Dr. H. Uril Bahruddin, MA
50 persen lebih dari penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 250 juta jiwa telah mengenal dan berhubungan dengan internet. Internet sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, ia sekarang adalah merupakan kebutuhan pokok manusia sepertihalnya makan dan minum. Dengan internet semuanya menjadi lebih mudah, bahkan internet telah mampu merubah perilaku manusia, kareda dengan mudahnya seseorang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di seluruh penjuru dunia ini. Bahkan untuk memanggil tukang ojekpun dapat dengan mudahnya kita menggunakan aplikasi yang terhubung dengan internet.
Lebih-lebih ketika media berbasis internet berkembang lagi menjadi media sosial seperti Blog, Facebook, Whatsapp, Twitter, Instagram dan lain sebagainya. Hingga ada istilah yang berkembang di masyarakat akibat dari media sosial ini, “yang dekat jadi jauh dan yang jauh jadi dekat”. Sulit bagi masyarakat sebelum adanya media sosial seperti di atas untuk mengungkapkan isi hatinya, namun sekarang sudah tidak ada hambatan lagi. Dengan menggunakan media sosial seperti di atas, kita semua bisa menjadi fotografer yang handal, karena setiap aktifitas kita selalu terdokumentasikan dengan baik. Kita juga bisa menjadi seorang reporter, karena dengan mudahnya setiap acara atau kegiatan tertentu kita laporkan melalui media sosial. Dengan media sosial kita menjadi memiliki media dan bukan hanya pengguna.
Dari sekian jenis media sosial yang berkembang, sepertinya media sosial berupa Whatsapp adalah media yang paling banyak digunakan masyarakat. Hampir setiap orang yang mempunyai perangkat smartphone memiliki akun Whatsapp di dalamnya. Hal ini bisa kita lihat di handphone kita masing-masing, dari sekian media sosial yang paling aktif kita ikuti dan selalu kita update adalah akun Whatsapp. Sarana diskusi dan berbagi informasi melalui Whatsapp juga semakin hari semakin memudahkan penggunanya, misalnya dengan adanya group-group Whatsapp dengan seluruh fasilitas yang ada di dalamnya.
Perilaku pengguna media sosial juga beraneka ragam, diantara mereka ada yang aktif memproduksi informasi, misalnya dengan membuat artikel, menulis berita atau informasi, kemudian menyebarkannya kepada sesama pengguna media sosial lainya. Diantara mereka juga ada yang cukup menerima dan membaca informasi dari orang lain, kemudian menyebarkannya kepada pengguna yang lain. Mungkin juga ada yang hanya membacanya saja tanpa disebar atau bahkan menyebarkannya tanpa dibaca terlebih dahulu.
Dengan beragamnya fasilitas yang tersedia pada media sosial dan juga perilaku penggunanya, maka informasi yang tersebar melalui jejaring tersebut sulit untuk dikontrol dan tidak mudah untuk dinilai kebenaran informasi yang disampaikan melalui media-media itu. Anehnya, masyarakat sekarang sudah tidak lagi mempedulikan kebenaran informasi yang ada, baik benar maupun bohong semuanya dengan mudah mereka mempercayainya. Akibatnya, banyak terjadi fitnah dan masalah yang menyulitkan banyak orang.
Sebagai seorang muslim, ajaran agama kita telah memberikan atauran yang jelas untuk menghindari adanya fitnah dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Misalnya dengan mengacu pasa surat Al-Hujurat ayat:6, kita harus senantiasa melakukan verifikasi dan konfirmasi dari berita yang kita terima. Akibat dari tidak adanya verifikasi dan konfirmasi berita yang sampai kepada kita, kemudian dengan mudahnya kita menyebar berita yang belum tentu kebenarannya itu, maka fitnahlah yang tersebar di masyarakat.
Larangan menyampaikan informasi sebelum diverifikasi kebenarannya juga disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an: “Dan jangan kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (QS Al-Isra’:36). Mengapa Allah melarang menyampaikan informasi yang belum kita ketahui kebenarannya?, karena bisa jadi berita itu adalah berita bohong atau menurut istilah media sosial sekarang adalah hoax, sementara orang membuat berita bohong atau menyebarkannya adalah ciri-ciri orang yang tidak beriman kepada Allah.
Dalam hadis yang sudah sangat masyhur di kalangan kaum muslimin, bahwa bohong itu adalah merupakan salah satu ciri dari orang munafik, yaitu orang yang tampaknya beriman, namun hakekatnya tidak. Hadis ini sejalan dengan firman Allah: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong” (QS An-Nahl:105).
Semoga kita dapat menjadi manusia yang cerdas di tengah arus media sosial yang semakin dahsyat ini. Cerdas dalam menerima segala informasi yang datang kepada kita dengan menverifikasi dan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada sumber informasi atau bertanya kepada orang yang mengetahuinya. Seandainyapun informasi itu benar, maka tidak semua yang benar itu harus disampaikan melalui media sosial, kita bisa menyampaiakan kebenaran itu dengan menggunakan sarana yang lain. Wallahu A’lam.
===============
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.