Homonim dan Sinonim
Arti leksikal dari kata makan, adalah ‘memasukkan sesuatu je dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya'. Tetapi arti ini dapat bergeser berdasarkan lingkungan dan situasinya. Ia makan tangan , tidak berarti memasukkan tangan ke dalam mulut, mengunyah lalu menelannya. Arti makan tangan dalam hubungan di atas adalah ‘kena tinju' atau ‘beruntung besar'. Makan suap artinya ‘menerima sogok'; makan garam artinya ‘sudah berpengalaman', dan lain-lain.
Makna tersebut masih memiliki hubungan, baik berupa pergeseran maupun berupa kiasan-kiasan. Tetapi ada pula bentuk-bentuk yang tampaknya sama betul tetapi artinya berbeda. Di sini kita tidak berbicara lagi mengenai polisemi, sebab polisemi selalu berarti satu bentuk yang mengandung banyak arti. Di sini kita tidak berhadapan dengan satu bentuk, tetapi ada dua bentuk yang kebetulan sama bentuknya. Dalam hal ini kita sudah masuk dalam bidang lain yang disebut homonim, yaitu kata-kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi artinya berbeda. Misalnya kata bisa, memiliki arti sanggup dan racun.
Di samping kata-kata yang berbentuk sama, ada kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama, yang lazimnya disebut sinonim. Misalnya ada bentuk buku dan kitab yang mempunyai makna sama. Pengertian sama di sini tidak berlaku mutlak, sebab dalam pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata yang sama betul artinya. Jika kita ambil contoh di atas, maka seandainya kitab dan buku benar-benar sinonim, dalam arti sama betul artinya, maka di mana-mana keduanya harus selallu dapat bertukat tempat. Tetapi kenyataannya dalam pemakaian sehari-hari ada juga diferensiasinya. Tatabuku tidak dapat diganti dengan Tatakitab, memegang buku tidak dapat diganti dengan memegang kitab. Jadi dalam penggunaan sehari-hari sudah ada diferensiasi; tidak ada kata yang benar-benar sinonim dalam pengertian yang mutlak.