Muhasabah

Muhasabah

Persiapan Mudik ke Kampung Akhirat


Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halaman. Pada hari raya Idul Fitri seperti yang Insya Allah kita alami, nuansanya sangat terasa kental. Persiapan-persiapan bahkan sudah dilakukan dari jauh-jauh hari, karena seperti pada tahun-tahun sebelumnya, nuansa mudik menjadi suasana yang sangat ramai, peak season.

Pemesanan tiket bahkan sudah dilakukan dari beberapa bulan sebelumnya, menghindari kenaikan harga yang berlebihan. Pembelian oleh-oleh untuk sanak kerabat di kampung halaman pun dipersiapkan dengan rapi dan apik.

.

Mudik bisa berarti pula kembali ke akar kebudayaan kita, ke tempat di mana kita dilahirkan, di daerah yang menjadi asal muasal keluarga besar.

Kota-kota perantauan yang dulunya tidak pernah berhenti beraktivitas, megah, selalu gemerlap siang dan malam, akan menjadi sepi dan lengang, ditinggal para penghuni yang biasa mengisi keramaiannya.

Susah payah kondisi perjalanan tidak menghalangi niatan tuk pulang ke kampung halaman; letih, lelah, dan tenaga yang terkurang, direlakan; membengkaknya biaya perjalanan dan biaya yang dihabiskan, memang sudah diantisipasi jauh-jauh hari sebelumnya. Bagi sebagian orang, mereka bahkan rela mengirit pengeluaran sehari-hari, agar dapat menabung guna memenuhi biaya perjalanan beserta segala pernak-pernik perjalanan mudiknya.

Mudik ke Kampung Akhirat

Ada suatu tempat, yang pasti kita akan kembali ke sana, yang boleh jadi luput dari persiapanpersiapan yang terencana, lalai dari penjadwalan yang tersusun runut, dan dilupakan dari bagian rencana kehidupan kita selaku manusia. Kampung akhirat.

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al-An'aam: 32)

Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? (QS. Al-A'raaf: 169)

dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (QS. Yusuf: 109)

Tidakkah kita memiliki rasa rindu pula dengan kampung akhirat kita? Tidakkah kita ingin menikmati indahnya kampung akhirat yang berkekalan waktunya?

Maka, sudah seberapa baik perbekalan yang telah kita persiapkan? Bahkan, sudah sampai seberapa siap diri kita tuk menghadapi perjalanan panjangnya?

Padahal, akhirat adalah kampung dengan satu pintu saja, sekali kita melewatinya, maka sudah pasti dan tidak akan mungkin, kita bisa kembali lagi ke dunia.

Imam Ali bin Abi Thalib KW, pernah berkata, “sesungguhnya kita berada pada hari dimana hanya ada amal tanpa ada perhitungan, dan sesungguhnya kita menuju hari dimana hanya ada perhitungan tanpa ada amal”.

Mari kita jadikan dunia ini sebagai ladang tuk mengumpulkan perbekalan mudik kita ke kampung akhirat. Semoga ia mencukupi sehingga kita mendapatkan tempat yang terbaik disana. Allahumma amin.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". [QS. An-Nahl: 30-32]

Jadikan kehidupan yang kita jalani ini menjadi hari-hari pengumpulan bekal mudik ke kampung akhirat kita, dan tidak cukup sampai disitu, jadikan seluruh sisa usia kita, menjadi ajang persiapan mudik ke kampung akhirat, dengan kesabaran dalam menjaga diri dari perbuatan kemaksiatan dan bersabar diri dalam mengerjakan kebaikan.