Nama lengkapnya imam Abu Muhammad Said bin Abdul Aziz At Tanukhi Ad Dimasyqi. Ulama besar Damaskus ini dilahirkan pada masa kehidupan dua shahabat terkenal, Sahl bin Sa’ad As Sa’idi dan Anas bin Malik. Masa kecilnya dilalui dengan berguru kepada banyak ulama terkenal seperti Makhul, Az Zuhri, Nafi’ maula Ibnu Umar, Zaid bin Aslam dan lain-lain. Secara khusus ia belajar Al Qur’an kepada Ibnu Amir dan Yazid bin Abi Malik. Ia juga sempat belajar kepada murid Ibnu Abbas, yaitu Atho’. Meskipun tidak banyak meriwayatkan hadits, namun hadits yang diriwayatkan oleh Said bin Abdul Aziz telah dikumpulkan oleh imam Ath Thabrani dalam satu juz tersendiri.
Di antara hadits yang diriwayatkannya adalah hadits tentang negeri Syam sebagai tempat yang akan menjadi jalan keluar fitnah di akhir zaman. Dari Sa’id bin Abdul Aziz dari Yunus bin Maisarah dari shahabat Abdullah bin Amru bin Ash ia berkata,” Rasulullah bersabda,” Saya melihat (dslam mimpi) Al Kitab (Al Qur’an) diangkat dari bawah bantalku, lalu kuikuti ke arah mana ia bergerak dengan mataku, ternyata ia adalah sebuah cahaya yang terbit di negeri Syam. Sesungguhnya iman ketika terjadi fitnah berada di negeri Syam” [Hadits Shahih, HR. Al Hakim, Al Haitsami dan Ath Thabrani].
Keluasan ilmu Said bin Abdul Aziz bisa kita tilik dari sederet ulama besar yang menjadi muridnya, seperti imam Abdullah bin Mubarak, Waki’ bin Jarah, Abdu Razaq, Baqiyah bin Walid, Walid bin Muslim dan ulama-ulama besar lain. Tak kurang dari ulama sejawatnya, seperti imam Syu’bah bin Hajaj dan Sufyan Ats Tsauri juga berguru kepada beliau. Dengan keluasan ilmunya, beliau menjadi penghulu para ulama di Syam setelah wafatnya imam Al Auza’i. Selama sepuluh tahun setelah kewafatan imam Al Auza’I, Said bin Abdul Aziz menjadi pelita bagi kaum muslimin.
Said muda merupakan gambaran pelajar yang tekun mendalami ilmu. Di waktu pagi ia belajar kepada imam Abu Malik, di waktu siang belajar kepada imam Ismail bin Ubaidullah dan di waktu sore belajar kepada imam Makhul. Setiap pelajaran yang diterimanya dihafal dengan baik sehingga ia tidak perlu susah-susah menulis. Kelebihan ini diakui banyak ulama, takm heran bila ia menjadi kepercaaan banyak ulama besar. Setiap kali imam Al Auza’I ditanya tentang sebuah permasalahan dan kebetulan di situ ada Said bin Abdul Aziz, ia mempersilahkan Sa’id untuk menjawabnya.
Imam Al Hakim mengatakan,” Bagi penduduk Syam kedudukan imam Said bin Abdul Aziz dalam masalah fiqih (pemahaman tentang dien) dan sifat amanah seperti kedudukan imam Malik bagi penduduk Madinah.” Bahkan imam Ahmad memujinya dengan mengatakan,” Di Syam tidak ada orang yang hadisnya lebih shahih melebihi Said bin Abdul Aziz.” Meski terkenal dengan keluasan ilmunya, tak jarang ia mengucapkan secara terus terang “tidak tahu” terhadap permasalahan yang benar-benar tidak ia ketahui. Bahkan ia mengatakan,” Mengatakan aku tidak tahu terhadap hal yang memang tidak diketahui merupakan setengah dari ilmu.”
Kesungguhannya dalam beribadah :
Selain menjadi panutan masyarakat dalam masalah ilmu, kesungguhan ibadahnya juga menjadi cermin yang baik bagi masyarakat.
- Abu Nadhr Ishaq bin Ibrahim berkata,” Saya mendengar tetesan air mata said bin Abdul Aziz di tikar pada saat ia sholat.” Suatu saat muridnya yang bernama abu Abdurahman Al Asadi menanyakan hal itu, maka Said bin Abdul Aziz bercerita,” Tidaklah aku berdiri sholat kecuali neraka jahanam seakan dinampakkan di hadapanku.”
- Muhammad bin Mubarak berkata,” Jika Said bin Abdul Aziz tertinggal sholat jama’ah, ia menangis.”
- Walid bin Muslim berkata,” Said bin Abdul Aziz selalu menghidupkan malam hari dengan sholat. Jika waktu subuh datang, ia memperbaharui wudhu lalu keluar ke masjid.”
Nasehat-Nasehatnya :
Petuah-petuahnya menjadi penyejuk hati dan penerang jalan bagi kaum muslimin. Di antara kata-kata mutiara beliau adalah :
- perkataan beliau,” Dalam kehidupan ini tidak ada kebaikan kecuali bagi salah satu dari dua orang : orang yang diam namun paham atau orang yang berbicara karena berilmu.”
- Beliau juga pernah berkata,” Barang siapa berbuat baik hendaklah iamengharap pahalanya. Barang siapa berbuat buruk maka janganlah ia mengingkari balasannya. Barang siapa mencari kemuliaan dengan cara yang tidak benar, Allah akan menghinakannya dengan cara yang benar. Barang siapa mengumpulkan harta dengan cara yang dzalim, Allah akan menjadikannya miskin dengan cara yang tidak dzalim.”
- Suatu saat ada orang yang bekata kepadanya,” Semoga Allah memanjangkan umurmu.” Said menjawab,” Tidak begitu, tetapi semoga Allah menyegerakanku kepada rahmat-Nya.”
Ulama besar ini wafat pada tahun 167 H, semoga Allah merahmati dan meridhainya.
Sumber : Siyaru A’lam Nubala’ 8/32-38.