Pernah seseorang ditertawai karena berbuat mulia terhadap sesama. Kata mereka yang tertawa, ia berbuat baik tidak pada umumnya. Ia orang aneh, terlalu baik, terlalu so(k)sial, bahkan ada yang bilang cari muka. Bahkan pejabat di ‘atas’ sana tidak korupsi adalah sok suci.
Berbuat baik sering kali menjadi aneh di sekeliling manusia. Berbuat baik juga seringkali tidak sederhana, kalau tidak tahan cibiran, berlaku baik akan sepi berkeliling di antara jiwa. Rasakan, betapa gencar degradasi makna kebaikan karena cibiran dunia.Berikut cerita orang-orang aneh yang mungkin pernah kita dengar, atau ada mungkin sebagian yang terjadi di sekeliling kita.
Suatu kali istri Nabi SAW, Aisyah RA, memasak seekor kambing, lalu Nabi SAW memintanya untuk membagikan sebagian masakan itu kepada para tetangga. Ketika kembali ke rumah setelah bepergian Nabi SAW menanyakan sisa masakan itu. Aisyah RA menjawab dengan sedikit penyesalan, ‘’Tinggal sepotong paha kecil ini untukmu, lainnya telah habis kubagikan’’. Nabi tersenyum, ‘’Sesungguhnya bagian kecil tersisa itulah yang kekal buat kita’’.
Di gerbang Yerusalem, Shalahudin Al Ayyubi berjalan tegak memimpin kemenangan kaum muslimin. Ia memasuki kota suci tanpa cela darah tertumpah orang-orang lemah. Rombongan musuh yang sebelumnya garang memotong leher-leher enam puluh ribu orang-orang tertaklukan sembilan puluh dua tahun sebelumnya, kini aman damai meninggalkan kota. Seorang pendeta lemah bertanya mengapa, Shalahudin enteng berkata, ‘Itulah yang diajarkan Islam agama mulia’’.
Suatu malam dahulu kala, sebuah keluarga dengan sedikit yang ia punya, menjamu tamu dengan kemuliaan. Dalam remang-remang mereka duduk di meja makan sedikit makanan. Sang tamu melahap hidangan tanpa ia tahu tuan rumah sedang kekurangan.
Kisah ini berbuah kekaguman dari Sang Nabi SAW, “Sesungguhnya Allah telah kagum dengan perbuatan kamu berdua ke atas tetamu kamu semalam..”. Lalu diturunkan ayat Al-Hasyr : 9, “… dan mereka mengutamakan (orang-orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka di dalam kesusahan”.
Suatu ketika, seorang yang baik bertanya berapa sisa uang yang ada ketika lembaran sepuluh ribu jika ia sedekahkan seribu. Itu sedikit lembar yang ada dalam kantongnya. ‘’Buat apa kau sumbangkan’’ sergah sang kawan, ‘’Kau tak cukup uang lagi, sisa sembilan ribu bukanlah apa-apa’’. Si orang baik kemudian menimpali, ‘’Kau salah sahabatku, karena kau menjawab dengan matematika dunia’’,
Berbuat baik sudah pasti berat di dunia. Selain ia berjuang melawan kemauan hati yang condong kepada kemudahan dan kenikmatan dunia, berbuat baik sering kali disudutkan dengan pandangan aneh. Hidup susah kenapa harus ditambah susah dengan membantu orang lain. Kemenangan kenapa harus dikebiri dengan memaafkan orang-orang yang kalah.
Itulah keanehan-keanehan dunia memandang. Cibiran aneh akan menggusur terciptanya segenap kisah kebaikan. Kisah orang-orang aneh di atas hanya bisa terjadi pada jiwa yang penuh pesona, yang jiwanya kuat, sabar, lagi kekal. Jiwa yang hidup tidak hanya untuk dunia.
Dahulu, tak heran jika Rasulullah SAW bersabda,
"Islam datang pertama kali dalam keadaan (dianggap) aneh, nanti di akhir zaman pun dianggap aneh. Sungguh beruntung orang-orang yang aneh (Ghuraba)