Ibu Ainun Habibie, pendamping setia mantan Presiden ke 3 BJ. Habibie, telah berpulang untuk selamanya menghadap sang Pencipta. Almarhumah meninggal di Jerman.karena mengidap penyakit kanker usus. Berbagai upaya medis telah dilakukan selama ini melalui operasi canggih. Semuanya tak mampu menghentikan kanker ganas yang diidapnya. Jenazah dibawa pulang ke Tanah Air dan karena jasa-jasanya beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata kemarin, Selasa, 25 Mei 2010. Hampir semua media nasional, cetak dan elektronik, meliput peristiwa kepergian perempuan dokter itu untuk selamanya. Atas nama pemerintah dan masyarakat Indonesia, Presiden SBY menyampaikan duka cita yang mendalam dan bertindak selaku Inspektur Upacara pemakaman almarhumah.
Nama Ainun Habibie, begitu panggilan akrabnya, tentu tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sebab, beliau pernah menjadi ibu negara mendampingi Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie sebagai presiden RI ke 3 menggantikan Pak Harto setelah 32 tahun berkuasa yang berakhir pada 21 Mei 1998. Status sebagai ibu negara memang tidak lama, karena pemerintahan BJ. Habibie memang berlangsung pendek. Sejarah mencatatanya sebagai era transisi, dari pemerintahan otoriter ke Orde Baru ke era demokratis. Namun demikian, walau tidak lama, banyak peran --- terutama sosial dan kemanusiaan --- yang telah dilakukan oleh mantan ibu negara itu, seperti menjadi Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI), Wakil Ketua Dewan Pendiri Yayasan SDM IPTEK, Pendiri Yayasan Orbit yang punya cabang di seluruh Indonesia. Semasa gejolak di Aceh antara GAM dan pemerintah Indonesia, Ibu Ainun Habibie juga terlibat kegiatan sosial dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak Aceh. Semua merupakan bukti walau tidak lagi menjadi istri pejabat negara, almarhumah tetap menjalankan tugas-tugas kemasyarakatan dan kemanusiaan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Ibu Ainun Habibie telah menjadi pendamping setia BJ. Habibie di masa enak dan sulit. Publik mengetahui BJ. Habibie menjadi presiden menggantikan Pak Harto dalam masa yang amat sangat sulit. Dianggap sebagai kepanjangan tangan rejim Soeharto, Presiden BJ. Habibie menghadapi tantangan yang sungguh luar biasa sulitnya. Legitimasi politiknya dianggap cacat. Karena itu, apapun yang dilakukan BJ. Habibie selalu memperoleh tanggapan negatif dari lawan-lawan politiknya. Puncaknya, pidato pertanggungjawaban BJ. Habibie ditolak MPR, sehingga BJ. Habibie tidak mengajukan pencalonan sebagai presiden. Saat itu caci maki dan hujatan bertubi-tubi ke BJ. Habibie ditanggapinya dengan tenang seolah tidak apa-apa. Ibu Ainun Habibie meghadapinya dengan tegar dan tetap mendampingi BJ. Habibie seperti biasa. Ibu Ainun adalah sosok berkarakter. Menurut pengakukan anak-anaknya, almarhumah adalah ibu yang penyabar, tidak pernah bicara keras dan kasar, tetapi punya prisip. Prinsip kejujuran dan pola hidup sederhana merupakan dua kata kunci yang selalu ditanamkan kepada anak-anak dan keluarganya. Almarhumah adalah sosok yang tidak suka menonjolkan diri, walau sebenarnya ruang untuk itu tersedia dan tak terbatas. Sebagai seorang dokter, beliau sangat disiplin membagi waktu dan mengonsumsi makanan, termasuk untuk suaminya, BJ. Habibie. Dr. Hasri Ainun Basari Habibie telah berpulang meninggalkan kenangan bagi masyarakat luas. Kita ikhlaskan kepergiannya menemui sang khaliq yang telah menantinya dengan bekal amal sholeh yang telah diperbuat selama hidupnya. Namun kita juga merasa kehilangan atas kepergian itu. Sebab, tidak banyak tokoh sekaliber beliau di negeri ini yang konsisten menjalankan peran-peran sosial kemasyarakatan tatkala tugas resmi sang suami telah berakhir. Banyak istri pejabat tinggi negara aktif melakukan tugas-tugas sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan dengan mendirikan lembaga-lembaga sosial. Tetapi ketika sang suami berakhir jabatannya berakhir pula peran-peran yang dilakukan sang istri. Almarhumah Ainun Habibie bukan sosok seperti kebanyakan istri pejabat. Apa yang telah dilakukan almarhumah Ibu Ainun Habibie bisa menjadi sebuah teladan yang patut kita tiru. Masih jutaan warga negeri ini yang hidup dalam kesulitan. Mereka memerlukan bantuan tidak saja dari pemerintah, tetapi juga pribadi atau tokoh masyarakat sebagaimana telah dilakukan oleh Ibu Ainun Habibie. Tetapi kita akui bahwa kita sering memberikan apresiasi karya orang tatkala orang itu telah tiada. Sebagaimana yang kita lakukan terhadap almarhumah Ibu Ainun Habibie. Kita sadar bahwa almarhumah telah begitu banyak melakukan peran sosial kemasyarakatan tatkala beliu tiada. Selama ini publik mengetahui almarhumah hanya sebagai pendamping mantan orang nomor satu di negeri ini. . . . . Begitu juga ketika sang pencipta Lagu Bengawan Solo, Gesang, wafat beberapa hari lalu. Selama ini kita hanya mengenal Gesang adalah seniman pencipta Lagu Bengawan Solo yang legendaris itu hingga telah diterjemahkan ke sepuluh bahasa asing. Ternyata Gesang adalah seniman produktif yang telah mencipta banyak lagu. Kita pun kagum. Tak mengherankan jika ada sebagian warga masyarakat mengusulkan agar Gesang diberi gelar pahlawan nasional di bidang seni dan dimakamkan di Taman Makam Kalibata, sebagaimana almarhumah Ainun Habibie. Kendati akhirnya tidak dimakamkan di TMP, Gesang telah diakui perannya dalam mengisi khasanah budaya di negeri ini lewat lagu ciptaannya tidak akan tergoyahkan. Kendati hidup dalam ruang dan pengabdian yang berbeda antara Gesang dan Ibu Ainun Habibie, dalam dua minggu ini sebagai bangsa kita telah kehilangan orang-orang dedicated yang telah berkontribusi bagi masyarakat luas lewat pengabdian masing-masing. Tetapi hidup memang siklus, ada yang sakit, dan ada yang sehat, ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang beruntung, dan ada yang merugi, ada yang datang dan ada yang pergi. Pun ada yang meninggal dan ada pula yang lahir. Gesang telah tiada dan meninggalkan Lagu Bengawan Solo sebagai kenangan bagi kita yang bisa dinyanyikan di mana dan kapan saja. Ibu Ainun Habibie telah tiada dan meninggalkan lembaga-lembaga sosial yang selama ini dipimpinnya untuk kemaslahatan masyarakat luas. Selamat jalan Pak Gesang dan Ibu Hj. Ainun Habibie. Teriring doa semoga anda berdua diterima di sisi-Nya, diampuni semua kekhilafannya dan menuai amal sholeh yang selama ini telah anda perbuat tatkla hidup di dunia. _________ . Malang, 26 Mei 2010
Penulis : Prof DR. H. Mudjia Rahardjo
Pembantu Rektor I Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang