Tipe Kepribadian Extravert dan Introvert
Bersamaan dengan perkembangan teori dan penelitian dalam psikologi kepribadian, minat para ahli psikologi terhadap perbedaan dan ciri khas kepribadian antar individu semakin meningkat. Hal ini nampak dari munculnya usaha-usaha ilmiah dari para ahli untuk mulai melakukan penggolongan- penggolongan kepribadian individu berdasarkan cirinya yang unik ke dalam model-model maupun tipe-tipe kepribadian (Suryabrata, 1998). Kepribadian dapat ditinjau dari berbagai macam pendekatan, salah satu diantaranya berdasarkan perspektif disposisi. Menurut perspektif disposisi, kepri-badian dapat dibedakan berdasarkan tipenya (Carver dan Scheier, 1996).
Salah satu contoh penggolongan kepribadian yang didasarkan atas tipologisnya adalah tipe kepribadian extravert dan introvert. Tipe kepribadian ini pertama kali dikemukakan oleh Carl Gustav Jung yang menganut aliran psikoanalisis, dengan teorinya tentang struktur kesadaran manusia (Eysenck,
1950). Menurut Jung (dalam Suryabrata, 1998), struktur kesadaran manusia digolongkan menjadi dua , yaitu : (a) Fungsi jiwa dan (b) sikap jiwa. Fungsi jiwa yaitu suatu bentuk aktivitas kejiwaaan yang secara teoritis tidak mengalami perubahan dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan fungsi jiwa secara rasional, yaitu pikiran dan perasaan, dan secara irasional yaitu pendriaan dan intuisi. Sikap jiwa merupakan arah dari energi psikis umum atau libido yang menjelma ke dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Orientasi jiwa terhadap dunianya dapat mengarah ke dalam maupun ke luar.
Jung juga menyatakan bahwa pada dasarnya dalam diri individu terdapat dua kecenderungan tipe kepribadian yang berlawanan arah, namun selalu salah satu kecenderungan tampak dominan dan yang lainnya inferior. Kecenderungan tipe kepribadian yang dominan terdapat pada kesadaran, sebaliknya kecenderungan kepribadian yang inferior berada dalam ketidaksadaran. Artinya, bila dimensi introvert lebih dominan maka dimensi tersebut berada dalam kesadaran manusia, sedangkan dimensi extravert sifatnya inferior dan terletak dalam ketidaksadaran, begitu juga sebaliknya (Suryabrata, 1998).
Pada perkembangan berikutnya, seorang ahli bernama Hans. J. Eysenck juga memaparkan teori tentang tipe kepribadian extrovert-introvert. Eysenck dalam memaparkan teorinya tentang ektrovert-introvert dipengaruhi oleh apa yng dinyatakan oleh Jung (Suryabrata, 1998). Eysenck (1950) membedakan kepribadian ke dalam dua tipe, yaitu extrovert dan intravert untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungannya dan dalam tingkah laku sosial. Eysenck juga menyatakan bahwa tipe kepribadian extravert dan intravert menggambarkan keunikan individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai perwujudan karakter, temperamen, fisik dan intelektual individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tipe kepribadian extravert dan introvert merupakan suatu dimensi yang bergerak dari satu ujung ke ujung yang lain pada suatu kontinum. Eysenck (1976) juga menyatakan bahwa kecenderungan tipe kepribadian extravert dan introvert tersebut bekerja saling melengkapi satu sama lain yang berorientasi pada keseimbangan jiwa individu.
Menurut Jung (Carver & Scheier,1996) seorang bertipe kepribadian introvert cenderung untuk lebih senang menyendiri, pemalu dan dalam interaksi sosial lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memungkinkan sendirian. Bila menghadapi masalah cenderung sendirian. Sementara itu Sugiyanto dan Adiyanti (1983) menyatakan seorang introvert cenderung untuk menghindari percaturan sosial, mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada keperluan untuk meluaskan pergaulan atau hubungan dengan orang lain. Hal ini tidak berarti negatif karena tidak jarang mereka mampu berprestasi secara menakjubkan. Seorang introvert bersembunyi bukan sekedar untuk merenung, mungkin mereka sedang berpikir tentang sesuatu obyek atau mempelajari sesuatu yang belum dimengerti, bahkan mungkin sedang terjadi suatu proses kreatif di dalam dirinya (Jung, dalam Mischel dan Mischel, 1973).
Eysenck (Carver dan Scheier, 1996) menyebutkan bahwa orang-orang berkepribadian introvert cenderung berhati-hati, terkontrol, kalem dan penuh pertim-bangan dalam perilaku mereka. Jika mengalami ketidakstabilan emosi cenderung murung, pesimis, cemas., meskipun demikian mereka memiliki taraf intelektualitas tinggi, perbendaharaan kata baik, teliti tetapi lamban, taraf aspirasi tinggi, cenderung keras kepala, agak kaku, dalam keadaan stabil seorang introvert nampak riang dan tenang. Sebaliknya seorang bertipe kepribadian extravert adalah seorang yang tidak pernah “diam”, hidup adalah untuk pergaulan. Mereka tidak pernah terlepas dari kesibukan yang melibatkan kehadiran orang lain (Sugiyanto dan Adiyanti, 1983). Eysenck ( 1950) menyatakan seorang individu yang bertipe kepribadian introvert orientasi jiwanya terarah ke dalam dirinya,
dalam pengambilan keputusan maka nilai-nilai subyektif berperanan penting. Individu bertipa kepribadian extrovert, orientasi jiwanya terarah ke luar, kepada obyek dan hubungan antar obyek. Individu yang bertipe kepribadian extrovert tipikal bersifat sosiabel, nilai-nilai obyektif berperan penting, membutuhkan orang lain untuk diajak bicara dan tidak menyukai aktifitas sendiri, menyukai perangsangan, suka melakukan tindakan beresiko secara tiba-tiba, umumnya impulsif, suka pada perubahan, cenderung agresif dan perasaannya tidak di bawah kontrol yang ketat. Sebaliknya, seorang introvert tipikal adalah seorang pemalu, suka menyendiri dan menjaga jarak dengan orang lain, tidak percaya pada impuls seketika, tidak menyukai perangsangan, suka hidup teratur, perasaannya di bawah kontrol yang ketat, menjunjung nilai-nilai etis.