A. Pendekatan Perencanaan Transportasi
Model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa seri model yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan.
- 1. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkan. Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain yang dapat dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak, jika suatu tempat berdekatan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tinggi, dan sebaliknya apabila jarak kedua tempat berjauhan maka aksesibilitasnya rendah. Jika tata guna lahan yang tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).
Dari sisi jaringan transportasi, kualitas pelayanan transportasi juga berbeda-beda, sistem jaringan transportasi di suatu daerah mungkin lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi kuantitas (kapasitas) maupun kualitas (frekuensi dan pelayanan). Skema sederhana yang memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang diterapkan mengenai aksesibilitas terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas
Jarak |
Jauh |
Aksesibilitas rendah |
Aksesibilitas menengah |
Dekat |
Aksesibilitas menengah |
Aksesbilitas tinggi |
|
Kondisi prasarana |
Sangat jelek |
Sangat baik |
Sumber : Tamin .O.Z, (1997;53).
- 2. Bangkitan Pergerakan
- a. Umum
Bangkitan pergerakan adalah Tahapan permodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas.
Bangkitan lalu lintas ini mengcakup :
- Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi
b) Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.
Bangkitan dan tarikan pergerakan terlihat secara diagram pada gambar 2.3 dibawah ini
Gambar 2.2.
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
|
|
Sumber : Tamin .O.Z, (1997 ; 60)
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Bangkitan dan tarikan lalu lintas tergantung pada aspek tata guna lahan :
a) Jenis tata guna lahan dan
b) Jumlah aktivitas (dan interaksi) pada tata guna lahan tersebut.
- b. Jenis Tata Guna Lahan
Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dan komersial) mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda, yaitu:
a) Jumlah arus lalu lintas
b) Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil)
c) Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pada pagi dan sore, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di sepanjang hari).
Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan setiap tata guna lahan merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan ekonomi.
- c. Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan
Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.
Tabel 2.2. memperlihatkan bangkitan lalu lintas dari suatu daerah pemukiman yang mempunyai tingkat kepadatan berbeda. Walaupun arus lalu lintas terbesar yang dibangkitkan berasal dari daerah pemukiman diluar kota, bangkitan lalu lintasnya karena intensitas aktivitasnya (dihitung dari tingkat kepadatan permukiman) paling rendah. Karena bangkitan lalu lintas berkaitan dengan jenis dan intensitas perumahan, hubungan antara bangkitan lalu lintas dan kepadatan permukiman menjadi linier.
Tabel 2.2
Bangkitan Lalu Lintas, Jenis Perumahan dan Kepadatannya.
Jenis rumah |
Kepadatan pemukiman (keluarga/Ha) |
Pergerakan Per hari |
Bangkitan pergerakan per hari |
- Permukiman di luar kota - Permukiman di batas kota - Unit rumah - Flat tinggi |
15 45 80 100 |
10 7 5 5 |
150 315 400 500 |
Sumber : Tamin O.Z, (1997 ; 62)
- 3. Sebaran Pergerakan
- a. Umum
Pada sebaran arus lalulintas antara zona i ke zona j dari dua hal yang terjadi secara bersamaan, yaitu lokasi dan intensitas tata guna lahan yang menghasilkan arus lalulintas dan pemisahan ruang, interaksi antara dua buah tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan manusia dan barang.
- b. Pemisahan Ruang
Jarak antara dua buah tata guna lahan merupakan batas pergerakan. Jarak jauh atau biaya yang besar akan membuat pergerakan menjadi lebih sulit (aksesibilitas rendah), sehingga pergerakan arus lalu lintas cenderung meningkat jika jarak antara kedua zonanya semakin dekat. Pemisahan ruang dapat ditentukan oleh jarak, yang diukur dengan waktu dan biaya yang lukan.
- c. Intensitas Ruang dan Intensitas Tata Guna Lahan
Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tata guna lahan, makin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam menarik lalu lintas.
- d. Pemisahan Ruang dan Intensitas Tata Guna Lahan
Daya tarik tata guna lahan akan berkurang dengan meningkatkan jarak (dampak pemisahan ruang). Tata guna lahan cenderung menarik pergerakan lalu lintas dari tempat yang lebih dekat dibandingkan dengan dari tempat yang jauh. Pergerakan lalu lintas yang berjarak pendek lebih banyak dibanding yang berjarak jauh. Interaksi antara daerah sebagai fungsi dari intensitas setiap daerah dan jarak antara kedua daerah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3.
Jaringan transportasi yang baik mampu memecahkan masalah jarak tersebut sehingga interaksi antara kedua tata guna lahan tinggi tanpa memperhatikan faktor jarak.
Tabel 2.3
Interaksi Antar Daerah
Jarak |
Jauh |
Interaksi dapat diabaikan |
Interaksi rendah |
Interaksi menengah |
Dekat |
Interaksi rendah |
Interaksi menengah |
Interaksi sangat tinggi |
|
Interaksi tata guna lahan antar dua zona |
Kecil-kecil |
Kecil-kecil |
Besar-besar |
Sumber : Tamin O.Z, (1997 ; 63)
Sistem transportasi mengurangi hambatan pergerakan dalam ruang, tetapi tidak mengurangi jarak, sehingga bisa diatasi dengan memecahkan sistem jaringan transportasi.
- 4. Pemilihan Moda Transportasi dan Rute
- a. Pemilihan Moda Transportasi
Secara sederhana moda berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan pilihan pertama biasanya berjalan kaki atau menggunakan kendaraan. Jika menggunakan kendaraan, pilihannya adalah kendaraan pribadi (sepeda, sepeda motor, mobil) atau angkutan umum (bus, becak, dan lain-lain).
Orang yang hanya mempunyai satu pilihan moda saja disebut dengan captive terhadap moda tersebut. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda yang dipilihnya biasanya yang mempunyai rute terpendek, tercepat, atau termurah atau kombinasi dari ketiganya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketidaknyamanan dan keselamatan. Hal ini harus dipertimbangkan dalam pilihan moda.
- b. Pemilihan Rute
Prinsip pemilihan moda juga dapat digunakan untuk pemilihan rute. Untuk angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan moda transportasi (bus dan kereta api mempunyai rute yang tetap). Dalam kasus ini, pemilihan moda dan rute dilakukan bersama-sama. Untuk kendaraan pribadi, diasumsikan bahwa orang yang memilih moda transportasinya, lalu rutenya.
- 5. Arus Lalu Lintas Dimanis (Arus Pada Jaringan Jalan)
- a. Arus Lalu Lintas dan Waktu Tercepat
Arus lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi jika arus lintas meningkat pad ruas jalan tertentu, waktu tempuh pasti bertambah karena kecepatan bertambah. Arus maksimum yang dapat melewati suatu titik biasanya pada persimpangan dengan lampu lalu lintas biasanya disebut arus jenuh.
Kapasitas ruas jalan perkotaan biasanya dinyatakan dengan kendaraan (atau dalam satuan mobil penampang/smp) per jam. Hubungan antara arus dengan waktu tempuh (atau kecepatan) tidaklah linear. Penambahan kendaraan tertentu pada saat arus rendah akan menyebabkan waktu tempuh lebih kecil jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan pada saat arus jenuh.
- b. Tingkat Pelayanan
Terdapat dua defenisi tentang tingkat pelayan suatu ruas jalan:
1) Tingkat Pelayanan (Tergantung Arus)
Hal ini berkaitan dengan kecepatan operasi atau fasilitas jalan, yang tergantung pada perbandingan antara arus terhadap kapasitas. Oleh karena itu, tingkat pelayanan pada suatu jalan tergantung pada arus lalu lintas.
2) Tingkat Pelayanan (Tergantung Fasilitas)
Hal ini sangat tergantung pada jenis fasilitas, bukan arusnya. Jalan bebas hambatan mempunyai tingkat pelayanan tinggi, sedangkan jalan yang sempit mempunyai tingkat pelayanan yang rendah.