Bukan tanpa alasan sebuah perusahaan consumer goods mengulang-ulang iklannya dalam berbagai media elektronik. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi Anda secara tidak langsung. Sesuatu yang sifatnya diulang-ulang, akan masuk dengan sendirinya ke dalam pikiran bawah sadar dan mempengaruhi setiap tindakan yang Anda ambil.
Manusia belajar sesuatu dan menyimpannya dengan kuat dalam ingatan adalah melalui repetisi atau pengulangan. Ini sudah semacam kodrat dan cara belajar manusia. Metode yang juga diterapkan oleh Tuhan dalam membimbing kita. Lihat saja pengulangan-pengulangan yang ada dalam kitab suci. Semua itu bukan tanpa tujuan. Menghafal sesuatu pun juga harus diulang dan diulang. Betul?
Saya sering mengulang-ulang share tentang impian, dream book, dan upaya pencapaiannya juga sebenarnya adalah upaya untuk mempengaruhi Anda semua. Pola hidup dengan didasarkan impian sebagai awal untuk mencapai kesusesan bukanlah hal yang buruk. Sudah banyak kejadian. Bahkan saya pun mengalami, meski skala kesuksesannya belum sebesar yang Anda bayangkan.
Ada satu pesan nenek yang hingga saat ini selalu saya ingat dan saya jadikan prinsip dalam menjalani kehidupan.
“Kejar akhiratmu, dunia akan mengikuti.”
Pesan ini memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Saat kita berfokus pada akhirat, maka segala upaya yang kita lakukan tentu saja akan mendekatkan diri pada Tuhan. Dan kalau sudah dekat dengan Tuhan, apa sih urusan dunia yang tidak dimudahkan olehNya. Pesan ini begitu mempengaruhi saya, karena yang mengucapkannya adalah sosok figur yang memiliki otoritas di mata saya ketika saya kecil. Akan sangat berbeda bila yang mengucapkan adalah teman main. Tidak akan berefek apa-apa.
Dalam dunia advertising penggunaan figur otoritas ini kerap kita saksikan dalam penggunaan artis-artis tertentu untuk mempromosikan suatu produk. Misalnya sepeda motor Yamaha. Figur otoritas yang mereka gunakan adalah Valentino Rossi yang notabene pada saat itu jaya-jayanya dalam kejuaraan MotoGP. Tentu saja ini mendukung tagline Yamaha, “Selalu Di Depan”. Bicara soal speed, Valentino Rossi punya otoritas disana.
Saat Anda ingin mempengaruhi orang lain, Anda bisa menggunakan figur otoritas yang sesuai dengan bidang yang ingin Anda kampanyekan ke orang. Atau Anda bisa membangun sosok figur otoritas tersebut dalam diri Anda. How? PERSONAL BRANDING. Dengan branding yang tepat, Anda akan dianggap memiliki otoritas atau ahli di bidang-bidang yang Anda kampanyekan. Apalagi sekarang membangun personal branding lebih mudah karena ada banyak media yang bisa digunakan.
Setiap orang pasti punya kenangan. Kenangan akan momen-momen tertentu yang istimewa tentunya. Kenangan yang tidak mudah tergerus oleh waktu. Tahukah Anda kenapa kenangan tersebut bisa terus ada dalam ingatan kita? Itu tidak lain karena ketika momen tersebut terjadi, tingkat emosional yang Anda miliki sedang berada di titik tertinggi. Oh ya, emosional bukan berarti selalu tentang amarah. Melainkan hal-hal yang mengusik sisi emosi Anda. Itu bisa marah, sedih, senang, dll.
Pada saat tingkat emosional sedang tinggi apa yang ditanamkan ke dalam pikiran kita baik itu sengaja atau tidak sengaja akan mudah masuk dan teringat terus menerus. Itu kenapa para korban bencana, dimana titik emosionalnya sedang tinggi-tingginya, lebih baik tidak mendengarkan pemberitaan media masa yang terus menerus mengungkit-ungkit bencana yang sedang terjadi. Ini akan menimbulkan efek trauma mendalam dan makin sulit untuk bagi mereka untuk melupakan musibah tersebut.
Dalam seni mempengaruhi orang lain, kita bisa melakukannya dengan menciptakan momen-momen yang mengusik sisi emosional terlebih dahulu. Baru kemudian perlahan, masukkan hal-hal yang ingin sampaikan atau kita berikan pengaruhnya kepada orang lain.
Para pemimpin yang baik dan mudah mempengaruhi timnya, dan bahkan mendapatkan loyalitas yang tinggi dari timnya tanpa diminta, biasanya kerap melakukan hal-hal yang sifatnya personal namun memberikan kesan mendalam yang menyenangkan bagi anggota timnya. Lebih lanjut, Anda bisa baca di buku “25 Ways Winning With People” karangan John C. Maxwell. Disana Anda akan mencapatkan lebih banyak contoh-contoh event kecil yang bisa dilakukan untuk mengusik sisi emosional dan menanamkan apa Anda inginkan pada orang lain. Tentunya dalam tujuan yang baik.
Terjadi pada adik saya sendiri. Dulu dia tidak pernah punya keinginan untuk memiliki gadget BlackBerry (BB). Namun melihat satu persatu temannya mulai menggunakan BB dan saling bertukar PIN untuk chatting via BlackBerry Messenger, akhirnya gatal juga adik saya untuk membeli BB. Tekanan komunitas, itulah yang terjadi. Trend yang terjadi pada komunitas sering kali menciptakan tekanan-tekanan sosial tertentu saat kita tidak mengikutinya.
Satu contoh lagi, lingkungan sosial. Katakanlah Anda hidup sebagai seorang pejabat. Di awal mungkin Anda memiliki pemikiran idealis untuk hidup sederhana dan apa adanya. Namun fakta berkata lain. Lingkungan sosial pejabat akan memaksa Anda untuk hidup di atas kesederhanaan. Saat Anda tidak mengikuti apa budaya di lingkungan sosial tersebut, dengan cepat sekali akan menyebar cemohan yang menjatuhkan harga diri Anda. Mau tidak mau Anda harus mengikuti komunitas dimana Anda bergaul.
Tekanan-tekanan kelompok atau komunitas seperti ini akhirnya akan mempengaruhi kita dalam setiap keputusan yang diambil. Itulah mengapa brand-brand saat ini sedang gencar-gencarnya menciptakan komunitas para pengguna produk mereka. Harapannya adalah produk tersebut menjadi trendsetter dan memberikan tekanan sosial tertentu untuk mempengaruhi orang lain yang belum menggunakan produk tersebut.
Lihat saja BlackBerry. Saat ini sudah bukan barang mewah lagi. Dulu mungkin segelintir orang bisa berbangga menggunakan BB. Terutama para pekerja profesional yang menggunakannya di awal BB masuk ke Indonesia (termasuk saya). Sekarang? Tidak lagi. BB bahkan menjadi icon anak muda gaul di masa kini. Apalagi saat BB harganya mulai turun dan terjangkau. Makin banyak yang menggunakan BB. Walaupun tantangan brand BlackBerry saat ini adalah kehadiran gadget yang mengusung Android.
Kalau Anda sedang mengusung brand tertentu, ciptakan saja komunitas-komunitas yang akan memperkuat produk Anda. Lewat komunitas itu, perlahan bergeraklah mempengaruhi yang lainnya. Ciptakan tekanan sosial yang memaksa orang lain mengikuti ‘permainan’ Anda. Ciptakan kesan : “Ga pake produk ini, ga gaul!” Hehehe…
Kawan saya mendefinisikan hypnosis dengan sederhana sekali. Baginya, hypnosis adalah semua komunikasi, dalam bentuk apapun yang sifatnya efektif dan bisa mempengaruhi orang lain. Salah satunya adalah dengan story telling.
story telling yang dilakukan dengan baik dengan menggunakan ekspresi yang tepat, akan mampu mengusik sisi emosional pendengarnya. Balik lagi ke poin tiga, kalau sudah berada pada titik emosional tertentu orang akan sangat mudah untuk dipengaruhi.
Selain story telling ada juga pola-pola lain yang bisa digunakan untuk mempengaruhi. Misalnya dalam hypnowriting untuk menulis sales letter. Bagi yang sudah memiliki produk SMUO, tentu sudah paham tentang pola AIDA + C (Attention, Interest, Desire, Action dan Close). Itu juga sama. Lebih lanjut mengenai pola-pola hypnowriting, Anda bisa baca buku “Hypnowriting” karangan Joe Vitale.
-
Lima poin penting bagaimana mempengaruhi orang lain hasil sharing dan diskusi saya bersama @DonnyPutra_ sudah dipaparkan. Selebihnya gunakan kreativitas Anda untuk menciptakan momen-momen yang melibatkan ke lima unsur ini. Mungkin nantinya tidak semua. Mungkin hanya tiga dari lima poin saja yang bisa Anda gunakan sekaligus. Tidak apa-apa, itu sudah cukup bagus. Lebih banyak tentu lebih powerful.
Maka bijak-bijaklah menggunakan kelima hal ini. Karena tidak hanya untuk tujuan baik, untuk menipu pun terkadang kelima poin ini bisa digunakan.
ariefmaulana.com