Keberaniannya membekuk pelaku kejahatan patut diacungi jempol. Tak banyak sosok sebelia Muhammad Abdul Aziz mampu melakukan tindakan heroik itu: menyelamatkan masa depan seorang gadis.
Kisah heroik Muhammad Abdul Aziz (15), Ilham Maulana (13), dan Abdurahman Assegaf (13) menggagalkan aksi kejahatan terdengar seantero jagat. Menoreh kebanggaan dalam hati orang tuanya. Keberanian tiga pelajar menangkap pelaku aksi pemerkosaan menjadi bukti masih banyaknya pelajar bernaluri pahlawan.
Muhammad Abdul Azis menjadi satu di antara tiga heroik yang ambil peran. Keberanian pelajar Madrasah Tsanawiyah Fathan Mubina Ciawi itu berhasil menghentikan kebejatan pelaku yang ingin memperkosa seorang gadis.
’’Saya menarik kerah pelaku yang sedang berusaha melakukan pemerkosaan itu,’’ kata Abdul Azis mengenang momen keberaniannya.
Berkemeja kotak-kotak biru Abdul Azis mengurut kembali peristiwa yang terjadi di kawasan wisata Tapos, Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Wajah putra bungsu dari tiga bersaudara ini sekilat berubah sedikit memerah. Seperti menyimpan amarah yang tersisa.
’’Ini bukan kali pertama saya melihat aksi bejat seperti itu. Sebelumnya juga pernah terjadi,” tuturnya dengan suara bergelora.
Muhammad Abdul Aziz memang sosok pelajar yang berkarakter. Di lingkungan rumahnya di Desa Citepu, Kampung Pandan Menteng, RT 2/2, Ciawai memang dikenal sangat baik. Rajin mengaji dan senang berlatih pencak silat.
Anak bungsu dari pasangan Rahmah dan Siti Hawanah ini pun terkenal ramah. Selalu menyapa warga kampung dan akrab pada kalangan segala usia. Hingga dikenal banyak warga sekitar.
’’Sebelumnya pernah terjadi aksi serupa. Tapi saya tak begitu berani. Karena ada rasa takut,’’ paparnya malu.
Sikap takut itu ternyata tertanam dalam dirinya. Sikap takut itu tak memberikan perubahan bagi lingkungan. Bahkan sikap takut itulah yang membuat masa depan seorang gadis jadi hilang.
’’Saya belajar dari pengalaman itu. Ayah juga ingatkan untuk selalu berani menegakkan kebenaran,’’ tegas pelajar kelas III ini.
Pada peritiwa kedua itulah, Aziz tak ingin melakukan kesalahan lagi. Pesan ayahnya untuk menegakkan kebenaran terngiang selalu. Hingga keberanian itu pun datang dan menggagalkan pelaku kejahatan yang ingin memperkosa gadis.
Ayah kandung Aziz, Rahmat mengakui bangga dengan sikap anak ketiganya itu. Berani menegakkan kebenaran dan menyelamatkan gadis dari aksi bejat pelaku. Padahal pelaku terbilang cukup dewasa dan bisa melakukan perlawanan.
’’Aziz sempat mengancam pelaku dengan perkataan yang sedikit bergaya jawara,” terang Rahmat mengulang kisah hebat putranya.
’’Kalau mau beginian jangan di kampung ini,” lanjut Rahmat mengulang perkataan Aziz saat mengancam pelaku itu.
Rahmat menambahkan anaknya memang berkarakter sekali. Di rumah sangat sayang pada orang tua dan adiknya. Meski ada beberapa kenakalan Aziz yang juga sempat membuat kesal.
Di usia remaja, lanjut Rahmat, kadang Aziz suka merokok. Padahal sudah berulang-ulang diingatkan untuk tidak merokok sebelum bekerja. Tapi sering kali curi-curi merokok di luar rumah.
’’Kalau di depan saya tidak pernah merokok. Kalau di luar dia merokok,” tutur Rahmat yang mendampingi Aziz menerima penghargaan pahlawan kecil di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jakarta.
Meski begitu, Rahmat merasa sangat bahagia dengan keberanian putranya. Keberanian itu bukan lahir begitu saja. Aziz tumbuh kepercayaan diri saat mulai berlatih pencak silat.
Pada kasus pertama, dia menyebutkan Aziz memang tak berani menggagalkan kejahatan itu. Saat peristiwa pertama pelaku kejahatan memiliki postur tubuh lebih besar. Hingga membuat nyali Aziz sedikit hilang.
’’Saat itu Aziz cerita kalau pelakunya besar dan tidak berani. Jadi saya minta kalau ada kejahatan itu lebih baik melaporkan ke polisi,’’ tegasnya.
Karakter pelajar ini memang semakin tumbuh dan terbentuk secara positif. Kebiasaannya menyibukkan diri pada berbagai kegiatan membuahkan hasil. Seharian Aziz melakukan kegiatan yang positif.
’’Pagi sekolah dari jam 7–2 siang. Setelah itu mengaji sampai jam 8 malam,” ucap Rahmat.
Itu dilakukan setiap hari. Di sela kegiatannya Aziz melatih diri dengan pencak silat. Tak lupa membantu kegiatan rumah. Mulai mengantar adiknya, Irma Rahman yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Setiap pagi sering mengantar ibunya ke pasar membeli kebutuhan sehari-hari. Sehingga Aziz sangat sibuk dengan berbagai kegiatan.
Atas kegigihannya itulah Muhammad Abdul Aziz bersama tiga pelajar lainnya mendapat anugerah dari KPAI. Didaulat sebagai pelajar berkarakter pahlawan. Mereka pun mendapatkan berbagai fasilitas lain dari pemerintah, berupa beasiswa dan laptop. (*)