Muhasabah

Idul Fitri: Kemenangan dan cobaan

إِنَّ اْلحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شرَيِْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ) (آل عمران:102)

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً) (الأحزاب:70) (يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً) (الأحزاب:71) أَلاَ وَإِنَّ أَصْدَقَ اْلكَلاَمِ كَلاَمُ اللهِ تَعَالىَ وَخَيْرَ اْلهُدَي هُدَي مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فيِ النَارِ ،أما بعد :

Ketahuilah bahwa Allah ta’ala menjadikan kehidupan dunia ini sebagai ujian dan cobaan bagi hamba-hambanya agar diketahui siapakah dari hambaNya yang mentataiNya dan siapa yang mendurhakaiNya: Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, manakah di antara kalian yang paling baik amalnya, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun)

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ) (الملك:2)

Orang yang berbahagia adalah orang yang mampu menjadikan kehidupannya sebagai bekal menuju perjalanan panjang ke akherat kelak.

Ma’asyiral muslimin yahdikumullah…

Saat ini semua umat Islam diseluruh penjuru negeri bergembira menyambut Idul Fitri, yang memang merupakan waktu yang diajarkan oleh Islam untuk bergembira. Karena memang inilah hari raya kita, hari raya dimana kita bias bergembira menyambut kedatangannya. Ada banyak hari di mana orang biasanya bergembia dan berpesta, kita tidak akan hanyut pada hari-hari di mana orang lain berpesta, karena kita sebagai orang Islam memiliki hari raya sendiri yang ajarkan oleh Allah yakni hari raya idul fitri dan hari raya qurban.

Kegembiraan kita di hari raya ini merupakan perwujudan rasa syukur kita kepada Allah swt atas segala karunia dan nikmat yang telah kita terima, baik karunia lahir maupun batin. Khususnya kita bersyukur bahwa kita mampu dan masih diberi kesempatan melaksanakan puasa dan qiyam lail. Yang pahalanya tidak terhitung nilainya di sisi Allah swt. Allah berfirman bahwa orang yang senantiasa bersyukur terhadap Allah pastilah Allah akan menambah karunia, dan barang siapa yang mengingkari nikmat Allah maka Allah menjanjikan adzab yang sangat pedih. Dan ketahuilah bahwa janji Allah pada saaatnya nanti pasti akan terjadi.

Shalawat dan salam kepada junjungan nabi kita, nabi Muhammad saw, yang telah mengajarkan bagaimana mengenal Allah sang Pencipta kita dan jagad raya ini. Nabi yang telah mengajarkan kepada kita bagaimana menyembah Allah dengan benar sehingga kita menjadi sebaik-baik umat manusia di muka bumi. Maka kiat senantiasa memanjatkan salawat dan salam atas beliau sebagaimana Allah dan para malaikatpun bershalawat pada Rasulullah karena demikian agungnya sosok nabi Muhammad di hadapan Allah dan para malaikat. Al ahzab (33):56

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٥٦)

Ma’asyiral

56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[1230].

Muslimin yang berbahagia..

Marilah kita sambut hari raya idul fitri ini dengan takbir mengumadangkan kebesaran Allah swt. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar kabira….Karena Allah sajalah yang berhak untuk diagung-agungkan, barang siapa yang mengagungkan selain Allah maka ia termasuk orang yang melampui batas dan telah berbuat kesyirikan yang nyata.

Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, gumedhe, jumawa seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih saying Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.

Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid ?

Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di hadapan Allah ?

Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir ??

Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?

Apakah yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ?

Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?

Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada kejelekan

Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…

Ma’syiral muslimin rahimakumullah…

Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati Allah swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan berkepanjangan di akherat kelak.

Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin jauh ?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.

Ada dua sikap yang ditunjukkan manusia ketika menghadapi nikmat atau cobaan.

Yakni pertama sikap syukur dan kedua sikap kufur. Ibrahim(14):7

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (٧)

Dan (ingatlah juga), tatkala

Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Marilah kita coba melihat satu persatu. Kita apakah kita termasuk hamba yang bersyukur atau yang kufur.

Kita hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita (dan kita sesungguhnya tidak akan pernah mampu menghitung nikmat Allah)

Allah telah memberikan kita badan yang sehat lengkap, semua berfungsi sebagaimana mestinya. Satu saja dari anggota badan kita ini tidak berfungsi sungguh betapa tersiksanya kita. Kita punya dua mata, satu mata sakit ringan untuk beberapa hari saja, ingat …bukan sakit berat, serasa keseimbangan badan kita menjadi oleng, mata terasa mau copot. Belum anggota badan yang lain. Pernahkah kita bersyukur, ingat kepada Allah….bahwa Allah telah memberi kita bentuk yang sedemikian sempurna. Pernahkah terucap tabarakallah ahsanul khalikin (terpujilah Allah dzat sebaik-baik pencipta) atau justru kita tidak ingat Allah sama sekali.

Allah memberikan hewan ternak dan panen yang cukup untuk kita makan, bersyukurkah kita kepada Allah atas rezki ini ?? Ingatkah kita kepada Allah, dzat yang memberi rezki atas selama ini yang kita makan ??? . Ataukah justru kita mengingkari Allah karena Allah memberi panen tidak seperti yang kita harapkan. Ataukah justru kita lupa kepada Allah dan bahkan malah ingat kepada sesuatu yang kita anggap mbau rekso panen kita.??

Allah memberikan kepada kita anak-anak yang sanagt kita dambakan, ingatkah bahwa Allah yang memberikan kita keturunan ataukah justru kita lalai mengingat Allah karena anak-anak kita ?

Allah memberikan kita perniagaan dan perdangan yang laris, bersyukurkah kita bahwa Allah ataukah justru kita lalai kepada Allah karena kesibukan kita kepada perdangan tersebut.

Ingatlah kisah anak paman nabi Musa yang bernama Qarun, ia sesungguhnya adalah termasuk hamba Allah yang shaleh pada awal mulanya, memiliki suara yang merdu, manakala membaca kitab Taurat maka hati dan jiwa akan khusuk mnyimak firman Allah tersebut. Karena kesalehannya Allah memberi karunia perbedandaharaan harta benda yang tak terkira banyaknya. Kunci-kunci gudang perbendaharaan hartanya tidak mampu dipikul sejumlah orang kuat pada masa itu. Tapi apa akhhir dari qarun ini, ia tidak mau bersyukur kepada Allah, ia lupa dan lalai kepada Allah, dikiranya harta itu adalah jerih payah dari ilmunya. Qarun berkata bahwa harta benda itu didapat karena ilmunya sendiri (al qashash (28):78):

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (٧٨)

Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya

diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

Ia tidak menyadari bahwa hartanya itu adalah karunia dan kemurahan Allah kepada dirinya. Karena Allah dzat maha pemberi rizki. Karena lalai, maka Allah menenggelamkan dirinya dan hartanya ke dalam bumi. Itulah balasan orang yng tidak mau bersyukur kepada Allah.

Maka berkatalah orang-orang yang dulu menginginkan harta seperti qarun: berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (al qashash (28): 82)

وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالأمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (٨٢)

Sulaiman alaih salam, seorang nabi dan raja diraja meng menguasai dunia manusia dan binantnag, laut dan daratan serta udara, baik dunia kasat mata maupun dunia yang tidak kasat mata. Beliau mampu memahami bahasa binantang. Maka tatkala ia mendengar suara semut. Ia ingat Allah swt seraya berdo’a : “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (an naml:19)

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ (١٩)

Di sisi lain iapun bersyukur atas segala karunia yang telah diterimanya iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mengujiku aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (an naml: 40)

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (٤٠)

Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman.” (an naml: 15)

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ (١٥)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah..

Demikianlah teladan yang diberikan Nabi Sulaiman ketika mendapat karunia dari Allah swt.

Begitu pula ketika seseorang mendapat musibah baik pada dirinya, keluarganya, harta bendanya atau lingkungannya. Apakah ia akan ingat kepada Allah dengan minta ampunan dan istighfar. Ataukah justru berpaling dari Allah segala tindakan kemungkaran dan kesyirikan.

Ayyub, Nabi Allah yang begitu tabah mendapatkan cobaan merupakan teladan yang baik dalam hal ini. Ketika Allah karuniakan anak-anak yang shalih, istri yang shalihah, kebun dan ternak yang banyak hasilnya, tidak menambah apa – apa selain rasa syukur kepada Allah swt. Hingga akhirnya ia diuji dengan kehilangan semuanya, tetapi tidak mengurangi rasa syukurnya kepada Allah maka Allah mengembalikan semuanya kepada Nabi Ayyub. Bahkan ia tetap memuji Allah dengan berkata: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Al anbiya(21): 83.

Ma’asyiral muslimin arsyadakumullah….

Hakekat hidup adalah ujian dan cobaan, maka barang siapa yang lulus darinya Allah akan meninggikan derajatnya dan memberikan karunianya di dunia ini maupun di akherat kelak. Akan tetapi siapa yang tidak lulus ujian dan menjadi durhaka maka kehinaan dan kenistaan akan diterimanya di dunia dan di akherat kelak.

Apakah kita akan mengatakan kami beriman kepada Allah sebelum Allah menerimakan cobaan kepada kita sebagaimana orang-orang beriman jaman dahulu menerima cobaan. Sehingga bisa diketahui dengan benar siapa hamba Allah yang sebenarnya/bersyukur dan siapa yang dusta/kufur. (al ankabut (29):2)

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)

3. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Kalau ada musibah kemudian orang cenderung mengkaitkan musibah itu dengan klenik, syirik, sesaji, larung dan sebagainya maka bias dipastikan bahwa hal tersebut merupakan kemungkaran yang bertentangan dengan ajaran Islam, karena semua hal adalah miliki Allah, dzat yang memberi manfaat dan mudharat, maka semestinya bila ditimpa musibah segera minta ampun, beristighfar memperbanyak dzikir dan ingat serta kembali kepada Allah, bukan mencari jalan keluar yang justru menambah kemurkaan Allah.

Sebaliknya bila mendapatkan karunia segera ingat bahwa hal tersebut atas karunia Allah semata sehingga semakin menambah rasa syukurnya kepada Allah, dan tidak akan menjerumuskannya pada pengagungan diri sendiri.

Maka idul fitri ini sekaligus kemenangan kita menahan hawa nafsu kejelakan selama ini sekaligus sebagai ujian keimanan bagi kita kaum muslimin untuk menghadapi tahun-tahun mendatang. Semoga Allah menguatkan hati kita untuk teguh perpegang kepada Allah ta’ala.

Wallahu a’alm bishwab.

Ini barangkali renungan kita di sela-sela kita merayakan idul fitri sehingga hari raya kita tetap menjadi lebih bermakna. Maka marilah kita berdo’a kepada Allah swt semoga Allah memasukkan kita ke dalam hamba-hambaNya yang pandai bersyukur, mentaati perintahnya dan menjauhkan kita dari adzab dan siksanya yang sangat pedih.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْراَهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعلَىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْد ٌمَجِيْدٌ وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الصَحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إَلَى يَوْمِ الدِيْنِ

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلِّ الشِرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَك َأَعْدَاءَ الدِيْنِ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ َاْلأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمِتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ

اَلَّلهُمَّ أَعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَ قِيَامَنَا وَ قِرَاءَتَنَا وَ زَكَاتَنَا وَ عِبَادَتَنَا كُلَّهاَ . اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ

وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قَنَا عَذاَبَ النَارِ

رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ .

Go to top