HUBUNGAN ANTARA SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DENGAN SISTEM SOSIAL
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pemikiran Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Abdul Haris, M.Ag
Dr. H. Agus Maimun, M.Pd
Oleh:
Moch Wahib Dariyadi
15741004
DOKTOR PENDIDIKAN BAHASA ARAB
PASCA SARJANA
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi yang harus dipenuhi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Pendidikan merupakan jalan yang harus dilalui setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan atau ilmu yang dapat penopang kehidupannya. Oleh karena itu, Islam tidak saja mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan memberi dorongan serta arahan agar dengan ilmu itu manusia dapat menemukan kebenaran hakiki dan kehidupan yang bermafaat.
Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak didiknya dengan sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan pendekatannya terhadap segala jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etik Islam.[1]
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat untuk beruasaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Allah SWT. Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan manusia.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna, dan berhasil guna. Oleh karena itu, pendidikan Islam perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efisien melalui sistem yang tepat.
Dalam sistem sosial, berbagai aksi yang ada diorganisasikan menjadi peran-peran, dan peran-peran itu menjadi satuan-satuan yang lebih besar, yaitu institusi. Institusi disebut suatu komplek keutuhan peran yang melembaga dan secara struktur penting dalam sistem sosial yang ada. Institusi yang dimaksudkan adalah pelembagaan peran dan fungsi dari tindakan yang menyatu dalam satuan sistem sosial. Berdasarkan uraian diatas maka dalam makalah ini akan mengulas tentang hubungan sistem pendidikan islam dengan sistem sosial.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kami mengambil beberapa rumusan masalah yang berkaitan tema ini yaitu:
- Apa pengertian sistem pendidikan islam?
- Apa keistimewaan sistem pendidikan islam?
- Bagaimana sistem pendidikan Islam di Indonesia?
- Apa pengertian sistem sosial ?
- Apakah aspek-aspek sistem sosial ?
- Sebutkan elemen-elemen sistem sosial?
- Bagaimana hubungan antara sistem pendidikan Islam dengan sistem sosial?
C. Tujuan Masalah
Bersarakan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
- Mengetahui dan memahami pengertian sistem pendidikan Islam
- Mengetahui dan memahami keistimewaan sistem pendidikan Islam
- Mengetahui dan memahami sistem pendidikan Islam di Indonesia
- Mengetahui dan memahami pengertian sistem social
- Mengetahui dan memahami aspek-aspek sistem sosial
- Mengetahui dan memahami elemen-elemen sistem sosial
- Mengetahui dan memahami hubungan anatar sistem pendidikan Islam dengan sistem sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pendidikan Islam
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya: suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa sistem berarti perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya. Sistem juga diartikan dengan metode. Kalau dikaitkan dengan pengertian dan tujuan pendidikan islam, maka dapat dipahami bahwa sistem pendidikan islam adalah seperangkat unsur yang terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran islam yang saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan dalam mencapai satu tujuan.[2]
Sistem adalah suatu cara dan langkah yang tersusun secara terpadu untuk dapat digunakan dan dilaksanakan dalam suatu usaha dengan baik dan teratur.[3]
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan. Faktor atau unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuannya.
Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang harus memiliki vertikalitas dalam kualitas keilmuan-pengetahuan dan teknologinya.[4]
Sistem pendidikan Islam berarti cara dan langkah yang tersusun berdasarkan sumber-sumber ajaran Islam dalam melaksanakan usaha pendidikan secara baik dan teratur dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.[5]
B. Komponen Sistem Pendidikan Islam
Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa, pendidik, isi/materi, situasi lingkungan, dan alat pendidikan.
Untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, siswa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
1. Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:[6]
a) Pembinaan akhlak
b) Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat
c) Penguasaan ilmu
d) Keterampilan bekerja dalam masyarakat
2. Siswa
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan Islam tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua dimensi (jasmanyiah dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-baik model dan sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Keutamaan lain yang diberikan Allah SWT adalah fitrah, yakni potensi manusiawi yang educable.[7]
3. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[8]
4. Materi/isi Pendidikan
Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.[9]
Klasifikasi Ibnu Khaldun tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan Islam yang bersumber dari Al Qur’an meliputi sebagai berikut:[10]
a) Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika, fisika, medis, pertanian, metafisika, serta ilmu yang berkaitan dengan kuantitas.
b) Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences), terdiri dari: ilmu Al Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqh, teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa.
5. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat.
- Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam
- Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Universitas Islam
- Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan mushala, TPA.[11]
6. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
Alat pendidikan dapat membentu dan bahkan terkadang dalam hal tertentu dapat menggantikan peran pendidikdalam proses pembelajaran.[12]
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.
C. Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam memiliki keistemewaan dibanding sistem pendidikan lain, yaitu:[13]
- Adanya korelasi antara bahan-bahan pelajaran dengan agama
- Mewujudkan prinsip dan sistem desentralisasi dalam belajar
- Asas persamaan dalam pengajaran dan demokratisasi dalam pendidikan Islam
- Mengkaitkan ajaran agama dengan kehidupan manusia
- Asas kewajiban mengajar
C. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia.
1.Sekolah
Sekolah menitik beratkan kepada pendidikan formal, di sekolah prosedur pendidikan telah diatur sedemikian rupa, ada guru, ada siswa, ada jadwal pelajaran yang berpedoman kepada kurikulum dan silabus, ada jam-jam tertentu waktu belajar serta dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan serta perlengkapan-perlengkapan dan peraturan-peraturan lainnya.[14]
2.Madrasah
Madrasah adalah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. Madrasah pada prinsipnya adalah kelanjutan dari sistem pesantren.
Ditinjau dari segi tingkatannya madrasah dibagi menjadi tiga, yaitu :
- Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar)
- Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah)
- Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas).[15]
Tugas lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
- Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir, akidah, dan tasyri’ yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk dan realisasi itu ialah agar peserta didik beribadah, mentauhidkan Alloh SWT, tunduk dan patuh atas perintah-Nya serta syariat-Nya.
- Memelihara fitrah anak didik sebagai insan mulia, agar tak menyimpang tujuan Allah menciptakannya.
- Memberikan kepada anak didik dengan seperangkat keberadaban dan kebudayaan islami.
- Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi), karena pengaruh zaman dewasa ini lebih mengarah pada penyimpangan fitrah manusiawi.
- Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang membawa khazanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.
- Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antar anak didik.[16]
3. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab, hukum Islam, system yurisprudensi Islam, Hadits, tafsir Al-Qur’an, teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika. Literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-kitab klasik yang disebut dengan istilah “kitab kuning”. Tujuan pendidikan dalam pesantren yaitu untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin akhlak dan keagamaan.[17]
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga pendidikan umumnya, yaitu:
- Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara kiai dan santri.
- Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi, karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problem non kurikuler mereka sendiri.
- Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah SWT semata.
- Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
- Alumni pondok pesantren tak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga mereka tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.[18]
4. Majlis Ta’lim
Keberadaan majelis ta’lim tidak hanya terbatas sebagai tempat pengajian saja,tetapi menjadi lebih maju lagi menjadi lembaga yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Oleh karena itu majelis ta’lim menjadi sarana dakwah pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Penyelenggaraan majelis ta’lim berbeda dengan peyelenggaraan pendidikanIslam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materimaupun tujuannya.
Majelis ta’lim memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam
- Pengikut atau pesertanya disebut jamâ.ah (orang banyak), bukan pelajar atausantri. Hal ini didasarkan kepada kehadiran di majelis ta.lim tidak merupakankewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah
- Waktu belajar berkala tidak teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnyasekolah dan madrasah.
- Tujuannya yaitu untuk memasyarakatkan ajaran Islam.[19]
D. Pengertian Sistem Sosial
Secara etimologi, sistem sosial berasal dari dua kata, yaitu sistem dan sosial. Sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema. Yang artinya: Pertama, Keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian dan Kedua, Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Dengan demikian, kata systema berarti himpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur yang merupakan satu keseluruhan. Pada suatu sistem terdapat beberapa sistem kecil.
Sistem dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang lebih tinggi daripada hanya merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur, atau metode. Sistem adalah suatu cara yang mekanismenya berpola dan konsisten, bahkan mekanismenya sering bersifat otomatis. Berarti bahwa sistem mencakup berbagai subsistem yang integral, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Setiap subsistem memegang peran, tugas, dan kedudukannya masing-masing, tetapi keterkaitan tugas dan kedudukan antarsistem menentukan tercapainya tujuan.[20]
Adapun kata sosial berasal dari kata society yang berarti masyarakat. Sosial artinya hidup bersama sebagai lawan dari kata individual yang berarti hidup sendiri. Sistem sosial artinya himpunan dari berbagai subsistem yang terdapat dalam kehidupan masyarakat yang saling berinteraksi dan membentuk kehidupan bersama untuk mencapai tujuan tertentu.[21]
Dalam sistem sosial, berbagai aksi yang ada diorganisasikan menjadi peran-peran, dan peran-peran itu menjadi satuan-satuan yang lebih besar, yaitu institusi. Institusi disebut suatu komplek keutuhan peran yang melembaga dan secara struktur penting dalam sistem sosial yang ada. Institusi yang dimaksudkan adalah pelembagaan peran dan fungsi dari tindakan yang menyatu dalam satuan sistem sosial.[22]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem sosial adalah himpunan subsistem yang terdapat dalam masyarakat yang menguatkan terbentuknya kehidupan bersama dan saling menguatkan, saling membutuhkan, dan saling mendukung ketercapaian tujuan bersama.
B. Aspek dalam Sistem Sosial
Sistem sosial mencakup beberapa aspek atau unsur-unsur penting, berikut :
1. Individu-individu yang hidup bersama
2. Tugas dan fungsi yang berlainan
3. Tujuan bersama
4. Nilai yang dianut bersama
5. Pencapaian kinerja yang intrgral
6. Saling bertanggung jawab terhadap hak dan kewajiban masing-masing
Pada lembaga pendidikan, sistem sosial terdiri atas hal-hal sebagai berikut:
1. Kumpulan individu dalam organisasi pendidikan
2. Lingkungan pendidikan
3. Siswa
4. Para pendidik
5. Alat-alat pendidikan
6. Tujuan pendidikan
7. Media pendidikan
8. Lingkungan masyarakat
9. Proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas
10. Strategi pembelajaran
11. Biaya pendidikan
12. Orang tua siswa
13. Para donatr lembaga pendidikan
14. Dewan sekolah
15. Manfaat alumni bagi masyarakat
16. Kurikulum
17. Pemerintah
18. Berbagai organisasi masyarakat ataupun organisasi politik yang mendukung pengembangan lembaga pendidikan.
C. Elemen-Elemen Sistem Sosial
Elemen sistem organisasi sosial berkaitan dengan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang pertama adalah keluarga. Dalam keluarga, orangtua menentukan pola pembinaan pertama bagi anak. Ajaran islam menekankan agar setiap manusia dapat memelihara keluarganya. Dari siksa api neraka, juga termasuk menjaga anak dan harta agar tidak menjadi fitnah, yaitu dengan mendidik anak sebaik-baiknya.
Dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 disebutkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Hubungan orientasional antara perintah mendidik bagi orangtua terhadap anaknya dengan pendidikan islam, terlihat dalam implikasi dari tujuan pendidikan islam, yaitu membentuk pengetahuan (kognisi), sikap (afeksi), dan perilaku (motorik) manusia yang sesuai paradigma pendidikan islam.
Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua yang terdiri atas tempat belajar dan mengajar, yang di dalamnya terdapat para pendidik dan anak didik, para karyawan, fasilitas sekolah, perpustakaan, dan aktivitas lainnya yang melibatkan lembaga pendidikan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004: 55-61), dalam lingkungan sekolah perbedaan individual anak didik perlu mendapat perhatian dari guru sehingga pengelolaan pengajaran berjalan secara kondusif. Perbedaan individual anak didik berkaitan dengan:
- Perbedaan biologis
Perbedaan biologis anak didik berhubungan dengan fisik, kesehatan anak didik, dan mentalitasnya. Tidak hanya mental anak didik yang harus diperhatikan, tetapi para pendidik harus memperhitungkan suasana kelas dan keadaan fisik, kesehatan anak didik.
- Perbedaan intelektual
Intelegensi merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan dalam dunia pendidikan. Keaktualan itu dikarenakan intelegensi ikut memengaruhi keberhasilan belajar anak didik. Intelegensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradabtasi dengan lingkungan yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
- Perbedaan psikologis
Perbedaan aspek psikologis tak dapat dihindari disebabkan pembawaan dan lingkungan anak didik yang belainan antara satu dengan lainnya. Dalam pengelolaan pengajaran, aspek psikologis sering menjadi ajang persoalan, terutama menyangkut masalah minat dan perhatian anak didik terhadap pelajaran yang diberikan. Untuk memahami jiwa anak didik guru dapat melakukan pendekatan secara individual. Dengan cara ini, hubungan guru dengan anakdidik menjadi akrab. Anak didik merasa diperhatikan dan dilayani kebutuhannya dan guru dapat mengenal anak didiknya sebagai individu. Guru juga harus dapat menempatkan diri sebagai orangtua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orangtua kandung/wali anak didik dalam jangka waktu tertentu.
Setelah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, yang ketiga adalah lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan masyarakat. Di lingkungan inilah ilmu pengetahuan anak diamalkan. Pengembangan ilmu pendidikan islam yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat adalah sebagai berikut:
- Pendidikan tentang lingkungan yang bersih, yaitu yang bersih dari kemaksiatan;
- Pendidikan tentang amar ma’ruf nahi munkar, yaitu pendidikan dakwah yang menyemarakan lingkungan masyarakat dengan berbagai kegiatan positif dan dijunjung tinggi oleh nilai-nilai keislaman;
- Pendidikan tentang sanksi sosial bagi anggota masyarakat yang merusak nama baik lingkungan sosial-religiusnya.
Dalam lembaga pendidikan, sistem sosial dan organisasi sosial meliputi perilaku organisasi, budaya organisasi, etika organisasi, dan hubungan fungsional anggota organisasi. Kinerja organisasi berhubungan dengan visi dan misi organisasi. Oleh karena itu, sebagai sistem organisasi sosial, lembaga pendidikan tidak berdiri sendiri. Hal itu berkaitan dengan seluruh civitas akademika yang terdapat dalam lembaga pendidikan.
D. Hubungan Antara Sistem Pendidikan Islam Dengan Sistem Sosial
Sebagai sistem sosial, pendidikan islam harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala hal. Dalam hal ini sistem pendidikan islam memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.[23]
Kemudian dari fungsi dan peran pendidikan itu maka sistem pendidikan islam dan sistem sosial terdapat hubungan, yaitu:
- Hubungan fungsional, yaitu hubungan yang berkaitan dengan gerak fungsi aktivitas kependidikan.
- Hubungan timbal balik, yaitu hubungan saling menguatkan dan memberi masukan untuk pemenuhan kepentingan kependidikan.
- Hubungan sinergitas, yaitu hubungan kerja sama antar bagian tertentu meskipun tugas dan kewajiban yang berbeda.
- Hubungan umpan balik, yaitu hubungan yang berkaitan dengan saling melengkapi dan menyempurnakan kinerja kependidikan.
- Hubungan sebab akibat, yaitu adanya keterkaitan antara aktivitas kegiatan pendidikan dan hasil yang dicapai serta dengan dampak yang diterima oleh para pendidik dan peserta didik.
- Hubungan normatif, yaitu hubungan yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan harus dipatuhi oleh semua civitas akademik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
- Sistem Pendidikan Islam adalah cara dan langkah yang tersusun berdasarkan sumber-sumber ajaran Islam dalam melaksanakan usaha pendidikan secara baik dan teratur dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.
- Keistimewaan sistem pendidikan Islam yaitu dasarnya adalah akidah islamiyah (iman/al-aqidah al-islamiyyah), menjadikan akidah sebagai landasan didalam pendidikan, membentuk kepribadian Islam dan memberikan keterampilan dalam ilmu kehidupan, tolak ukur bukan sekedar berupa nilai, pendidikan terpadu.
- Sistem Pendidikan Islam di Indonesia antara lain terdapat di Sekolah, Madrasah, Pondok Pesantren, dan Majlis Ta’lim yang telah dijelaskan di pembahasan makalah ini.
- Dalam sistem pendidikan islam dan sistem sosial terdapat hubungan, yaitu: hubungan fungsional, hubungan timbal balik, hubungan sinergitas, hubungan umpan balik, hubungan sebab akibat, hubungan normatif.
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, M, 1996, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara
Hasan, Muhammad Tholchah.1987.Islam dalam Perspektif Sosial Budaya. Jakarta:Galasa Nusantara
Daulay, Haidar Putra.2007.Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Mas’ud, Abdurrachman dkk. 2001. Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mujib,Abdul.2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Rahman, Muhammad Aulia.2002.Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Intermasa
Rais, Amien.1989. Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta. Bandung: Mizan
Saefullah. 2012. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Tafsir,Ahmad.1992.Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thalib,Muhammad.2001.20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam.Yogyakarta: Ma’alimul Usroh
[1].Abdurrachman Mas’ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 79
[2].Muhammad Aulia Rahman, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.Intermasa, 2002), hlm. 69.
[3].Muhammad Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ma’alimul Usroh, 2001), hlm. 33.
[4].Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 73
[5].Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm.34.
[6].Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 49
[7]Moh. Roqib, Ilmu Pendiidkan Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hlm. 59
[8]Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41
[9]Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 135
[10]Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm.136
[11]. Abdurrachman Mas’ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 44
[12].Moh. Roqib, Ilmu Pendiidkan Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hlm. 69
[13].Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 233
[14].Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group,2007), hlm.63.
[15]. Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group,2007), hlm.65
[16].Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm.241.
[17].Muhammad Tholchah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosial Budaya, (Jakarta:Galasa Nusantara, 1987), hlm.103
[18].Amien Rais M., Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1989), hlm.162
[19]. Amien Rais M., Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1989), hlm.6
[20].Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 69
[21].Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 70
[22].Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 71
[23]Oemar hamalik.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi aksara.2005 jakarta.cet 5 hal: 23