HIDUP BERSAMA MASYARAKAT

Oleh : Dr. H. Uril Bahruddin, M.A

Dikatakan, bahwa manusia itu adalah makhluk sosial. Dia selalu membutuhkan orang lain untuk kelangsungan hidupnya, tidak ada kesuksesan yang dia peroleh tanpa keterlibatan orang lain. Karena itu, kesuksesan dalam hidup manusia ini berbanding lurus dengan kesuksesan hubungan sosial antara sesama manusia. Itulah diantara makna dari Rabthul ‘Am, yaitu adanya hubungan sosial yang kuat antara seorang muslim dengan masyarakat, hingga masyarakat menjadi simpati, memberikan dukungan dan pembelaan kepada Islam.

Kawan...
Tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan ini orang-orang yang gagal dalam membina hubungan sosial di masyarakat. Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi hal ini, diantaranya seringkali seseorang merasa dirinya lebih baik dari masyarakat, bahkan menganggap masyarakat lebi rendah. Sikap seperti ini tentunya tidak disukai oleh banyak orang, apalagi jika kita adalah pendatang dalam sebuah komunitas atau baru menjadi anggota masyarakat itu. Masyarakat itu pasti memiliki keragaman, dalam keragaman itu pasti memiliki banyak kelebihan dan keunggulan, kita harus mengakui seluruh nilai-nilai positif yang sudah berkembang di masyarakat, kemudian merajut nilai-nilai tersebut untuk kebaikan bersama.

Sebab kegagalan yang lain adalah karena kebanyakan kita berhubungan dengan masyarakat dengan menggunakan emosi, ukurannya biasanya didasarkan pada keyakinan kita, benar atau salah. Jika demikian, maka yang muncul dalam kehidupan kita adalah sejumlah perbedaan dengan masyarakat, karena memang realitas yang ada di masyarakat banyak sekali perbedaan keyakinan mereka dengan keyakinan kita. Pendekatan dalam berhubungan dengan masyarakat perlu dirubah dari menggunakan emosi menjadi menggunakan hati. Bukankah Allah telah menyatakan dalam al Quran bahwa jika Allah telah merekatkan hati-hati manusia, maka tidak akan ada yang mampu untuk mengurainya. “Dan telah disatukan hati-hati mereka, jika engkau (wahai Muhammad) nafkahkan semua yang ada di bumi ini, maka tidak akan sangguplah engkau menyatukan hati-hati mereka, yang bisa menyatukan itu hanya Allah swt” (Al Anfal:63).

Hal lain yang biasanya membuat kegagalan dalam berhubungan sosial adalah karena kita memposisikan diri berada di masyarakat bukan bersama masyarakat, bekerja di masyarakat bukan bekerja bersama mereka. Kalau kita hanya tinggal dan berada di masyarakat, maka belum tentu keberadaan kita itu bermanfaat untuk mereka. Adapun kalau kita bersama masyarakat, maka kita akan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka, kita berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Lebih-lebih untuk para penyeru kepada kebaikan atau para da’i, kesuksesan mereka dalam membina hubungan dengan masyarakat menjadi keniscayan, karena nilai-nilai kebaikan Islam akan mudah diterima oleh masyarakat melalui interaksi sang da’i dengan mereka. Dalam berinteraksi dengan masyarakat, ada beberapa indikator kesuksesan yang sekaligus dapat kita jadikan sebagi instrumen dalam mengukur seberapa jauh hubungan yang kita bina bersama masyarakat. Indikator pertama adalah apakah mayarakat memberikan simpati dengan kebaikan-kebaikan yang kita sampaikan atau tidak? Indikator kedua adalah apakah masyarkat mau memberikan dukungan kepada nilai-nilai kebaikan Islam yang kita sampaikan atau tidak? Indikator ketiga adalah apakah masyarakat mau membela Islam jika dinodai oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab atau tidak?.

Tiga indikator kesuksesan hubungan sosial di masyarakat tersebut semuanya terkait dengan bagaimana kesuksesan kita merekatkan masyarakat dengan Islam, bukan sekedar merekrut mereka. Memang, berdakwah itu adalah menyebarkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat, sehingga mereka menjadi rekat dengan Islam. Kedekatan mereka dengan Islam yang dapat membuat mereka dapat simpati, mendukung dan membela Islam, bukan perkara yang mudah, secara waktu juga bisa jadi membutuhkan masa yang tidak sebentar. Karena itu perlu amal jama’i atau kerja sama, kesabaran dan terus berusaha sambil memohon kepada Dzat yang membolak-balikkan hati menjadi aktifitas yang tidak boleh dilupakan oleh para penyeru kepada kebaikan.

Semoga kita tidak hanya sekedar berada dan hidup di masyarakat, kita tingkatkan menjadi hidup bersama masyarakat. Dengan demikian, hubungan sosial kita dengan mereka semakin kokoh, sehingga memudahkan tersebarnya nilai-nilai kebaikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Wallahu a’lam.
==============
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Rekomendasi Artikel: