Yang sangat menarik dan dapat kita saksikan serta mungkin kita alami sendiri dalam bulan Ramadhan adalah peningkatan intensitas beribadah. Masjid yang biasanya sepi, mengalami peningkatan jama’ah sholat yang luar biasa.
Orang berlomba-lomba menginfaqkan hartanya dalam bentuk zakat atau shadaqah. Yang biasanya jarang tadarus dan tadabbur Al Qur’an, berubah menjadikannya sebagai kegiatan rutin harian. Fenomena yang sama dapat diamati pada jama’ah haji.
Sangat disayangkan, sebagian besar tidak bisa mempertahankan kondisi demikian setelah Ramadhan berlalu ataupun setelah kembali ke tanah air dari tanah suci.
Terkait dengan fluktuasi ibadah dikenal suatu istilah yang mungkin jarang kita dengar, yaitu futur. Futur adalah penurunan semangat dan gairah dalam beribadah. Hal ini bisa dialami oleh siapa saja. Dalam kadar yang ringan, gejala futur ditandai dengan kemalasan dan kejenuhan dalam melakukan ibadah. Selanjutnya, timbul keengganan untuk berbuat kebaikan.
Jika tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditanggulangi dengan segera, futur akan menjadi semakin parah. Biasanya akan dibarengi dengan penurunan kualitas iman. Dampak negatif yang tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa. Dalam kondisi ini, seseorang akan berhenti menjalankan ibadah dan berhenti berbuat kebaikan.
Selanjutnya akan timbul dorongan untuk melakukan kemaksiatan. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrim, seseorang bisa kehilangan karunia nikmat Allah SWT yang paling utama yaitu Iman dan Islam. Suatu musibah besar dan sangat merugikan seseorang. Tidak disadari bahwa futur telah mendistorsi kehidupan, dan berakibat penyimpangan dari jalan-Nya.
Jika dikaji lebih mendalam, ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya futur. Pertama, rendahnya kadar keikhlasan mengharap ridho Allah SWT dalam beribadah. Setitik noktah riya’ di hati akan menjadikan ibadah tidak bernilai di sisi-Nya. Kedua, tidak memahami dengan benar tuntunan syariat dalam beribadah. Sehingga diperlukan kemauan dan ketekunan untuk selalu mempelajari ilmu agama yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadis dan menerapkan secara konsisten.
Media dan cara untuk pembelajaran ilmu agama sangat beragam. Harus dilakukan pemilihan yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketiga, terlalu membebani diri dalam beribadah sehingga menjadi rutinitas yang yang berat dan membosankan. Jika ibadah dilandasi dengan mahabbah (kecintaan), khauf (takut) dan raja’ (harap) kepada Allah, ibadah akan menjadi kebutuhan dan bukan merupakan beban yang berat.
Memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan, futur harus diwaspadai agar tidak terus berkembang lebih jauh di dalam diri kita. Ada beberapa tuntunan yang bisa diamalkan untuk mengatasi futur.Rasulullah SAW bersabda : "Setiap aktivitas ada saat-saat semangat untuk terus-menerus melakukannya dan setiap semangat ada saat-saat lemahnya.
"Barangsiapa yang lemah semangatnya kemudian mengikuti sunnahku, maka sesungguhnya ia akan menang. Dan barangsiapa lemah semangatnya kemudian ia tidak mengikuti sunnahku, maka dia akan celaka." (HR Ahmad). Ini adalah resep mujarab untuk mengatasi semangat dan gairah ibadah yang berfluktuasi.
Rasulullah SAW juga pernah ditanya tentang amal yang disukai oleh Allah SWT. Beliau menjawab : “Amal yang paling disukai oleh Allah SWT adalah amal yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.” (HR Bukhari & Muslim). Suatu tuntunan yang sangat jelas untuk membimbing kita agar selalu istiqamah dalam menjalankan ibadah.
Dua hadis di atas secara konkrit memberikan solusi yang efektif dalam mengatasi futur. Di samping itu ada dua do’a yang perlu diamalkan. Pertama, dari Al Qur’an : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS Ali Imran[3] : 8). Kedua, diajarkan oleh Rasulullah SAW : ” Wahai Dzat yang membolak-balikkan kalbu, tetapkanlah kalbuku atas agama-Mu. ” (HR Tirmidzi).
”Dan beribadahlah untuk Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS Al Hijr[15] : 99). Istiqamah dalam beribadah hingga akhir hayat adalah suatu keniscayaan yang bisa diraih. Hanya saja diibutuhkan modal keteguhan iman, sehingga timbul ketekunan dan kesabaran dalam mengahadapi halangan, rintangan dan godaan yang bisa menerpa setiap saat, sebagai ujian bagi orang beriman.