Di dalam kehidupan umat, doa adalah tumpuan hidup sehari-hari, maka tidak sedikit yang menjadikan doa itu sebagai gantungan dalam hidupnya. Hal ini dapat kita lihat dan kita rasakan di saat seseorang atau sekelompok orang akan memulai suatu usaha atau pekerjaan, hati mereka secara spontanitas langsung berbisik, semoga Tuhan memberikan kemudahan serta keberhasilan sebagaimana yang mereka harapkan.
Ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh dan peranan do’a dalam kehidupan manusia di dunia ini. Hal ini diakui oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Doa itu adalah mukhul (penggerak) ibadah (kegiatan hidup setiap manusia)“.
Berdasarkan petunjuk di atas, maka doa dapat kita simpulkan ke dalam dua kerangka, Pertama, mengikuti sunnah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan kerangka kedua adalah doa itu suatu cita-cita hidup bagi yang berdoa.
Dalam upaya pembentukan pribadi yang kokoh dan kuat dalam menghadapi berbagai peristiwa yang sulit, dan rintangan-rintangan yang sukar diatasi, maka doa dan iman merupakan benteng yang kokoh dan kuat untuk mengatasinya.
Dengan demikian pribadi seseorang tidak mudah menjadi ambruk, akan tetapi dapat bergerak secara sadar dan tetap berpijak pada kaidah-kaidah kebenaran dan nilai-nilai moral. Demikian janji Allah kepada orang-orang yang selalu mengkikuti petunjuk-petunjuk-Nya dan bersabar (QS. Al-Maidah [5]: 69, QS. Ali Imran [3]: 120, QS. Al-Ahqaf [46]: 13).
Keyakinan bahwa tidak ada kekuatan yang mampu mencelakakan dirinya tanpa seizin Allah, dankeyankianbahwapertolongan Allah sangat dekat kepada orang-orang yang selalu mematuhi dan mentaati perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya, inilah inti dan tujuan pokok dalam berdoa. untuk itu doa berfungsi sebagai penggerak atau motor meningkatkan ketaatan dan kepatuhan seseorang kepada Allah.
Doa juga berfungsi sebagai penentu tujuan atau motivasi hidup yangharus dicapai dengan segala daya upaya. Sebelum berdoa seseorang harus meyakini bahwa, Allah SWT adalah Rabb bagi manusia dan satu-satunya Ilah bagi manusia.
Seseorang harus memahami benar apa itu doa, apa tujuan doa, apa hakikat doa, bagaimana etika berdoa, dan apa doa yang cocok dengan diri-diri masing-masing, sehingga ia tidak keliru dalam berdoa, atau salah posisi ketika berdialog dalam doa dengan Allah.
Rabb bagi manusia maksudnya adalah Allah sebagai Pencipta, Pengatur, Penguasa, Pendidik dan Pemiliki manusia. Posisi Allah sebagai Rabb berlaku untuk kehidupan dunia ini. Untuk itu, manusia dituntut untuk selalu patuh dan taat kepada Allah. Patuh dan taat maksudnya adalah agar manusia selalu mengikuti ketentuan-ketentuan Allah (sunnatullah) di sepanjang hidupnya di dunia ini.
Segala sesuatu yang berlaku di dunia ini, semuanya menuruti sunnatulLah dan tak satupun yang bisa keluar dari ketentuan tersebut Begitu juga dengan doa, dikabulkan atau ditolak tergantung kepada mampu atau tidaknya seseorang memahami dan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah.
Sebagai contoh, bila kita berdoa agar selalu dalam keadaan sehat wal afiat, doa kita itu akan terkabul, bilamana kita mentaati ketentuan-ketentuan Allah mengenai kesehatan. Seperti Allah SWT berfirman, “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya“. (QS. Abasa [80]: 24). Begitu juga Allah berfirman, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkahsyaitan …” (QS. Al-Baqarah [2]: 168). Jadi, dengan memperhatikan makanan dan minuman adalah cara yang tepat untuk terkabulnya doa agar selalu sehat.
Doa adalah harapan dan cita-cita, doa adalah target hidup yang harus dicapai oleh seseorang, doa adalah taget hidup yang harus dicapai oleh seseorang, doa adalah kesadaran hidup yang harus dipelihara dan ditumbuhkan terus di dalam diri seseorang.
Perhatikan ungkapan doa berikut yang selalu dimohonkan manusia, “Ya Allah… tambahlah ilmu dan pemahaman kami tentang sesuatu. Berilah kami kehidupan yang layak di dunia dan di akhirat kelak. Anugerahkan kepada kami anak-anak yang berguna bagi nusa dan bangsa dan jadikanlah diri kami ini manusia-manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain”.
Doa atau ungkapan-ungkapan seperti itu, tidak mungkin dapat dicapai oleh seseorang tanpa dibantu dengan usaha keras atau melalui perjuangan yang sungguh-sungguh untuk mencapai
nya. Allah SWT berfirman, “… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri …” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11).
Untuk itu menempatkan Allah adalah Rabb, kemudian kita ikuti segala ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah) adalah jalan yang harus dilalui dan diikuti dalam berdoa dan menempatkan Allah adalah Ilah manusia satu-satunya, kemudian lebih mengutamakan perintah dan larangan-Nya, adalah syarat mutlak untuk meraih kemenangan dan kedamaian.