MEMPERKOKOH PONDASI KEISLAMAN

Dr. H. Uril Bahruddin, MA

Marilah kita perhatikan sejenak rumah kita yang kita tempati, sebuah bangunan yang kita rasakan kenyamanannya ketika kita berada di dalamnya. Paling tidak ada beberapa unsur yang menopang sebuah bangunan itu agar dapat berdiri kokoh dan nyaman untuk ditempati. Misalnya saja kita ingin membangun rumah, sesederhana apapun bangunan rumah kita mestinya harus memenuhi tiga unsur dasar sebuah bangunan yaitu; pondasi, struktur bangunan utama dan atap.
Meskipun tidak nampak saat bangunan itu sudah selesai, pondasi merupakan unsur paling prinsip dari sebuah bangunan, keberadaannya tidak boleh diabaikan. Dalam membangun sebuah bangunan perlu perencanaan pondasi yang matang, karena salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan dan keamanan sebuah bangunan adalah pondasi. Menurut ahli arsitek fungsi pondasi digambarkan sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut.
Unsur kedua yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah bangunan adalah struktur atau bangunan utamanya. Keindahan sebuah bangunan akan nampak dari struktur bangunan yang dipilih, begitupula kenyamanan orang yang tinggal dalam bangunan tersebut sangat dipengaruhi dengan desain setruktur bangunannya. Betapapun kuatnya pondasi, jika tidak ditopang dengan struktur bangunan yang indah, maka orang yang tinggal di dalamnya tidak akan merasa nyaman. Apalagi kalau hanya berupa pondasi saja dan tidak ada bangunannya, maka belum bisa dikategorikan sebagai bangunan yang bisa dimanfaatkan.
Demikian juga terkait dengan atap bangunan. Atap adalah penutup bangunan sebelah atas. Atap merupakan struktur dari sebuah bangunan yang terletak di bagian paling atas yang berfungsi untuk menutupi struktur-struktur di bawahnya. Sehingga fungsi utama atap adalah untuk melindungi bangunan dari perubahan cuaca baik panas, hujan, salju, petir, angin, debu, dan sebagainya. Atap juga memiliki fungsi proteksi untuk menutupi ruangan yang berada di bawahnya, menahan radiasi panas yang berlebihan, mencegah tampias hujan, dan mengurangi pergerakan angin. Pada perkembangannya, atap pun mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi estetika suatu bangunan.
Dalam membanguan kehidupan kita sebagai seorang muslim, hakekat dari ber-Islam itu sama halnya dengan membangun sebuah bangunan. Agar bangunan ke-Islam-an kita kokoh, indah dan nyaman, maka paling tidak memerlukan tiga unsur utama tersebut di atas.
Pondasi inti dalam ajaran agama Islam adalah keimanan. Karena itu dalam banyak hal, Allah swt. selalu mengaitkan amal perbuatan seseorang dengan keimanan. Kebaikan yang dilakukan oleh manusia tidak aka nada nilainya sama sekali ketika manusia yang melakukan tidak beriman kepada Allah. Abu Thalib, dengan seluruh peran kebaikan yang dilakukan untuk dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. menjadi tidak bernilai sama sekali ketika dia belum mengikrarkan dirinya sebagai muslim.
Karena pentingnya keimanan tersebut, dan Rasulullah sangat berharap agar kebaikan yang dilakukan oleh pamannya itu tidak sia-sia, maka beliau berusaha sekuat tenaga agar di akhir kehidupan pamannya dapat mengikrarkan keimanan. Ternyata ketentuan Allah berbicara lain, paman beliau tidak mau mengikuti keinginan baginda nabi Muhammad saw., dia lebih memilih tetap berada pada agama nenek moyangnya.
Disamping pondasi inti yang berupa Iman, bangunan Islam juga dibangun di atas lima landasan. Lima landasan tersebut secara tegas disampaikan oleh Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, beliau bersabda: “Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat, bahwa tiada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan”.
Dalam hadis tersebut, syahadat disebutkan pada urutan pertama berarti secara prinsip merupakan spirit untuk empat landasan yang lain. Empat landasan berikutnya harus berdiri kokoh diatas pondasi syahadat. Sehingga segala macam ibadah seperti mendirikan shalat, membayar zakat, melaksanakan ibadah haji, dan puasa di bulan Ramadhan tidak sah dan tidak diterima oleh Allah swt. jika dilakukan tanpa berpijak pada syahadat. Karena pentingnya masalah keimanan sebagai landasan dan pondasi setiap aktifitas manusia, hingga dalam kitab hadis Sahih Muslim disebutkan satu bab khusus yang berbunyi, Bab: Barangsiapa Tidak Beriman, Maka Amal Shalih Tidak Berguna Baginya.
Dalam bab tersebut dikisahkan salah satu hadis, dimana Aisyah bertanya kepada baginda Nabi Muhammad saw, “Ya Rasulullah, Ibnu Jud’an semasa jahiliyah bersilaturahim dan memberi makan orang miskin. Apakah perbuatannya itu bermanfaat baginya?”. Kemudian Nabi menjawab, “Tidak bermanfaat baginya, karena dia tidak pernah suatu hari pun berkata, ‘Ya Rabbi, ampunilah kesalahanku pada hari Pembalasan’”, yaitu karena tidak melandasi amal kebaikannya dengan landasan keimanan kepada Allah swt.
Sudah barang tentu, kita harus bersyukur kepada Allah swt. karena kita sudah berada dalam keimanan ini, sehingga dengan izin Allah segala sesuatu yang kita lakukan akan bermanfaat bagi kita dan diterima di sisi Allah swt. Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa keimanan seseorang seringkali terganggu sehingga menjadi lemah. Karena itu, upaya untuk selalu memperkokoh pondasi ke-Islam-an ini harus selalu dilakukan. Khawatir jika gangguan keimanan itu semakin besar, bukan hanya berakibat melemahkan keimanan, tapi bisa juga merontokkannya.
Semoga kita senantiasa dapat selalu memperkokoh pondasi ke-Islam-an kita, hingga bangunan Islam yang kita dirikan dalam diri kita dapat berdiri tegak dengan sempurna. Wallahu a’lam.
===============
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Add comment


Go to top