Apakah anda pernah mendengar orang bekerja dengan rute Jakarta-Sukabumi tiap hari pulang pergi? Pasti anda pernah mendengarnya. Waktu kantor saya masih di Kelapa Gading, bis jurusan Tanjung Priuk-Sukabumi selalu ramai dengan penumpang. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa banyak orang yang tinggal di Sukabumi yang aktivitasnya di Jakarta dan mereka pulang pergi untuk itu.
Tapi pernahkah anda berinteraksi dengan mereka? dapatkah anda membayangkan orang melakukan semua itu selama 27 tahun? Wow perjuangan yang luar biasa menghabiskan waktu selama 27 tahun untuk pulang pergi Jakarta-Sukabumi setiap hari.
Ya, saya menemui orang seperti itu di kantor saya sekarang. Sudah setahun lebih ini saya berinteraksi dengan orang tersebut.
Namanya Mad Juju, kami biasa menyapanya dengan nama Pak Juju, pria sederhana dan pendiam yang berdomisili di Sukabumi. Sejak tahun 1981 (which is saya masih digendong-gendong tuh...) beliau sudah bekerja di instansi DJP. Artinya sudah 27 tahun beliau mengabdi sebagai PNS. Suatu masa yang bukan sebentar untuk sebuah pengabdian, apalagi dengan jarak yang begitu jauh. Semua beliau jalani dengan santai saja, tiap hari selesai sholat subuh (bahkan kadang subuh dalam perjalanan) beliau sudah harus berangkat bekerja. Dengan menaiki bis rute Sukabumi-Jakarta tiap hari beliau hafal betul bagaimana suasana perjalanannya, bahka supir dan kondektur bis tersebut ia kenal dengan baik.
Saya pernah tanyakan kepada beliau kenapa tidak minta pindah saja ke kantor yang dekat dengan rumah, beliau hanya bilang ini sudah tugas, dan katanya lagi lebih enak di Jakarta daripada di Sukabumi. Saya tidak tanyakan lebih lanjut alasan beliau.
Dalam pergaulan sehari-hari di kantor saya tidak pernah mendengarnya mengeluh mengenai perjalanannya yang begitu panjang untuk sekadar sampai ke kantor. Padahal untuk seumur beliau yang sudah menjelang pensiun perjalanan tersebut tentu adalah sangat berat. Malu rasanya saya dengan beliau ketika sudah bicara mengenai jarak rumah ke tempat kerja. Saya saja yang masih muda (at least tidak setua beliau lah hehe...) masih suka mengeluh dengan perjalanan yang melelahkan. Apalagi dulu ketika masih ngantor di Plumpang, perjalanan dari Cinere rasanya sangat menyebalkan. Untuk mempercepat perjalanan saya sudah coba naik motor, eh cuma kuat 3 bulan karena fisik yang tidak kuat akhirnya naik bis lagi. Naik bis juga akhirnya stres karena lama dan hampir tiap hari macet. Alhasil berangkat malas pulang pun sudah capek bukan kepalang (keliatan kan ngeluhnya...).
Pak Juju memang sosok sederhana yang punya dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan. Pun menjelang masa pensiunnya, beliau masih aktif bekerja.
Untuk orang-orang seperti beliau ada saja hadiah terindah yang diberikan Allah SWT. Hadiah itu adalah beliau pensiun tepat di hari pertama Ramadhan tahun 1429 H. Hari jumat itu adalah hari terakhir beliau bekerja, kami sekantor telah menyiapkan acara perpisahan dengan beliau. Dari pojok ruangan tempat acara berlangsung saya melihat air mata haru menetes dari pelupuk matanya. Sepanjang pemutaran video rekaman kesan pesan dari teman-teman kerja, air mata itu sepertinya tidak berhenti mengalir.
Selamat beristirahat Pak Juju, selamat berkumpul bersama keluarga tercinta di rumah, terima kasih atas inspirasi yang telah diberikan..