Judul: Menembus SPMB dengan Jurus 3K
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum.
Nama & E-mail (Penulis): arief mangkoesapoetra
Saya Guru di SMAN 21 BANDUN G
Topik: Bimbingan Belajar/Tes
Tanggal: 25 Agustus 2004
STRATEGI TEMBUS SPMB DENGAN JURUS 3K
Oleh :
ARIEF ACHMAD
Ujian akhir nasional (UAN) telah usai dan dari 1.891.339 peserta ujian akhir nasional (UAN) sekolah menengah atas/madrasah (SMA/MA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) tahun 2004, hanya 88,55 persen (1.674.781 peserta) yang berhasil melewati nilai standar kelulusan 4,01 ke atas (¡Ý 4,01).
Setiap lulusan SMA/MA dan SMK (baca : sekolah menengah tingkat atas¡ªSMTA) berhak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, perguruan tinggi (PT), baik PT negeri (PTN) maupun swasta (PTS). Akan tetapi, seperti sudah menjadi tradisi tahunan, para siswa umumnya berbondong-bondong mendaftarkan dirinya menjadi calon mahasiswa PTN melalui jalur sistem penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Walaupun untuk itu terkadang mereka bertindak tidak rasional dan proporsional.
Tidak sedikit calon mahasiswa mengikuti SPMB berdasarkan ¡°mode¡± belaka, ikut-ikutan, mengikuti arus teman. Pilihan program studi mereka di PTN pada galibnya adalah jurusan-jurusan atau fakultas-fakultas ¡°favorit¡± yang diminati oleh banyak calon mahasiswa. Umpamanya, kedokteran umum, arsitektur, teknik informatika, komputer, ekonomi, manajemen, akuntansi, sastra Inggris, dan lain-lain. Padahal untuk dapat diterima di situ dibutuhkan nilai ujian yang tinggi, mengingat banyaknya peminat. Jadi, semakin banyak calon mahasiswa yang meminati suatu program studi di PTN, maka akan semakin tinggi pula nilai ujian yang harus diperolehnya untuk diterima di sana. Begitu pula sebaliknya.
Seluruh PTN di Indonesia yang menyelenggarakan SPMB hanya akan menerima 86.607 mahasiswa baru yang tersebar pada 1.615 program studi (Kompas, 11 Juni 2004). Kalau lulusan SMTA yang ikut SPMB diasumsikan sekira setengah juta orang, berarti yang tidak lulus SPMB jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang lolos.
Demikian sulitkah untuk menembus SPMB? Tidak juga, kalau calon mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan strategi tembus SPMB dengan jurus 3K, yakni Kesempatan, Kemampuan, dan Kemauan, sebagaimana dielaborasi di bawah ini.
Kesempatan
Pada hakikatnya, menjadi peserta SPMB adalah suatu kesempatan, suatu peluang yang sudah semestinya disikapi secara positif oleh para siswa lulusan SMTA.
Setiap lulusan SMTA bisa mengikuti SPMB sampai tiga kali. Sewaktu baru lulus, setahun setelah lulus, dan dua tahun setelah lulus. Bagi siswa lulusan 2004 , SPMB tahun ini adalah kesempatan pertama untuknya dan jika tidak diterima, masih ada dua kesempatan lagi (2005, 2006). Bagi lulusan 2003, jika tidak diterima tahun ini, maka tinggal satu kesempatan (2005). Dan bagi lulusan 2002, tahun sekarang merupakan kesempatan terakhir untuknya, jika tidak diterima, maka hilanglah peluang menjadi mahasiswa PTN melalui SPMB.
SPMB 2004 diikuti 49 PTN seluruh Indonesia yang terbagi ke dalam tiga regional, yakni regional I meliputi PT di wilayah Sumatera, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat; regional II : Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur; dan regional III : Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. (Data lengkap PTN per regional dapat dilihat di Buku Petunjuk SPMB 2004 atau di http://www.spmb.or.id)
SPMB diselenggarakan di kota-kota di mana PTN berada dan di kota-kota lain yang oleh panitia dianggap strategis. Seleksi ujian tersebut diselenggarakan pada saat yang bersamaan dan menggunakan soal yang sama atau setara. Peserta ujian disarankan memilih tempat ujian yang paling dekat dengan tempat tinggalnya.
Tempat ujian tidak merupakan kriteria penerimaan, sehingga peserta ujian tidak perlu mengikuti ujian di tempat program studi atau universitas yang menjadi pilihannya. Peserta ujian dapat memilih program studi di setiap PTN, dengan persyaratan salah satu pilihannya berada di regional di mana peserta mengikuti ujian; pilihlah tempat ujian yang paling dekat atau paling efisien. Lokasi ujian tidak menjadi pertimbangan diterima atau tidak diterimanya peserta di PTN, tetapi lebih ditentukan oleh nilai SPMB yang bersangkutan dan nilai-nilai dari pesaing di program studi pilihannya.
SPMB mempermudah siswa untuk bisa mendaftar dan diterima di PTN yang diminatinya. Mereka cukup sekali ujian dan memilih beberapa PTN tanpa harus pergi dan menginap ke lokasi di mana PTN pilihannya berada. Mereka hanya perlu mengadakan satu kali perjalanan setelah pasti diterima di PTN pilihannya.
Jadi, untuk dapat diterima di PTN, pilihlah program studi yang tidak favorit, yang berdaya saing rendah. Artinya, calon mahasiswa yang meminatinya tidak terlalu banyak. Strategi yang direkomendasikan di sini : pilihan ke-1 program studi nonfavorit, pilihan ke-2 program studi nonfavorit, dan/atau pilihan ke-3 (untuk yang mengikuti IPC) program studi nonfavorit juga.
Kemampuan
Pada dasarnya, SPMB adalah suatu proses seleksi akademis yang mencakup tiga kelompok ujian : IPA, IPS, dan IPC/Campuran (IPA dan IPS). Setiap lulusan SMTA, jurusan apa saja, boleh mengikuti SPMB kelompok IPA, IPS, atau IPC. Lulusan SMA jurusan IPS yang mengikuti SPMB kelompok IPA juga boleh memilih program studi apa saja di kelompok IPA, termasuk Kedokteran, Komputer, Teknik, Pertanian, dsb.
Secara umum, terdapat tiga mata ujian : kemampuan kuantitatif dan kemampuan verbal sebanyak 75 soal (yaitu matematika dasar, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris, masing-masing 25 soal), kemampuan IPA 75 soal (matematika, biologi, fisika, kimia, dan IPA terpadu, masing-masing 15 soal), dan kemampuan IPS 75 soal (sejarah, geografi, ekonomi¡ªmasing-masing 20 soal¡ª, dan IPS terpadu 15 soal). Peserta ujian harus mampu mengalokasikan waktu dengan jumlah soal yang tersedia, sehingga tidak ada alasan kekurangan waktu pengerjaan soal. Perlu dicatat, kemampuan verbal waktunya 180 menit, kemampuan IPA 150 menit, dan kemampuan IPS 90 menit.
Oleh karena setiap pelajaran mempunyai bobot yang sama, maka kerjakanlah semua soal ujian. Kalau peserta SPMB sama sekali tidak mengerjakan soal salah satu mata pelajaran, maka ia akan mendapat ¡°nilai-mati¡± untuk pelajaran tersebut. Sungguhpun nilai yang lain bagus sekali, kalau ada ¡°nilai mati¡± maka ia tidak akan diterima!.
Semua peserta SPMB akan diurutkan menurut nilai ujiannya, kemudian dialokasikan pada program studi pilihannya, dengan ketentuan bahwa peserta yang lebih baik mendapat prioritas untuk dialokasikan lebih dahulu. Jika masih ada tempat di pilihan pertama, ia akan diterima di program studi pilihan pertama. Jika tempat pada program studi pilihan pertama telah penuh, dan masih ada program studi pilihan kedua, ia akan diterima pada program studi pilihan kedua. Jika tempat pada program studi pilihan pertama dan program studi pilihan kedua telah penuh, maka ia tidak akan diterima walaupun nilainya masih cukup tinggi. Bagi yang memilih kelompok IPC dengan tiga pilihan, maka pilihan ketiga akan diproses dengan cara yang sama.
Pendek kata, SPMB tidak mengenal passing grade. Setiap program studi menerima calon mahasiswa sesuai urutan nilainya, nilai yang lebih baik mendapat prioritas untuk diterima lebih dulu, dan penerimaan berhenti setelah daya tampung terpenuhi.
Jadi, kalau calon mahasiwa memilih program studi favorit, maka ia harus berupaya untuk meraih nilai ujian maksimal. Dengan asumsi, apabila nilai ujiannya tinggi, maka akan dapat mengalahkan para pesaingnya di program studi itu.
Kemauan
Pemilihan program studi di PTN, idealnya, selain karena calon mahasiswa mampu menaklukkan soal-soal ujian SPMB juga harus selaras dengan minat dan bakatnya, sehingga ia diharapkan sukses menyelesaikan studinya di PTN. Namun, dalam SPMB, melalui uji keterampilan program studi keolahragaan dan kesenian saja minat dan bakat calon mahasiswa dapat diketahui. Sebab, berdasarkan Keputusan Mendiknas No. 173/U/2001 tentang Penerimaan Calon Mahasiswa pada Perguruan Tinggi, SPMB hanya bertujuan untuk memilih calon mahasiswa baru yang mempunyai kemampuan akademik untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di PTN sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Dari sini, domain afektif dan psikomotor (menurut Taxonomy Bloom)¡ªkecuali untuk program studi keolahragaan dan kesenian¡ªtidak terungkapkan.
SPMB selain menafikan minat dan bakat calon mahasiswa juga tidak mengungkap perilakunya selama bersekolah di SMTA (misalnya : rajin, malas, tukang menyontek, sering kesiangan/terlambat, aktivis, trouble maker, dan lain-lain perbuatan positif maupun negatif siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dalam mengikuti SPMB, calon mahasiswa hendaknya menggunakan hati nuraninya. Maksudnya, jangan menjadikan PTN sebagai ¡°tujuan¡±, tetapi sebagai ¡°alat¡± belaka untuk mencapai tujuan yang riil yakni dunia kerja atau masa depan.
Adalah wajar nian tatkala calon mahasiswa memilih program studi favorit di PTN, karena program-program studi itu memang menjanjikan dunia kerja atau masa depan yang relatif lebih baik; dengan gaji, penghasilan, atau kesejahteraan yang layak untuk hidup.
Jadi, biarpun gagal diterima di kedokteran umum, arsitektur, teknik informatika, komputer, ekonomi, manajemen, akuntansi, sastra Inggris, dan lain-lain program studi ¡°favorit¡± di PTN; hal itu bukanlah akhir dari segalanya. Toh, masih banyak PTS-PTS yang membuka program-program studi sejenis dengan kualitas pembelajaran yang tidak kalah dengan PTN dan biaya pendidikan yang cukup terjangkau calon mahasiswa. Lalu, mengapa tetap ngotot ke PTN, kalau tujuan utamanya adalah meraih masa depan yang lebih baik?. NNN Penulis, 10 tahun aktif di berbagai Bimbel di Bandung; kini tenaga fungsional di SMAN 21 Bandung NNN
Saya arief mangkoesapoetra setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .