Umum

Umum

Membangun Dan Memelihara Relasi


Di dunia yang semakin modern ini relasi ternyata semakin penting. Orang-orang sukses biasanya karena ditopang oleh relasi yang banyak dan kuat. Orang tidak mungkin bisa menunaikan tugas-tugasnya sendirian. Namun, relasi itu harus dicari dan dibangun. Orang yang memiliki relasi yang kuat, usaha apapun akan mudah dilakukan.

Bagi orang yang tahu betapa pentingnya relasi, maka relasi dianggap harta yang mahal harganya, yang tidak bisa digantikan oleh kekayaan lainnya. Orang-orang yang bermental bisnis, relasi dianggap segala-galanya. Relasi tidak boleh hilang. Karena harganya mahal itu. Namun kiranya tidak saja dalam kegiatan bisnis adanya keharusan menjaga relasi, usaha apapun memerlukan jaringan kerjasama yang kuat dan luas. Dalam Islam dikenal konsep sillaturrahmi atau menyambung persaudaraan. Bahkan ada hadits nabi, yang mengatakan bahwa bila seseorang ingin dipanjangkan umurnya dan dibanyakkan rezkinya, maka dianjurkan untuk membangun silaturrahmi. Sillaturrahmi dikaitkan dengan umur panjang dan banyaknya rezki. Ini menggambarkan, lagi-lagi betapa mahalnya silaturrahmi itu. Namun pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari tidak semua orang menyadari terhadap betapa pentingnya sillaturrahmi itu. Seseorang kadang ingin menang, unggul, dan terjaga prestisenya, lalu menempuh cara menyakiti orang lain. Akhirnya, siapapun yang disakiti akan pergi dan atau menghindar, khawatir mendapatkan kekecewaan. Orang seperti ini biasanya tidak akan sukses hidupnya, cepat terkena penyakit, tidak mendapat rizki, dan akhirnya umurnya, ------ bisa jadi, tidak panjang. Dalam Islam membangun relasi tidak sulit. Banyak pranata kehidupan keagamaan yang menjadikan banyak orang, disengaja atau tidak, saling berkomunikasi. Shalat berjamaáh setiap waktu di masjid, shalat jumáh, tradisi yang bernuansa keagamaan yang beraneka ragam dan banyak jumlahnya, zakat, puasa dan hari raya, bahkan ibadah haji, semua itu merupakan media bagi kaum muslimin untuk saling mengenal dan membangun relasi antar sesama. Para pebisnis relasi dianggap sebagai salah satu kunci keberhasilan usahanya. Untuk mendapatkan modal, mengembangkan pasar usahanya, berkerjasama dan lain-lain, selalu membutuhkan relasi. Tidak bisa dibayangkan seorang pengusaha yang tidak memiliki relasi yang luas, maka usahanya tidak akan maju. Sedikit banyak saya memiliki pergaulan dengan pengusaha. Saya selalu memperhatikan betapa mereka gigih membangun dan sekaligus memelihara relasi itu. Dengan berbagai cara dilakukan, tanpa menghitung resiko yang harus diterima. Relasi juga penting untuk membangun lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan menjadi maju, karena para pemimpinnya memiliki jaringan kerjasama yang luas. Namun seringkali yang menjadi kendala adalah tidak semua orang terampil membangun dan sekaligus memeliharanya. Saya seringkali mendapatkan pertanyaan tentang hal tersebut, dan selalu saja saya jawab bahwa kitab suci al Qurán maupun hadits nabi sebenarnya sudah cukup memberikan pedoman atau petunjuk tentang itu. Saya seringkali memahami al Qurán dengan cara saya sendiri, secara sederhana. Misalnya, sehari-hari secara berulang-ulang kita diwajibkan membaca ayat : bismillahirrahmanirrahiem. Perintah itu menurut hemat saya, pasti mengandung makna yang luas dan mendalam. Bagi saya, itu mengingatkan tentang betapa pentingnya sillaturrahmi, membagi-bagi kasih sayang pada setiap waktu dan keadaan. Membagi kasih sayang dalam Islam sedemikian penting, hingga surat al fatehah yang hanya terdiri atas tujuh ayat, maka ayat tersebut diulang hingga dua kali. Bahkan pada setiap surat dalam al Qurán, selalu dimulai dengan basmallah, kecuali surat at taubah tidak dimulai dengan ayat itu. Pertanyaannya, apa sebenarnya makna di balik itu. Ternyata pada surat at taubah terdapat beberapa ayat tentang perang. Sehingga bisa jadi, hanya dalam perang saja kasih sayang itu boleh diabaikan. Lewat perenungan yang lama dan panjang, saya mencoba untuk menangkap bahwa andaikan sedikit saja sifat Allah, yaitu Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dikembangkan pada diri seseorang, maka akan menghasilkan hubungan, komunikasi, atau relasi yang sangat kokoh dan luas. Artinya membangun relasi akan sangat mudah dilakukan bagi seseorang yang sanggup menjadikan sifat kasih sayang dalam segala aktifitasnya. Dengan cara itu, maka relasi dengan sendirinya akan terbangun dan sekaligus terpelihara. Hanya sayang pada kenyataannya, tidak semua orang mampu menangkap pesan mulia itu. Sifat kasih sayang yang seharusnya ditumbuh-kembangkan sehari-hari, ternyata terlewatkan. Malah, yang justru dikembangkan adalah sebaliknya, yaitu sifat mementingkan diri sendiri, saling membenci, iri, dengki, selalu menyalahkan pihak lain, menyakiti, dan lain-lain, sehingga upaya membangun relasi atau sillaturrahmi menjadi gagal. Akibatnya, yang akan menanggung rugi tidak lain adalah dirinya sendiri, sedangkan orang lain bisa terkena imbasnya pula. Wallahu a’lam.

.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang