Pengertian Guru Agama
Pembahasan tentang guru agama sangatlah luas, karena begitu banyaknya referensi dan kajian tentang pembahasan mengenai guru agama, maka dari itu untuk mempermudah dalam memahami tentang pengertian guru agama penulis menjelaskan bahwa yang dimaksud guru dalam skripsi ini adalah guru sebagai pendidik formal.
Secara umum definisi pengertian guru agama menurut para ahli sebagai berikut :
a. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan :
Guru adalah seseorang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar, jadi kalau guru agama adalah seseorang yang profesinya mengajar pendidikan agama Islam.1
b. H.M. Arifin
Guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai cita-cita Islami, yang telah matang rohaniah dan jasmaniah serta mamahami kebutuhan perkembangan siswa bagi kehidupan masa depannya, ia tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh siswa akan tetapi juga memberikan nilai dan tata aturan yang bersifat islami ke dalam pribadi siswa sehingga menyatu serta mewarnai prilaku mereka yang bernafaskan Islam.2
c. Zuhairini dkk
Guru agama adalah orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggungjawab kepada Allah SWT.3
d. Athiyah Al-Abrosy mengatakan
Guru dalam hal ini adalah guru agama yang merupakan guru spiritual bagi seorang murid atau seorang bapak spiritual kepada anaknya dengan maksud memberikan santapan rohani berupa pelajaran ahklak dan budi pekerti yang luhur.4
Dan masih banyak ahli dan para pakar pendidikan mendefinisikan istilah guru agama akan tetapi beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya guru agama adalah seseorang yang bertugas mengajarkan agama islam sekaligus membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta terbentuknya kepribadian anak didik yang Islami sehingga terjalin keseimbangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Demikian juga guru agama tersebut berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya, guru agama disamping melaksanakan tugas dan pembinaan bagi peserta didik ia juga membantu dalam pembentukan kepribadian dan mental anak didik tersebut sehingga anak didik tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta, karena itu guru agama masuk ke dalam kelas dengan apa yang ada padanya sangat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas pendidikan agama bagi peserta didik, misalnya caranya berpakaian, berbicara, bergaul, makan, minum, serta diamnyapun sangat mempunyai arti yang sangat penting karena paling tidak segala prilaku aktifitasnya disoroti oleh lingkungan terutama tauladan bagi peserta didik.5
Dalam agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat islam wajib mendakwahkan dan memberikan pendidikan agama Islam kepada yang lain sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 :
ادع الى سبيل ربك با لحكمة والموعظة الحسنة وجا د لهم بالتي هي احسن ان ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتدين (النحل : 125)
Artinya :
‘Serulah manusia kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang mengetahui tentang siapa-siapa yang tersesat dijalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk’.6
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat menjadi pendidik agama Islam atau disebut guru agama asalkan dia memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang diajarkan
dan bersedia menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain. Akan tetapi pendidikan agama ternyata tidak menyangkut masalah transformasi ajaran dan nilainya kepada pihak lain akan tetapi lebih merupakan masalah yang sangat kompleks dalam arti setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, bagaimana cara atau pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama tersebut dan seberapa jauh tingkat efektifitas dalam kegiatan tersebut serta usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik siswa demikian seterusnya.
Dengan dasar seperti itulah maka prilaku pendidikan dari upaya guru agama sangat kompleks, yang membutuhkan kajian secara mendalam, dalam kerangka kependidikan secara umum dapat dikatakan bahwa prilaku guru agama dipandang sebagai sumber pengaruh sedangkan tingkah laku siswa sebagai efek dari berbagai proses tingkah laku dari kegiatan interaksi dalam kehidupan.
1 W.J.S Purwa darmito, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal : 335
2 H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hal : 193
3 Zuhairini Dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Jakarta, 2004, hal : 54
4 Athiyah Al-Abrosy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, hal : 136
5 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Ruhama. Jakarta, 1995, hal : 99
6 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Mahkota, Surabaya, Edisi revisi, 1989,