Dalam semester ini, terdapat setidaknya lima mahasiswa saya yang terkena musibah kecelakaan sepeda motor (ditabrak atau menabrak). Dua orang dari kelas kuliah reguler sehingga salah satunya terpaksa tidak masuk kuliah selama 4 minggu. Sedangkan tiga orang lagi adalah mahasiswa bimbingan KP saya, sehingga tugas KP mereka terpaksa baru selesai ketika mendekati hari H deadline. Saya sampaikan ke mereka untuk bersabar, karena musibah sakit akan mengurangi dosa-dosa kita. Apalagi jika kita sabar, insya’Allah dosa-dosa akan makin berkurang lagi. Saya agak lupa dalilnya. Ada yang mau bantu?
Dari sisi psikologi (dari yang saya baca-baca), para ahli kejiawaan biasanya mengatakan: hadapilah musibah dengan berpikiran positif, agar tidak terlalu sakit (baik fisik maupun mental). Boleh juga sisi pandang ini dijadikan penghibur, tapi selayaknyalah setiap muslim TERLEBIH DULU harus berorientasi akhirat: ujian berupa musibah akan mengurangi dosa. Begitu indah ya…sampai-sampai Rasulullah bersabda, “Sungguh indah perkara orang-orang mu’min itu, terdapat kebaikan baginya dalam segala hal dan ini hanya untuk orang-orang mu’min. Apabila ia mendapat nikmat, maka ia bersyukur kepada Allah dan hal itu baik untuknya. Bila ia mendapat musibah, maka ia bersabar dan hal itu lebih baik baginya.” (HR Muslim)
#2
Tiga hari ini, saya mendapat musibah berupa sakit flu; dan seperti yang kita tahu, flu tidak hanya menyebabkan hidung mampet atau batuk, tapi juga menyebabkan sakit kepala. Hal terakhir inilah yang lebih menganggu dalam beraktivitas; sehingga beberapa jadwal kegiatan perlu saya tunda. Sekali-kali istirahatlah Kata banyak dokter, flu disebabkan oleh virus; tidak ada obatnya, karena ntar juga sembuh sendiri jika daya tahan tubuh kita membaik. Jadi, sakit adalah sebuah sinyal bahwa tubuh kita perlu istirahat. Dosa bisa berkurang (insya’Allah) plus take a rest for a while
Flu juga membuat daya konsentrasi saya berkurang. Dan dari yang pernah saya baca (saya lupa dimana), salah satu tips untuk menjaga agar otak kita tetap sehat dan kemampuan otak tidak menurun adalah tidak memforsir otak ketika kita sedang sakit. Saya belum tahu penjelasan medisnya, tetapi logika saya membenarkan hal tersebut: ketika tubuh sakit, otak juga ikut prihatin. Jika otak dipaksa bekerja, ya kemampuan otak lambat-laun akan berkurang. Biarlah syaraf-syarafnya ikutan rehat juga
#3
Karena masih terserang flu, kemarin saya bepergian (naik motor) dengan lebih hati-hati, alias slow motion. Kalo kemarin-kemarin berani jalan dengan 70km/jam, sekarang maksimal 40km/jam. Saya sadar bahwa daya konsentrasi saya berkurang, jadi saya ga mau ambil resiko yang terkait dengan nyawa. Bukannya takut mati, tapi saya masih punya batita, jadi ga perlu mencoba peruntungan dengan menjemput ajal; biarlah ia datang sendiri sesuai dengan kehendak Rabb-nya.
Dari rumah berangkat jam 8. Tidak tergesa-gesa. Jadi, everything’s under control. Jam 5 selesai ngajar, saya berniat langsung menjemput putri saya. Tetapi ketika itu, saya ternyata ‘lupa’ bahwa saya masih flu. Semula saya berniat mau ngebut, apalagi hujan dah rintik-rintik. Qodarullah, alhamdulillahi ‘ala kulli hal. Belum ada 500 meter dari tempat parkir, tepat di perempatan, saya ngerem mendadak karena ternyata ada motor dari arah kiri. Motor saya sudah berhenti, tapi eh masih ketabrak juga. Apa yang saya ingat pertama kali? Innalillah, ini khan perempatan. Saya langsung teringat pesan rekan saya yang berprofesi sebagai dokter: Ia bilang bahwa sebagian besar tabrakan justru terjadi di pertigaan atau perempatan, karena orang sering tidak lihat kanan-kiri. Subhanallah, nyesel saya. Padahal menurut saya pribadi, selama ini saya termasuk orang yang cukup hati-hati ketika melewati per3an atau per4an
Alhamdulillah saya masih bisa berdiri. Saya masih hidup Si Mbak penabrak minta maaf ke saya. Saya cuma bilang, “Saya juga salah. Maaf ya. Saya juga ga sadar bahwa ada motor dari arah kiri.” Beberapa mahasiswa membantu mengecek sepeda motor saya. Segera saya minta tolong ke mereka karena saya awam tentang mesin motor, “Tolong ya dicek apakah motor saya masih bisa dikendarai.” Setelah coba dinaiki, alhamdulillah, meski gores-gores dikit, everything’s OK. Saya pun mengucapkan terimakasih dan segera pamit. Akhirnya, kembali saya menaiki motor dengan kecepatan 40km/jam. Slow but sure
Di perjalanan pulang, saya mencoba ‘mengkalkulasi’ hikmah atas musibah ini. Ini yang saya dapat:
1. Alhamdulillah, saya masih hidup! Luka juga tidak parah
2. Alhamdulillah tabrakan ‘masih’ terjadi di jalanan kampus (notabene pengendara jarang ngebut). Coba bayangkan jika saya ditabrak di jalan besar
3. Alhamdulillah saya ditabrak tepat di saat saya mau tancap gas. Allah masih menegur saya. Coba bayangkan jika tabrakan terjadi ketika kecepatan dah tinggi.
4. Karena tidak parah, Allah masih mengizinkan saya bertemu putri saya lagi.
Alhamdulillah…
Pagi ini, saya mendapat satu ‘manfaat’ lagi:
Tabrakan adalah teguran, sakit adalah ladang mencari pahala.
Yuk kita lebih berhati-hati di jalan!
Author: nnur