Hidup di dunia hanya sekali. Karenanya, kita harus menjadikan hidup yang sekali itu bermakna di dunia dan bisa menjadi bekal di akhirat kelak. Hidup akan bermakna andai kita isi dengan kerja keras. Tanpa kerja keras tak mungkin kita sukses dan mampu mengemban amanat yang Allah bebankan kepada kita. Tidak ada kesuksesan dan kemuliaan bagi orang yang malas.
Jangankan manusia, binatang pun harus bekerja keras untuk bisa eksis. Apa jadinya bila seekor singa malas berlari untuk memburu mangsanya, ia akan mati kelaparan. Apa jadinya pula bila seekor rusa malas berlari, tentu ia akan dimakan singa. Bahkan seekor nyamuk pun harus bertaruh nyawa untuk mendapatkan makanan. Betapa ranjau manusia siap menghancurkan tubuhnya ketika ia hendak menghisap darah. Cukupkah hanya dengan kerja keras? Ternyata tidak. Manusia tidak bisa mengandalkan otot dan fisiknya belaka. Ia harus memanfaatkan pula potensi pikirannya. Semakin cerdas dalam bekerja, maka akan maksimal pula hasil yang diraih. Rasulullah mengatakan bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat mati dan bekerja keras mempersiapkan bekal guna menghadapi kematian tersebut.
Pesan Rasulullah di atas menggambarkan bahwa kerja keras kita harus dilandasi nilia-nilai moral. Tidak dikatakan cerdas seorang yang bekerja tapi curang ketika melakukannya. Tidak pula dikatakan cerdas bila seseorang bekerja tapi mengorbankan harga diri dan kemuliannya. Kerja keras dengan cerdas akan sempurna bila disertai keikhlasan. Dengan ikhlas, kerja akan semakin indah dijalani.
Seorang yang ikhlas orientasinya tidak hanya sekadar duniawi, tapi juga menyentuh akhirat. Bila kita bekerja keras dengan otak cerdas dan dilandasi ikhlas, insya Allah banyak hal bisa kita raih. Tidak hanya materi, tapi juga amal kebaikan, ilmu, nama baik, dan saudara baru. Kerja yang hanya berorientasi dunia sangat rendah nilainya. Imam Ali mengatakan bahwa siapa yang bekerja karena perutnya belaka, maka derajatnya tidak jauh dari apa yang keluar dari perutnya tersebut. (Ems)