Di dalam menentukan nilai tukar mata uang, menggunakan nilai kurs. Nilai kurs ditentukan dari kekuatan tawar-menawar mata uang yang diperdagangkan. Menurut J.M. Keynes permintaan uang “liquidity preference” disebabkan oleh :
1. Transaction Motive (motif untuk bertransaksi).
2. Precautionary Motive (motif untuk berjaga-jaga).
3. Speculative Motive (motif untuk spekulasi).
Semakin tinggi permintaan mata uang terhadap mata uang lainnya, maka semakin tinggi nilai mata uang tersebut diperdagangkan. Permintaan yang tinggi ditandai juga dengan tingkat penawaran yang rendah dan kelangkaan mata uang tersebut di pasar valuta asing. Menurut Kasmir (2000:207), terdapat dua macam kurs valuta asing yang diberlakukan oleh bank komersial yaitu:
- Kurs jual pada saat bank menjual dan nasabah membeli. Kurs jual yang ditetapkan oleh bank ketika menjual valuta asing kepada para nasabah lebih tinggi dari mekanisme harga yang terjadi pada saat itu.
- Kurs beli pada saat bank membeli dan nasabah menjual. Kurs beli yang ditetapkan oleh bank, biasanya lebih rendah dari harga yang terjadi pada saat itu dan merupakan kebalikan dari kurs jual. Tinggi rendahnya kurs beli dan jual yang ditetapkan oleh bank merupakan spread atau keuntungan yang diperoleh bank yang bersangkutan.
Menurut Kuncoro (1997:217), terdapat dua faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing yaitu:
1. Faktor politik, merupakan faktor eksternal ekonomi yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap perekonomian suatu negara. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Kontrol devisa, merupakan hambatan yang diciptakan oleh pemerintah bagi pengguna valuta asing dalam transaksi bisnis.
- Perbedaan kurs, menunjukkan terdapatnya perbedaan antara mata uang yang diperdagangkan sebagai adanya tekanan potensi menuju devaluasi atau depresiasi.
2. Faktor makro fundamental, merupakan faktor yang bersumber dari kondisi ekonomi suatu negara secara makro ekonomi.
- Neraca pembayaran, sebagai dampak penawaran dan permintaan akan valuta asing.
- Cadangan devisa intervensi ke pasar valuta asing dengan menggunakan cadangan devisa untuk mendorong nilai mata uang domestik ke atas maupun ke bawah.
- Pertumbuhan GNP dan GDP perekonomian domestik yang tumbuh dengan lamban, menyebabkan ekspor lebih kecil daripada impor sehingga perdagangan menjadi defisit dan depresiasi mata uang.
- Pengeluaran pemerintah. Kenaikan yang pesat dalam pengeluaran pemerintah, terutama bila dibiayai dengan anggaran defisit mengakibatkan naiknya tekanan inflasioner terhadap perekonomian sehingga inflasi cenderung mengakibatkan depresiasi.
- Inflasi relative. Suatu negara yang mengalami inflasi relatif lebih tinggi, akan mendorong depresiasi bagi mata uang domestiknya.
- Pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Menghilangkan resesi dengan meningkatkan pertumbuhan jumlah uang beredar agar suku bunga domestik menurun, mengakibatkan naiknya laju inflasi domestik dan depresiasi.
Menurut Donald & Taylor (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar adalah variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi fundamental ekonomi suatu negara. Variabel tersebut meliputi : Jumlah uang beredar, suku bunga dan tingkat output riil.
Sedangkan Jeff Madura (Syamsul Arifin, 1998) menjelaskan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar ada 3 macam, yaitu:
- Faktor Fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi.
- Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran valas.
- Faktor sentiment pasar. Berkaitan dengan rumus yang bersifat insidentil yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai valas dalam jangka pendek.
Menurut Levi Maurice (1991) nilai tukar yang terbentuk akan dipengaruhi oleh perubahan banyak faktor, seperti faktor fundamental, teknikal serta psikologis yang terakumulasi dalam periode tertentu.
Berkaitan dengan valuta asing, maka nilai mata uang asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Levi (1996) mengemukakan bahwa foreign currency ditentukan oleh “determinated by the forces of supply and demand”. Levi selanjutnya menerangkan kondisi ini dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran (demand and supply curve), di mana turun naiknya kurva ditentukan oleh price wheat (mata uang suatu negara) dan exchange rate (perubahan tingkat bunga).
Sebagai ilustrasi terhadap kurva permintaan dan penawaran mata uang asing dapat digambarkan III.1 sebagai berikut:
Kurva di atas menunjukkan kurva penawaran dolar AS dan dua permintaan yang dijadwalkan untuk dolar oleh Mark Jerman. Dalam ilustrasi di atas permintaan bergerak dari D1 ke D2, dengan hasil kenaikan harga dolar dari 2,5 menjadi 5,0 mark Jerman. Di asumsikan bahwa penawaran dolar bersifat konstan dan karena berbagai alasan permintaan dapat merupakan akibat dari beraneka ragam faktor, misalnya pergeseran besar dalam pemilihan mobil konsumen Jerman dari mobil domestik ke mobil luar negeri yang diimpor dari Amerika Serikat, atau keinginan di pihak investor Jerman untuk mengalihkan asset dan kekayaan mereka dari Jerman ke Amerika Serikat karena pertimbangan kestabilan politik dan masa depan keamanan investasi di Jerman, atau respons dari investor Jerman terhadap tingkat bunga yang tinggi di Amerika Serikat.