisiologi, pengelola kebun dan petani, karena konsentrasi unsur-unsur dalam jaringan (terutama dalam daun terpilih) lebih dapat dipercaya dari analisis tanah untuk menunjukkan apakah tanaman akan tumbuh lebih baik dan/atau lebih cepat jika unsur tertentu diberikan lebih banyak
Hampir 90% dari seluruh berat segar tanaman herba adalah air, dan sisanya 10% berupa bahan kering terutama terdiri atas 3 elemen yaitu carbon, hidrogen dan oksigen. Sebagian kecil dari bahan kering tersebut, tetapi merupakan farksi yang penting terdiri atas elemen-elemen lain yang secara absolut dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu 13 elemen yang dikelompokkan sebagai hara esensial bagi tanaman tingkat tinggi. Ke tiga belas hara esensial tersebut dibagi lagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas banyaknya jumlah yang dibutuhkan tanaman yaitu hara makro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak, biasanya dinyatakan dalam persen per unit bahan kering (meliputi N, P, K, Ca, Mg dan S) dan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit, biasanya dinyatakan dalam ppm (part per million) per unit bahan kering (meliputi Fe, Mn, Zn, B, Mo, Co dan Cl) (Janick et al, 1974). Pengelompokan hara menjadi hara makro dan mikro tersebut masih banyak diperdebatkan karena hara mikro tertentu bagi jenis tanaman tertentu bisa menjadi hara makro (dibutuhkan dalam jumlah banyak) bagi jenis tanaman lain (Marschner, 1986).
Salah satu metode untuk menentukan unsur hara yang esensial bagi tanaman dan berapa banyaknya adalah dengan menganalisis secara kimia semua unsur yang dikandung oleh tumbuhan sehat dan berapa banyaknya unsur itu. Salisbury dan Ross (1992) menyebutkan berdasarkan hasil analisis modern terhadap daun yang paling dekat dengan tongkol jagung muda (daun bendera) yang diambil dari daun jagung dikebun yang dipupuk dengan baik menunjukkan adanya konsentrasi 3 unsur esensial tambahan pada jagung yaitu seng, tembaga dan boron.