Jakarta, 22/3 – PT Bank BNI Syariah belum akan mengubah aturan pembiayaan kredit pemilikan rumah, menyusul aturan Bank Indonesia yang mangatur besaran uang muka KPR.
“Kami belum tahu apakah akan membuat perlakuan yang sama atau tidak untuk pembiayaan KPR BNI Syariah karena aturan tersebut hanya ditujukan bagi bank konvensional,” kata Direktur Bisnis BNI Syariah, Bambang Widjanarko di Jakarta, Kamis.
Sebelumnya, pada Jumat (16/3), BI mengeluarkan surat edaran mengenai rasio “loan to value” (LTV) KPR maksimal 70 persen untuk rumah seluas lebih dari 70 meter persegi, sedangkan uang muka minimal motor menjadi 25 persen, mobil minimal 30 persen, dan mobil untuk keperluan produktif minimal 20 persen.
“Besaran LTV kami variatif, tapi biasanya 80 persen, yang kami terapkan adalah untuk nasabah dengan penghasilan tetap maka LTV-nya besar sedangkan untuk penghasilan tidak tetap LTV lebih kecil, sejauh ini 90 persen nasabah berpenghasilan tetap,” katanya.
Menurut Bambang, hingga Desember 2011, pembiayaan KPR yang diberikan oleh BNI Syariah adalah senilai Rp2,15 triliun sedangkan posisi Februari 2012 adalah Rp2,25 triliun.
“Pada tahun ini kami menargetkan tumbuh sekitar 35 persen,” katanya.
Nilai rumah yang biasa dibiayai dengan KPR BNI Syariah berkisar pada Rp200-500 juta.
“Kami memang menyasar tipe rumah menengah, jadi bila peraturan BI untuk bank konvensional tersebut juga diberlakukan untuk bank syariah kami juga terkena,” katanya.
Untuk 2012, BNI Syariah juga menargetkan untuk mengembangkan pembiayaan mikro, di mana hal tersebut sudah diwujudkan dengan pembukaan outlet layanan pembiayaan mikro syariah di daerah kantor cabang Depok dan Bogor.
“Target 2012 akan ada pembukaan 11 cabang dan 44 kantor cabang pembantu yang memberikan pelayanan untuk pembiayaan mikro dengan terget maksimal pembiayaan Rp5 miliar untuk tiap ‘outlet’,” katanya.
“Outlet” tersebut akan menyebar di Pulau Jawa, Sumatera dan juga Sulawesi, khususnya Makassar dengan plafon pembiayaan Rp5-50 juta.
Sedangkan untuk penyaluran pembiayaan, Bambang menyebutkan hingga Februari 2012 pembiayaan sektor “consumer” mencapai Rp3 triliun dan sektor produktif Rp2,3 triliun.
“Fokus pembiayaan kami adalah kepada usaha perdagangan,” jelas Bambang.
Nilai aset BNI Syariah per Desember meningkat 32,4 persen menjadi Rp8,47 triliun dari Rp6,4 triliun pada 2010, sedangkan laba bersih bank tersebut mencapai Rp66 miliar atau tumbuh sebesar 78,38 persen dibandingkan 2010 yang sebesar Rp37 miliar.*