Menurut Guru Besar UNISMA ini bahwa bekerja bagi kaum muslimin seharusnya selalu disertai oleh nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai spiritual inilah yang membedakan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum muslimin dengan lainnya. Bekerja bagi umat Islam harus dimulai dengan niat. Pekerjaan apa saja harus diposisikan sebagai bagian dari ibadah. Sedangkan kualitas ibadah selalu akan dilihat dari niatnya. Oleh karena itu, bagi kaum muslimin pada setiap memulai pekerjaan harus diawali dengan membaca basmallah dan diakhiri dengan membaca hamdallah. Selanjutnya, dalam menunaikan pekerjaan, bagi umat Islam harus diwarnai oleh suasana ikhlas, sabar, amanah dan istiqomah. Bekerja yang tidak ikhlas, tidak akan mendapatkan pahala. Ikhlas dimaknai sepenuh hati, sungguh-sunguh, dan totalitas. Sabar artinya menerima resiko apapun sebagai konsekuensi dari keterlibatan menjalankan pekerjaan itu. Sebagai seorang yang sabar maka ia tidak akan mengeluh, gelisah, menyesal, tetapi sebaliknya, akan menerima apapun atas konsekuensi dari menjalankan pekerjaan itu. Amanah artinya menunaikan pekerjaannya itu dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah, dan tidak ada muatan kepalsuan atau kebohongan. Tepat waktu, ukuran dan juga kualitas. Istiqomah, artinya konsisten hingga pekerjaan itu selesai sampai tuntas. Tuntunan ajaran Islam bagi kaum muslimin seperti itu, semestinya jika dijalankan dan dijadikan pegangan sepenuhnya, tentu akan melahirkan kualitas kerja yang tinggi. Etika Islam sesungguhnya sudah sangat jelas dan komprehensif. Bekerja tidak saja diukur dari aspek-aspek yang bersifat lahiriyah, melainkan juga menyertakan dan bahkan justru mengutamakan aspek-aspek batiniyah atau spiritual itu. Islam tidak membolehkan apapun dilakukan dengan pura-pura, seolah-olah, setengah-setengah, apalagi palsu. Kepalsuan dilarang keras oleh ajaran Islam. Agama samawi ini selalu menyeru pada kejujuran, keadilan dan kebenaran. Atas dasar pandangan tersebut, jika selama ini kualitas kerja di lingkungan Departemen Agama di berbagai bagian dirasakan masih rendah, sehingga tidak memberikan kepuasan pada masyarakat, misalnya produk-produk kualitas pelayanannya masih rendah, maka yang perlu dilihat kembali adalah bagaimana sesungguhnya kaum muslimin selama ini mempersepsi ajaran Islam terkait dengan konsep bekerja ini. Jangan-jangan selama ini ada kekeliruan dari kaum muslimin dalam hal menangkap pesan-pesan Islam. Ajaran yang bersifat komprehensif atau menyeluruh ini, jangan-jangan hanya ditangkap dari bagian-bagian pinggir semata, menyakut aspek ritual keagamaan dalam pengertian sempit, semisal sebatas ritual keagamaan di tempat-tempat ibadah semata, seperti berdzikir, sholat, puasa dan haji. Kegiatan spiritual ini memang penting selalu dijalankan. Akan tetapi, jika hanya mengedepankan aspek spiritual tetapi melupakan lainnya, maka akan berakibat terjadinya kesenjangan antara ajaran Islam yang sedemikian tinggi dengan kenyataan kehidupan sehari-hari, yakni rendahnya kualitas kerja di lingkungan kaum muslimin. Jika kesenjangan itu benar-benar terjadi maka disadari atau tidak, secara nyata sesungguh nya telah berlangsung sekularisasi yang amat nyata di kalangan umat Islam. Sekularisasi di sini dimaksudkan adalah pemisahan antara hal-hal yang berada pada wilayah spiritual dengan hal lain yang bersifat dhahir. Padahal seharusnya, Islam mengajarkan antara yang bersifat dhahir dan yang batin selalu menyatu. Antara niat dan apa yang dikerjakan selalu sejalan. Apalagi, bahwa semua pekerjaan hendaknya diniatkan sebagai ibadah, yakni untuk mengabdi dan mendekatkan diri pada Allah, Tuhan Yang Maha Mulia dan Yang Maha Sempurna. Oleh karena itu selayaknyalah bagi kaum muslimin dalam menunaikan pekerjaan apa saja, dan apalagi untuk memberikan pelayanan masyarakat, harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Konsep ikhsan kiranya tepat sebagai petunjuk bahwa umat Islam harus selalu memilih yang terbaik, termasuk dalam bekerja. Lebih jelas lagi, bahwa Islam mengajarkan kepada kaum muslimin, setelah beriman adalah beramal sholeh. Sholeh dapat dimaknai baik, tepat, lurus, benar atau dalam kontek kekinian kiranya tepat disebut profesional. Jika demikian halnya, sesungguhnya Islam secara jelas mengajarkan pada kaum muslimin untuk selalu mengembangkan budaya kerja atau jika mengikuti kosep Islam disebut amal sholeh itu. Siapapun, sebagaimana yang banyak disebut dalam ayat-ayat al Qur’an, yang beriman dan beramal sholeh maka akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat kelak. Islam menjunjung tinggi apa saja yang baik dan mulia, tidak terkecuali siapapun yang selalu mengembangkan budaya kerja dalam arti yang sempurna. Allahu a’lam
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang