Penyingkapan diri

Penyingkapan diri

Manusia sebagai mahluk sosial, kepuasan dan keberhasilan hidupnya tidak terlepas dari keberhasilannya dalam berinteraksi dengan orang lain. Hubungan dengan seseorang atau lebih adalah bagian dari kehidupan kita setiap hari. Hubungan itu sangat beragam; dari hubungan seperti hubungan antara sepasang kekasih, hubungan pertemanan, hubungan antara orang tua dan anak, guru dan murid, pimpinan dan pengikutnya dan banyak lagi hubungan lain yang terjadi secara sengaja atau tidak dengan orang yang kita temui setiap hari.

Penyingkapan diri adalah faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam hubungan antar manusia, dan meskipun beragam teori yang sudah digunakan untuk menjelaskannya namun harus disadari bahwa penyingkapan diri adalah persoalan yang sangat kompleks dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Teori-teori dan penelitian psikologi sosial tentang hal ini pada beberapa tahun terakhir lebih di fokuskan pada mengapa dan bagaimana hubungan itu dibentuk (dimulai), dipelihara dan dibubarkan.

1. Definisi Penyingkapan Diri

23

Menurut Holmes & Rempel dalam Myers (1999) penyingkapan diri adalah aspek kedekatan yang memungkinkan seseorang menyingkap diri dan pikirannya bagi orang lain. Holmes & Rempel menambahkan bahwa Informasi yang dikomunikasikan sehubungan dengan penyingkapan diri meliputi relasi tentang suatu hal dan tentang sesuatu yang sifatnya dirahasiakan. Penyingkapan diri dapat memperbaiki efektivitas komunikasi. Komunikasi yang kurang terbuka seperti bila terjadi pada anak dan orang tua diasumsikan sebagai salah satu penyebab penyimpangan perilaku. Pendapat di atas senada yang dikemukakan Devito (1995) yang mengartikan penyingkapan diri sebagai sebuah proses memberikan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain.

Kedua definisi di atas tampaknya lebih menekankan faktor kedekatan sebagai sebuah modal untuk menyingkap diri dan membagi informasi diri bahkan sampai pada persoalan yang sifatnya sangat dirahasiakan. Dengan perkataan lain penyingkapan diri adalah akibat dari suatu kedekatan. Tanpa kedekatan penyingkapan diri tidak akan terwujud.

Berbeda dengan definisi di atas, Hendrick (1981) lebih melihat penyingkapan diri sebagai sebuah hubungan dimana aspek kepercayaan menggantikan kecemasan dan kita bebas untuk menyingkap diri kita tanpa takut apakah kita akan kehilangan diri kita sendiri. Lebih lanjut Hendrick (1981) menambahkan dalam kerangka teori

pertukaran, penyingkapan diri dapat dilihat sebagai sesuatu yang mengandung proses pertimbangan untung rugi antara yang menyingkap diri dengan yang mendengar.

Definisi yang dikemukakan Hendrick (1981) lebih melihat penyingkapan diri sebagai sebuah proses pertukaran informasi, artinya jumlah informasi yang akan diberikan seseorang tentang dirinya sangat tergantung dari informasi yang ia dapatkan tentang lawan bicaranya. Dengan kata lain terdapat kemungkinan bahwa proses penyingkapan diri itu terhenti apabila tidak terjadi proses tawar-menawar yang imbang.

Johnson (1993) mendefinisikan penyingkapan diri sebagai upaya mengungkap reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu kita yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita terhadap keadaan atau situasi saat ini. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan. Johnson (1993) lebih jauh menjelaskan bahwa penyingkapan diri melibatkan pengalaman pribadi yang disampaikan pada orang lain sebagai bentuk care atau sebuah perhatian untuk dapat membantu seseorang menghadapi keadaan yang sedang dihadapinya.

Definisi yang beragam ini memberikan kepada kita suatu kesimpulan yakni, penyingkapan diri akan dimulai dalam sebuah hubungan. Hubungan tersebut melibatkan sebuah bentuk komunikasi sebagai proses pemahaman dan saling mengenal. Kepercayaan atau kedekatan adalah hal yang penting ketika seseorang mulai menyingkap diri, dan hubungan itu akan bertahan apabila terjadi sebuah komunikasi yang imbang.

2. Faktor Pendorong Terjadinya Penyingkapan Diri

Derlega & Grzelak (dalam Taylor & Peplau, 2000) mengemukakan lima alasan utama yang mendorong seseorang menyingkap dirinya yaitu:

a. Ekspresi. Terkadang kita membicarakan keadaan perasaan kita kepada orang lain untuk melegakan hati. Misalnya setelah bekerja seharian di kantor, kita menceritakan kekesalan kita terhadap pimpinan di kantor kepada teman kita.

b. Penjernihan Diri (Self-clarification). Berbicara kepada orang atau share masalah kita kepada orang lain dapat membantu kita menjernihkan pikiran kita tentang situasi yang ada.

c. Keabsahan Sosial (Social validation). Dengan menyaksikan reaksi lawan bicara kita ketika kita terbuka kepadanya kita mungkin akan mendapat masukan berupa koreksi atau memberikan masukan mengenai cara pandang kita. Ada orang lain yang memberi masukan bahwa apa yang kita alami adalah sesuatu yang wajar atau memberi sugesti kepada kita bahwa kita pasti bisa keluar dari persoalan ini. Pada kasus yang lain seorang pendengar mungkin akan menjelaskan realita sosial.

d. Kendali Sosial (Social control ). Dengan berbicara perihal diri kita pada orang lain bukan tidak mungkin hal ini sebagai usaha membentengi hal-hal yang sangat pribadi dari diri kita. Kita membatasi hal-hal yang perlu dibicarakan dari diri kita.

e. Perkembangan Hubungan (Relationship development). Membagi informasi tentang diri kita kepada orang lain dan mempercayainya adalah hal penting untuk memulai dan meningkatkan hubungan ke arah yang lebih intim.

Senada dengan kelima hal yang diajukan Derlega & Grzelak, Johnson (1993) menyebutkan bahwa beberapa hal yang mendorong seseorang menyingkap diri terhadap orang lain adalah sebagai berikut:

a. Dorongan untuk katarsis. Seringkali seseorang menyingkap diri terhadap orang lain karena ingin meringankan beban di dada. Perasaan akan menjadi ringan apabila sesuatu yang menjadi beban telah diceritakan kepada orang lain.

b. Mencari penjelasan bagi diri sendiri. Menyingkap diri dapat memberikan jalan bagi seseorang untuk dapat memahami keyakinan, pendapat, pikiran, sikap dan perasaannya, dengan cara membicarakan hal tersebut dengan orang lain. Jika hal ini berjalan sesuai dengan rencana, maka akan muncul sebuah reaksi berbentuk sebuah penjelasan bahwa dirinya menyesal telah melakukan ini.

c. Memberi pengesahan terhadap diri sendiri. Menyingkap diri pada orang lain dapat juga menghilangkan keragu-raguan, ketidakyakinan seseorang akan dirinya sendiri. Menyingkap diri bagi orang lain dapat menjadi semacam dukungan sosial untuk mengesahkan apa yang menjadi ketidakpastian bagi seseorang.

d. Timbal balik. Seseorang akan menyingkap dirinya pada orang lain karena ia berharap orang lain akan menyingkap dirinya pada dia. Jika proses yang diharapkan tidak terjadi maka kemungkinan hubungan itu tidak dilanjutkan.

e. Membentuk kesan tertentu. Kesan diri akan diciptakan seseorang dengan menyingkap diri, apabila ia merasa perlu menunjukkan sebuah kesan penyingkapan diri, atau mudah beradaptasi dalam segala lingkungan. Penyingkapan diri lebih pada upaya penciptaan kesan atau image.

Alasan yang dikemukakan Johnson (1993) pada uraian di atas memberi gambaran bahwa penyingkapan diri awalnya muncul dari kebutuhan individu untuk memberi keseimbangan pada keadaan dirinya. Berbagai hal dan peristiwa yang melingkupi dirinya dalam interaksi sosial yang dijalaninya terkadang membutuhkan sebuah sarana pelepasan seperti penyingkapan diri. Menyingkap diri pada orang lain seperti halnya membagi beban dan mencari dukungan sosial yang menguatkan seorang individu untuk tetap menjaga keseimbangan jiwanya.

3. Manfaat dan Kerugian Melakukan Penyingkapan Diri

Manfaat dan dampak penyingkapan diri menurut Johnson (1993) terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut :

a. Penyingkapan diri merupakan dasar dari hubungan yang sehat antara dua orang.

b. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang tersebut akan menyukai diri kita.

c. Seseorang yang rela menyingkap diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif, dan inteligen, yakni sebagian dari ciri-ciri orang yang matang dan bahagia.

d. Menyingkap diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.

e. Menyingkap diri berarti bersikap realistik. Maka penyingkapan diri yang kita lakukan harus jujur, tulus dan autentik.

Jourard (1964), mengemukakan resiko penyingkapan diri ke dalam beberapa kategori yaitu :

a. Penyingkapan diri dapat menyebabkan terjadinya penolakan

b. Penyingkapan diri dapat mengarahkan pembentukan kesan negatif.

Penyingkapan diri mengenai informasi yang kurang menarik kurang sepenuhnya mengarahkan penolakan secara total, namun dapat menciptakan kesan negatif yang mengurangi rasa hormat dan harga diri.

c. Penyingkapan diri dapat mengarahkan pada penurunan kepuasan yang sudah dicapai dari suatu hubungan. Hubungan dapat melemah ketika keinginan dan kebutuhan anggotanya berbeda.

d. Penyingkapan diri dapat mengarahkan pada hilangnya kontrol atas hubungan.

Sekali saja seorang bercerita tentang kelemahannya yang merupakan suatu

rahasia, maka kontrol atas bagaimana pandangan orang lain terhadapnya akan berkurang.

e. Penyingkapan diri mungkin menyakiti orang lain. Penyingkapan informasi yang tersembunyi mungkin membuat perasaan seseorang menjadi lebih baik untuk sementara waktu, tetapi mungkin tidak demikian dengan orang lain terutama orang yang merasa tidak aman dan mempunyai harga diri rendah.

f. Berbohong sering memberikan keuntungan lebih besar bagi pendengar.

Kejujuran tidak selalu merupakan hal yang terbaik.

Menyingkap diri ternyata bukan sesuatu hal yang tanpa resiko. Pernyataan Jourard (1964) mau menunjukkan bahwa penyingkapan diri bukan sesuatu hal yang lahir instant. Proses yang menyertai ataupun mendahului penyingkapan diri perlu diperhitungkan secara matang, agar tidak merugikan diri individu yang menyingkap diri atau justru merusak sebuah hubungan yang telah dirintis.

4. Proses dan Model Penyingkapan Diri

Johnson (1993) mengemukakan bahwa menyingkap diri tidak sama dengan mengungkapkan detail-detail dari masa lalu kita. Penyingkapan diri memiliki dua sisi yaitu, bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu apabila terjadi kepada dua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita dan orang lain. Hal ini terlihat pada skema berikut ini.

Menyadari diri sendiri,

siapa saya, seperti apa diri saya

Menerima diri anda,

menyadari aneka kekuatan dan kemampuan anda

+ + Menerima diri

Menyadari orang lain, siapa

anda, seperti apa diri anda

sendiri,menyadari aneka

Dapat dipercaya dengan

cara menerima dan mendukung anda , bekerja sama dengan anda, bersikap terbuka dengan anda.

kekuatan dan kemampuan saya

+ +

Mempercayai anda untuk

menerima dan mendukung saya, bekerjasama dengan saya, bersikap terbuka dengan saya

= =

Bersikap terbuka kepada

anda, membagikan aneka gagasan dan perasaan saya, dan membiarkan anda tahu siapa saya

Bersikap terbuka bagi anda, menunjukkan perhatian pada aneka gagasan dan perasaan anda serta siapa diri anda.

Gambar. 1

Proses Penyingkapan diri ( Johnson, 1993 ). hal. 41

Salah satu model penyingkapan diri yang dikenal adalah apa yang di kemukakan Joe Luft dan Harry Ingham (dalam Johnson, 1993). Keduanya melukiskan diri kita ibarat sebuah ruangan berserambi empat yang mereka sebut jendela johari sesuai nama depan mereka. Serambi pertama berisi hal-hal yang kita ketahui dan diketahui orang lain, maka disebut daerah terbuka. Serambi kedua berisi

hal-hal yang tidak kita ketahui namun diketahui oleh orang lain, maka disebut daerah buta. Serambi ketiga berisi hal-hal yang kita ketahui namun tidak diketahui orang lain, maka disebut daerah tersembunyi. Serambi keempat berisi hal-hal yang tidak kita ketahui baik oleh diri kita sendiri maupun oleh orang lain, dan disebut daerah tak sadar.

DIRI SENDIRI

1

DaerahTerbuka

2

Daerah Buta

3

Daerah Tersembunyi

4

DaerahTak Sadar

TAHU TIDAK TAHU

TAHU

ORANG LAIN

TIDAK TAHU

Gambar. 2

Daerah-daerah dalam diri kita; Joe Luft dan Harry

Ingham ( dalam Johnson, 1993 ), hal. 42

Diasumsikan, banyak energi harus dikeluarkan untuk menyembunyikan informasi terhadap diri kita sendiri maupun terhadap orang lain dan semakin banyak informasi yang diketahui maka komunikasipun akan semakin jelas. Dengan demikian dari gambar di atas dapat kita simpulkan bahwa membangun sebuah hubungan adalah usaha memperluas daerah terbuka serta mengurangi daerah buta dan daerah tersembunyi kita masing-masing. Dengan semakin menyingkap diri, kita mengurangi daerah tersembunyi. Daerah buta kita kurangi dengan cara meminta orang lain mau semakin menyingkap diri pada kita. Kita mengurangi daerah tersembunyi kita dengan

memberikan informasi kepada orang lain agar mereka bereaksi atau menanggapi. Dengan cara tersebut mereka akan menolong kita mengurangi daerah buta kita. Kita meningkatkan keinsafan diri kita dengan mengurangi daerah buta kita, dan hal ini menolong kita untuk semakin menyingkap diri kepada orang lain. Luas masing- masing serambi pada gambar di atas (Gbr.2) adalah luas sebelum seseorang membangun relasi dengan orang lain. Hubungan itu seperti yang digambarkan berikut

ini.

1

2

3

4

Gambar. 3

Pada Awal Hubungan Joe Luft dan Harry

Ingham ( dalam Johnson, 1993 ), hal. 43

Tampak pada gambar bahwa daerah 1 yaitu daerah sebelum kita membangun relasi dengan orang lain adalah daerah yang paling kecil. Jadi sangat sedikit yang kita tahu tentang orang lain begitupun sebaliknya. Daerah yang paling besar justru daerah

1, 2 dan 4 yaitu daerah buta dan daerah tak sadar yakni daerah yang banyak tidak diketahui dan disadari baik oleh diri kita maupun oleh lawan bicara kita.

Tujuan dari hubungan yang dibangun dengan orang lain justru untuk memperluas daerah 1 serta memperkecil daerah 1, 2 dan 4 seperti yang di gambarkan

berikut ini.

1

2

3

4

Gambar. 4

Setelah Hubungan Berkembang; Joe

Luft dan Harry Ingham

( dalam Johnson, 1993 ), hal. 43

Pada gambar 4 di atas tampak bahwa setelah kita berhubungan dan saling membuka diri maka daerah 1 yakni daerah terbuka dimana kita dan lawan bicara kita sama-sama mengetahui, menjadi luas. Daerah buta, daerah tersembunyi dan daerah tak sadar diminimalkan.

Pemaparan di atas secara ringkas mau menjelaskan bahwa tujuan dari sebuah hubungan itu adalah terjadinya sebuah keterbukaan yang imbang dan saling mengenal secara mendalam, sehingga semakin banyak hal yang diketahui bersama dan semakin sedikit kerahasiaan di antara kita dan lawan bicara kita.

Add comment


Go to top