Ngaji Syarah al-Hikam, nomor 66.
Hati-hatilah jika Allah tetap melimpahkan nikmat dan karunia-Nya padamu padahal dirimu senantiasa berbuat dosa dan maksiat. Sebab, bisa jadi semua itu adalah istidraj atau “pelulu” (jawa) dari Allah, sehingga tanpa kau sadari engkau justru semakin jauh dari-Nya dan akhirnya jatuh dalam kesengsaraan dan kemurkaan-Nya, sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an, “Kami biarkan mereka berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang tidak mereka ketahui” (QS. Al-A’raf, 182).
Kondisi tersebut seperti seekor burung yang hinggap dan makan makanan yang sengaja ditebarkan oleh seorang pemburu. Sang burung terus mematuk deretan makanan yang diumpankan sampai akhirnya tanpa disadari dia masuk dalam perangkap. Setiap nikmat yang diterima justru menjauhkan dirinya dari Allah dan setiap anugerah yang digunakan adalah jalan menuju kehancuran.
Ingatlah bahwa setiap maksiat dan kedurhakaan pasti berakibat pada kemurkaan dan siksa-Nya. Karena itu, atas dasar apa kamu masih merasa aman dari murka-Nya saat engkau berbuat maksiat? Tidak sadarkah engkau bahwa setiap kotoran dosa harus dibersihkan di dalam neraka? (PP al-Azkiya)
Sumber : Laman FB Dr. H. A. Khudori Soleh, M.Ag