Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Transformasional
Bass mengidentifikasi tiga ciri gaya kepemimpinan transformasional yaitu; karismatik, stimulasi intelektual dan perhatian individual (Yukl, 1989). Bass (1990) dalam revisinya mengidentifikasi inspirasional sebagai salah satu ciri kepemimpinan transformasional. Dengan demikian ciri-ciri gaya kepemimpinan transformasional terdiri atas: karismatik, inspirasional, stimulasi intelektual dan perhatian secara
individual. Bass dan Avolio (dalam Yukl, 1989 ) menguraikan keempat ciri tersebut sebagai berikut;
a) Karismatik ( Idealized Influence )
Pemimpin transformasional memiliki integritas perilaku (behavioral integrity) atau persepsi terhadap kesesuaian antara perkataan dan tindakan. Pemimpin transformasional memberikan contoh dan bertindak sebagai role model positif dalam perilaku sikap, prestasi, maupun komitmen terhadap anggota atau pengikutnya. Keadaan ini tercermin dalam standar moral dan etis yang tinggi. Ia sangat memperhatikan kebutuhan anggotanya, menanggung resiko bersama, memiliki sense of mission, serta menanamkan rasa bangga pada bawahannya. Melalui pengaruh seperti itu, pengikut atau anggota akan menaruh respek, rasa kagum, dan percaya kepada pimpinannya, sehingga mereka berkeinginan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pemimpinnya. Hal ini sangat besar manfaatnya dalam upaya membangun kepercayaan pengikutnya.
b) Inspirasional (Inspirational Motivation).
Pemimpin yang inspirasional oleh Bass dan Avolio (dalam Yukl, 1989) diartikan sebagai sejauh mana seorang pemimpin mampu mengkomunikasikan suatu visi yang menarik, mampu menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha pengikut dan memodelkan perilaku yang sesuai.
Pemimpin yang inspirasional mampu memberikan visi-visi tentang apa yang mungkin dan bagaimana memperolehnya. Pemimpin mampu meningkatkan makna
dan mempromosikan harapan-harapan positif tentang kebutuhan-kebutuhan yang harus dikerjakan.
Perilaku pemimpin inspirasional menurut Yukl (1989), dapat merangsang antusiaisme bawahan terhadap tugas-tugas kelompok dan mengatakan hal-hal yang menimbulkan kepercayaan terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok. Yukl (1989) melanjutkan bahwa membangun kepercayaan diri anggota seperti ini merupakan elemen utama dari pemimpin yang inspirasional. Keyakinan diri yang besar terhadap apa yang dilakukan akan menimbulkan komitmen, loyalitas dan usaha yang melebihi biasanya.
c) Stimulasi Intelektual ( Intellectual Stimulation )
Stimulasi intelektual dipahami dalam upaya seorang pemimpin meningkatkan kesadaran anggota terhadap persoalan-persoalan anggota dan mempengaruhi anggota untuk melihat persoalan tersebut melalui perspektif baru (Yukl, 1989). Lebih lanjut Bass (1990) menjelaskan bahwa melalui stimulasi intelektual, kreativitas anggota dirangsang, dan mendorong untuk menemukan solusi bagi pemecahan masalah- masalah lama dengan prespektif baru. Menurut Deluga dalam Yukl (1989) melalui pendekatan ini pengikut didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan dan bentuk organisasi yang ada saat ini. Anggota juga didorong melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri, serta didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang.
Konsekuensi logis dari praktik stimulasi intelektual ini, seorang pemimpin harus selalu siap dan mengembangkan kapasitas untuk memecahkan masalah dengan caranya sendiri, secara kreatif dan inovatif. Ukuran dari efektivitas kepemimpinan adalah seberapa banyak kemampuan anggota dalam menyelesaikan tugas tanpa kehadiran pemimpin (Bass, 1990).
Melalui praktik stimulasi intelektual ini anggota diberi kesempatan seluas- luasnya oleh pemimpin untuk bertindak secara kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, anggota diberi kesempatan oleh pemimpin untuk berekspresi diri dan mengembangkan diri.
d) Perhatian Secara Individual ( Indivualized Consideration )
Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang, dengan jalan bertindak selaku pelatih (coach) atau penasihat ( mentor ) ( Yukl ; 1989 ).
Perhatian yang berorientasi pada individu ditunjukkan oleh pimpinan melalui pemberian dukungan dalam memperlakukan anggota secara individual. Dengan demikian pimpinan dapat melihat perbedaan-perbedaan yang terdapat pada anggota, sehingga dapat memperlakukan anggota sesuai dengan kebutuhan mereka masing- masing. Mentoring merupakan bentuk perhatian individual yang ditunjukkan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntunan yang diberikan oleh seorang pimpinan kepada anggotanya.