Tugas Guru Agama di Sekolah
Mengenai tugas guru agama bagi pendidikan Islam adalah mendidik serta membina anak didik dengan memberikan dan menanamkan nilai-nilai agama kepadanya. Menurut para pakar pendidikan berpendapat bahwa tugas guru agama adalah mendidik. Mendidik sendiri mempunyai makna yang cukup luas jika dikaji secara mendalam, mendidik disini sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar sebagaimana dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberikan contoh, membiasakan hal yang baik dan sebagainya.
Menurut seorang tokoh sufi yang terkenal yakni Imam Al-Ghozali memberikan spesifikasi tugas guru agama yang paling utama adalah menyempurnakan, membersikan, serta mensucikan hati manusia agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena tindakan yang akan dan telah dilakukan oleh seorang guru senantiasa mempunyai arti serta pengaruh yang kuat bagi para santri atau siswanya, maka guru harus berhati-hati dalam menjalankan aktivitas sehari- hari.7
Adapun menurut Zuhairini tugas guru agama adalah :
- Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam
- Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
- Mendidik anak agar taat dalam menjalankan ibadah
- Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.8
Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu pembentukan ahklak dan budi pekerti yang mampu menghasilkan orang-orang yang bermanfaat, jiwa yang bersih, mempunyai cita-cita yang luhur, berakhlak mulia, mengerti tentang kewajiban dan pelaksanaannya, dapat menghormati orang lain terutama kepada kedua orang tua, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Seorang pendidik yang mempunyai sosok figur Islami akan senantiasa menampilakan prilaku pendukung nilai-nilai yang dibawa oleh para Nabi dan Rosul, dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya seorang guru agama memiliki dua tugas, yakni mendidik dan mengajar. Mendidik dalam arti membimbing atau memimpin anak didik agar mereka memiliki tabiat dan kepribadian yang baik, serta dapat bertanggungjawab terhadap semua yang dilakukan, terutama berguna bagi bangsa dan Negara.9
Adapun tugas dari guru agama itu sendiri yang terkait dengan peran guru agama di sekolah sebagai berikut :
- Guru agama sebagai pembimbing agama bagi anak didik
Atas dasar tanggung jawab dan kasih sayang serta keihklasan guru, dalam hal ini adalah guru agama mempunyai peran yang sangat penting bagi anak didik dalam mempelajari, mengkaji, mendidik dan membina mereka di kehidupannya, juga dalam mengantarkan menuntut ilmu untuk bekal kelak mengarungi samudra kehidupan yang akan mereka lalui, hendaknya seorang guru tidak segan-segan memberikan pengarahan kepada anak didiknya ketika bekal ilmu yang mereka dapatkan adalah untuk menjadikan mereka menjadi insan kamil, disamping itu juga seorang guru haruslah memberikan nasehat-nasehat kepada anak didiknya tentang nilai-nilai akhlak yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.10
Banyak sekali nilai-nilai akhlak yang mulia yang diajarkan dalam agama, antara lain diajarkan dalam agama sebagai berikut :
- Rendah hati, yaitu sikap yang tumbuh keinsyafan bahwa segala kemulia yang dijagat raya ini adalah murni milik Allah semata Tuhan semesta alam.
- Tidak tamak atau serakah, dalam arti sikap yang tidak ingin mendapatkan sesuatu untuk dirinya sendiri akan tetapi karunia apapun yang diberikan Allah kepadanya akan senantiasa bermanfaat bagi yang lainnya.
- Tidak mempunyai sifat hasud atau iri hati, yakni sikap lapang dada atas karunia yang diberikan Allah terhadap selain dirinya.
- Silaturrahmi, yaitu semua persaudaraan terhadap sesama insan, terutama sesama muslim.
- Adil, yaitu wawasan yang seimbang dalam melihat dan menyikapi segala sesuatu, dalam kaidah usul fiqh arti adil itu sendiri adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.
- Khusnudhon atau berbaik sangka, yakni senantiasa berprasangka baik kepada siapapun, meski sesuatu itu masih belum pasti kejelasan dari sisi baik atau buruknya.
- Amanah, dalam arti dapat dipercaya dalam segala hal, terutama dari ucapan maupun perbuatan.
- Syukur, yakni senantiasa berterima kasih kepada Allah, baik secara lisan dan dibuktikan dalam pebuatan dalam menerima karunia tersebut.
- Dermawan, yaitu gemar bersedekah dalam arti memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
- Hemat, yaitu sikap tidak boros dan tidak kikir dalam menggunakan harta.11
- Guru Agama sebagai Sosok Teladan bagi Anak Didik
Seorang pendidik akan senantiasa menjadi teladan dan pusat perhatian bagi anak didiknya, ia harus mempunyai kharisma yang tinggi, hal ini sangatlah penting karena seorang guru merupakan sosok suri tauladan bagi anak didiknya, jika seorang guru agama tentunya yang sebagai panutan anak didik tersebut dapat membawa diri maka kemungkinan besar akan mudah menghadapi anak didiknya masalahnya jika kepercayaan sebagai contoh yang baik itu sudah terbukti dari seorang guru maka anak didik tersebut akan mengikutinya meskipun kadang tidak disuruhpun akan meniru sisi baik dari seorang guru agama tersebut.12
Maka sesungguhnya guru teladan yang paling baik dan patut dicontoh keteladanannya adalah Rasulullah, karena dalam diri Rasul tersebut terdapat suri tauladan yang baik, sesuai dengan Firman Allah Surat Al-Ahzab ayat 21 :
لقد كان لكم فى رسول الله اسوة حسنة لمن كان ير جوا الله و اليوم الاخر وذ كرالله كثيرا (الاحزاب : 21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengahrap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.13
apa yang ditampilkan oleh lisan beliau sama yang ada di hati beliau, seorang guru agama sebaiknya juga meneladani apa yang ada pada diri Rasul, mampu mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan, bertindak sesuai dengan apa yang telah dinasehatkan kepada anak didiknya, hal yang paling menonjol berkaitan dengan tugas seorang guru adalah mengenai masalah moral, etika atau akhlak dan semua himpunan yang diajarkan dalam agama tersebut. Di Indonesia, pendidikan diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya yakni manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai budi pekerti yang luhur.14
Guru sebagai subyek dalam pendidikan yang paling berperan sebagai pengajar dan pendidik, terutama seorang guru agama dengan misi membangun mental anak bangsa harus telah menjadi seorang yang beriman, bertaqwa dan berbudi pekrti yang luhur, tanpa ada kriteria seperti itu, maka akan mustahil akan terwujud manusia Indonesia seperti yang telah dicita-citakan oleh bangsa ini, karena seorang guru memberikan ilmu, pengetahuan dan pengalaman kepada anak didiknya ibarat memberikan sesuatu kepada anak didiknya, maka ia hanya bisa memberikan sesuatu yang hanya ia miliki. Untuk itu untuk mencetak anak didik yang beriman dan bertqwa maka seorang guru harus terlebih dahulu mempunyai modal iman dan taqwa.
- Guru Agama sebagai orang tua kedua bagi anak didik
Seorang guru agama akan berhasil melaksanakan tugasnya jika mempunyai rasa kasih sayang dan tanggung jawab terhadap muridnya sebagaimana terhadap anaknya sendiri, seorang guru tidak harus menyampaikan pelajaran semata akan tetapi juga berperan sebagai orang tua, jika setiap orang tua memikirkan setiap nasib anaknya agar kelak menjadi orang yang berhasil, berguna bagi nusa dan bangsa serta bahagia dunia sampai akhirat maka seorang guru seharusnya memberikan perhatian kepada anak didiknya.
Mengenai proses belajar mengajar antara guru agama dan murid pada dewasa ini, kurang mendapatkan perhatian dari semua pihak, seorang guru sering tidak mampu tampil sebagai sosok figur yang pantas untuk diteladani dihadapan anak didiknya, apalagi mampu menjadi orang tua mereka, karena itu seringkali guru dipandang dan dinilai oleh muridnya tidak lebih sebagai orang lain yang bertugas menyampaikan materi pelajaran disekolah karena dibayar, kalau sudah menjadi demikian bagaimana mungkin seorang guru membawa, mengarahkan, menunjukkan dan membimbing anak didiknya menuju kepada pendewasaan diri sehingga menjadi manusia yang mandiri dan bertanggung jawab.15
Di daerah jawa pendidikan diidentikkan dengan guru, yang artinya digugu dan ditiru, oleh karena itu guru seharusnya sebagai panutan dan dicintai oleh anak didiknya, begitu juga sebaliknya guru seharusnya lebih mencintai anak didiknya dan mengutamakannya dengan penuh rasa kasih sayang dan tanggung jawab, jika ada seorang anak didik yang mengalami kesulitan, misalnya masalah ekonomi atau keuangan atau kesulitan-kesulitan yang lain maka inilah kesempatan bagi guru untuk mendekati dan berusaha membantu memberikan yang terbaik untuk mengatasi masalah tersebut, membebaskan mereka dari kesulitan dan penderitaan, berusaha membantu kesukaran-kesukaran yang mereka hadapi maka guru tersebut merupakan orang tua yang tulus memberikan kasih sayangnya kepada anak didiknya yang mempunyai kelemahan. Namun terkadang adakalanya orang tua tersebut kurang memperhatikan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada anak-anaknya, karena kesibukan mereka bekerja, mereka berfikir dengan memenuhi segala kebutuhan anak sudah cukup untuk mewakili dari semua kebutuhan dan permasalahan yang ada pada anak-anak mereka.16
7 Abu Hamid Al Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, Ismail Ya’qub, Faizin, 1979, hal : 65
8 Zuhairini Dkk,Op Cit : 55
9 Ibid, hal : 10
10 Abidin Ibnu Rusd, Pemikiran Al Ghozali Tentang Pendidikan, Pustaka Pelajar. Yogyakarata, 1991, hal : 75
11 A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, Fajar Dudia, 1999, hal : 14 - 17
12 Abidin Ibnu Rusd, op cit, hal : 75
13 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mahkota, Edisi revisi, 1989
14 GBHN, Tentang Pendidikan
15 Abidin Ibnu Rusd, op cit, hal : 67
16 Athiyah Al-Abrosy, op cit, hal :136