Dalam sebuah diskusi yang kebetulan saya ada di tempat itu, saya agak terkejut mendengar pandangan seseorang, yang mengatakan bahwa agama telah dirasakan sebagai salah satu sumber masalah. Ia melihat bahwa akhir-akhir ini di beberapa tempat terjadi konflik antar ummat bergama. Di antara beberapa kelompok agama menampakkan perbedaan dan kemudian melahirkan perpecahan. Hal itu dianggap berbeda dengan yang diklaim selama ini, yaitu sebagai alat pemersatu dan perekat antar kelompok yang berbeda.
Mendengar pernyataan itu, rasanya sangat menggelisahkan. Padahal agama hadir di muka bumi yang dibawa oleh para rasulnya adalah selalu menjadi faktor solutif terhadap problem-problem kemanusiaan. Contoh yang paling dekat, oleh karena sebagai nabi dan rasul terakhir, adalah kehadiran Nabi Muhammad. Selain membawa doktrin tauhid, Islam membawa misi untuk menyelamatkan orang-orang yang tertindas ketika itu. Dalam sejarahnya bahwa, penduduk Makkah ketika itu didominasi oleh kaum Quraisy. Mereka pada saat itu mengalami degradasi nilai-nilai kemanusiaan yang luar biasa, hingga disebut sebagai kaum jahiliyah. Masyarakatnya terbagi atas berbagai kelompok, suku, etnis atau kabilah-kabilan. Masing-masing berebut askses politik dan ekonomi. Mereka yang menang dalam perebutan itu bukan kemudian menolong yang miskin dan yang lemah, malah justru memberlakukan perbudakan. Orang miskin dan anak yatin tidak diurus, tetapi dijadikan budak. Jika seseorang meninggal, maka harta kekayaannya diwariskan, tidak terkecuali isteri-isterinya yang notabene adalah ibunya sendiri. Harkat dan martabat manusia sedemikian rendahnya, hingga pasar budak pun tersedia. Orang yang ingin memiliki budak, cukup pergi ke pasar, membelinya. Anak yatim dan orang miskin dijadikan budak. Harta benda jauh lebih dihargai daripada seseorang yang tidak memiliki apa-apa. Selain itu, kaum wanita dianggap rendah yang bisa dijual belikan pula. Islam datang menghapuskan system jahiliyah itu. Melalui Islam, Ilmu pengetahuan dihargai dan dikembangkan. Anak yatim dan orang miskin ditolong dan dicukupi kebutuhannya. Begitu pula, kaum wanita dihargai dan ditinggikan derajatnya. Islam membawa kedamaian, keselamatan, dan peradaban yang tinggi dan mulia. Nabi Muhammad, selain membanguin jiwa tauhid, juga member tauladan berakhlak yang mulia. Islam juga mengajarkan kepada ummatnya agar beramal saleh atau bekerja secara benar atau professional. Memang kehadiran nabi pada fase awal selalu mendapatkan perlawanan dari orang-orang yang telah teruntungkan dari system yang berlaklu ketika itu, yaitu para pimpinan kabilah-kabilah dan orang-orang yang mengusai sumber-sumber ekonomi dan kekuasaan. Mengikuti ajaran Nabi Muhammad ketika itu, -------bagi orang-orang yang mengusai akses ekonomi dan politik, sama halnya dengan melepaskan kenikmatan yang selama ini dirasakan. Resistensi itu dihadapi oleh Nabi Muhammad dengan penuh bijaksana dan sabar, hingga ia harus hijrah ke Madinah. Sekalipun di kota itu sementara orang menerimanya, tetapi ada pula yang menolak sebagaimana yang terjadi di Makkah. Namun oleh karena adanya berbagai strategi, kebersamaan atau persatuan antara kaum muhajirin dan ansyar, akhirnya misi dakwah itu menunai hasil yang gemilang. Kehadiran Islam adalah membawa misi kasih sayang antar sesama yang selanjutnya disebut sebagai rakhmat. Atas dasar nilai tauhid dan kasih sayang itu berhasil diwujudkan sebuah tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, persaudaraan, nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kejujuran, dan seterusnya. Akhirnya, Islam datang dirasakan sebagai kekuatan solutif atau menyelesaikan problem kemanusian, dan bukan sebagai sumber masalah, sebagaimana yang diduga oleh orang yang tidak paham. Maka akhirnya jika ternyata masih terjadi kasus-kasus berupa konflik, pertikaian, dan bahkan perang, maka hal itu sebenarnya bukan bersumber dari ajaran Islam yang dilakukan tanpa sebab. Kasus-kasus itu adalah bagian dari proses-proses sosial sebagai gejala sosiologis yang sangat mungkin terjadi di manapun. Sebenarnya, Islam selalu membawa dan menganjurkan agar terjadi keselamatan dan kedamaian bersama. Wallahu a’lam.
Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo
Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang