Aqidah

Syareat berIbadah

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa tujuan diutusnya Rasulullah SAW kepada manusia hanyalah untuk memperbaiki akhlak. Demi tujuan inilah, Rasulullah SAW memperjuangkan Islam dengan berseru kepada manusia untuk berbuat yang baik (ma’ruf) dan melarang perbuatan keji (mungkar).

Shalat, zakat, puasa, dan haji hanyalah ritual ibadah wajib, namun sesungguhnya merupakan sarana menuju perbaikan akhlak sesuai misi Rasulullah SAW di atas. Maka, sungguh naif seorang Muslim yang sudah melaksanakan ibadah, tapi perilakunya masih jauh dari nilai-nilai islami.

Berbohong menjadi kebiasaannya. Bahkan, korupsi masih dianggap hal yang sepele. Keislamannya terlihat di dalam masjid. Di luar masjid, setelah melaksanakan shalat, nilai-nilai Islam itu mulai di tinggalkan.

Di sinilah masalahnya. Jika seorang Muslim tidak mempunyai orientasi yang jelas dari semua ibadah yang dilakukan, ia tidak akan pemah merasakan manisnya ibadah itu sendiri. Ia masih menganggap ibadah sebagai formalitas ritual semata. Kalau dikerjakan mendapat pahala dan kalau ditinggalkan, ia mendapat dosa.

Allah SWT berfirman, “Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Bagian terakhir ayat di atas menyebutkan, “…agar kamu bertakwa“. Artinya, orientasi sesungguhnya dari ibadah puasa adalah menjadi orang yang bertakwa. Dan, orientasi ini tidak terbatas pada ibadah puasa semata, tapi semua ibadah lainnya.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa perbaikan akhlak dan menjadi orang
yang bertakwa adalah dua orientasi dari semua ritual ibadah.

Sebagai umat Islam, kita harus mengiringi kedua orientasi itu dalam setiap ibadah. Sebab, kalau tidak, motivasi untuk beribadah akan turun dan yang dirasakan hanya keterpaksaan.

Yang juga ditakutkan, manakala mengira telah beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, sebenarnya ibadah itu tidak bernilai apa pun di sisi-Nya. Allah berfirman, “Katakanlah, apakah akan kami beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatan-nya? Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehi-dupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al kahfi [18]: 103-104).

Kesia-siaan ibadah yang dilakukan bisa jadi karena tidak disertai keikhlasan atau karena salah satu rukun dan syaratnya tidak dipenuhi. Semua itu disebabkan oleh satu hal, yaitu tidak adanya orientasi dalam ibadah.

Bila seorang Muslim mempunyai orientasi yang jelas dari semua ibadahnya, pasti akan berusaha keras agar ibadah itu diterima sehingga ibadahnya tidak sia-sia. Dan, sebagai umat yang beriman, tentu akan lebih berbangga jika esensi dari semua ibadah itu dapat terimplementasikan dalam tingkah laku sehari-hari.

Go to top