Umum

Menulis Berita dan Artikel Keagamaan

Menulis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, terutama bagi orang yang telah terbiasa melakukannya. Dan demikian pula sebaliknya, bagi orang yang tidak biasa, terasa tersiksa tatkala mendapatkan tugas menulis. Bagi orang yang memiliki hobi memberi sesuatu kepada orang lain, maka menulis menjadi sama artinya dengan telah menyalurkan hobinya itu.

Asal sudah ada kemauan, menulis bukan pekerjaan yang sulit. Kegiatan itu sama saja dengan bercakap-cakap sehari-hari. Kemudahan itu menjadi lebih terasa lagi tatkala alat tulis menulis modern sudah tersedia, yaitu berupa computer yang ada di rumah, di kantor dan bahkan alat itu bisa dibawa ke mana-mana. Sekarang ini, tidak sebagaimana zaman dulu sebelum alat tulis tersebut ditemukan dan tersedia, menulis menjadi sedemikian mudah. Sebelum ada computer, tatkala seseorang mau menulis, maka harus mencari kertas, pulpen, penghapus, atau mesin ketik. Sekarang ini asalkan mau, kegiatan tulis menulis selain mudah dan juga bisa cepat dilakukan. Setelah ada laptop, IPAD dan bahkan dengan HP pun bisa digunakan menulis, maka orang bisa menuangkan ide dan gagasannya di mana saja . Mungkin sekarang ini, yang sulit adalah membuat orang mau menulis. Ibarat makanan, sekarang ini sudah sedemikian banyak tersedia makanan di mana-mana. Yang diperlukan adalah nafsu makan, yang dalam konteks ini adalah kemauan atau semangat menulis. Orang yang punya semangat, atau hobi menulis, sekarang ini sebenarnya telah menemukan momentumnya. Sedemikian mudah hobi itu disalurkan dan juga menyampaikan hasilnya kepada khalayak luas. Untuk mempublikasikan hasil tulisan, selain tersedia media massa seperti koran, majalah, maka juga telah terdapat website, facebook, scrib dan lain-lain. Kita tidak bisa membayangkan para ilmuwan atau ulama pada zaman dulu, sekalipun alat-alat semacam itu belum tersedia, tetapi mereka telah berhasil menulis buku-buku tebal yang bisa kita warisi hingga sekarang. Memperhatikan kenyataan itu, maka sebenarnya yang perlu dikembangkan adalah kemauan untuk menulis. Tatkala ada kemauan maka dalam keadaan apapun, kemauan itu bisa tersalurkan. Begitu pula sebaliknya, manakala kemauan itu tidak ada, sekalipun telah tersedia alat-alat canggih dan mudah didapat, maka alat-alat tersebut tidak akan ada artinya apa-apa. Menumbuhkan Kemauan Menulis Kemauan atau iradah adalah milik Tuhan. Manusia tidak memilikinya. Oleh karena itu dalam kenyataan sehari-hari, ada orang yang memiliki kemauan keras, tetapi sebaliknya ada pula orang yang sama sekali tidak memilikinya. Orang yang memiliki kemampuan dan kemauan keras itu disebut sebagai telah dikaruniai pembawaan atau bakat. Orang yang dikaruniai hal itu, --------kemauan keras atau bakat menulis, maka akan mudah mengembangkannya dan demikian pula sebaliknya. Melihat kenyataan itu, saya memiliki keyakinan bahwa kemauan itu bisa diminta kepada pemilik-Nya, yaitu dengan cara berdoa. Pertemuan untuk mengembangkan kemampuan tulis-menulis yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Jawa Timur seperti pada saat sekarang ini adalah penting dilakukan, walaupun tidak selalu kemudian dengan serta merta berhasil menumbuhkan kemauan menulis sebagaimana yang diharapkan. Para ulama atau ilmuwan terdahulu sekalipun dalam keterbatasannya, telah melakukan penulisan buku dalam jumlah banyak dan tebal-tebal, oleh karena mereka dikaruniai kemauan oleh Dzat Yang Maha Memilikinya itu. Sedangkan banyak orang justru pada saat alat-alat canggih telah tersedia tidak memiliki kemauan menulis. Maka pertemuan seperti ini, saya pahami merupakan sebagai bagian dari doa atau permohonan kepada Allah swt., agar diberikan kemauan, baik untuk menulis berita atau naskah keagamaan. Cara memohon atau berdoa juga bisa dilakukan dengan melihat dan membaca buku-buku yang pernah ditulis oleh banyak penulis. Dengan melihat dan membaca banyak buku, kalau memang kemudian diberi oleh Tuhan, maka kemauan itu akan muncul. Oleh karena itu, saya lebih suka mengajak untuk memohon kepada Allah swt., agar dikaruniai semangat atau kemauan, sebagai penyempurna dari usaha yang bisa dilakukan. Kemauan yang mulia itu hanya milik Allah, sedangkan manusia tidak memiliki, kecuali mereka yang diberi oleh-Nya. Membangun Ide atau Gagasan yang Akan Ditulis Tatkala kemauan menulis sudah muncul, maka persoalan berikutnya adalah bagaimana menemukan ide atau gagasan yang akan ditulis. Seringkali ada saja orang mengeluh, karena kekurangan ide atau bahan yang akan ditulis. Padahal tatkala seseorang sedang menghadapi kekurangan ide itu sebenarnya ia sudah memiliki ide yang bagus untuk ditulis, yaitu ide tentang bagaimana suasana pikiran tatkala sedang tidak memiliki ide itu. Terlalu banyak hal yang ada di sekitar kita yang perlu ditulis. Sebagai seorang muslim, lebih-lebih para pejabat di kementerian yang bertugas memberikan penerangan agama, maka ada dua sumber pengetahuan yang bisa digali untuk selanjutnya ditulis, yaitu ayat-ayat qawliyah berupa al Qurán dan hadits nabi dan ayat-ayat kawniyah yaitu alam semesta ini. Sebagai seorang muslim yang memiliki kesadaran untuk berbagi dan peduli kepada orang lain, maka ada saja pengetahuan, pemikiran, pandangan, gagasan yang bersumberkan dari ayat-ayat qawliyah dan kawniyah tersebut untuk dibagikan kepada orang lain melalui tulisan. Sumber-sumber itu tidak akan pernah kering atau habis, dan selalu bermanfaat bagi banyak orang. Namun demikian, saya seringkali masih diminta untuk memberikan jawaban yang lebih konkrit bagaimana mendapatkan ide atau gagasan yang akan ditulis. Atas pertanyaan itu saya selalu menjawab bahwa pikiran, pandangan atau ide seseorang sebenarnya tergantung pada dua hal saja, yaitu pada kualitas pergaulan dan bacaannya sehari-hari. Dua hal itulah sebenarnya yang mempengaruhi produk-produk ide seseorang. Seseorang yang pergaulan dan bacaannya terbatas, maka ide yang dimiliki juga akan terbatas, dan demikian pula sebaliknya. Orang yang banyak bergaul dan bacaannya luas, maka akan selalu memiliki ide, pikiran, dan gagasan yang berkualitas. Semua potensi itu akan selalu muncul dari keluasan bacaan dan pergaulannya. Bagi saya pergaulan yang tidak boleh ditinggalkan adalah dengan Dzat Yang Maha Kuasa dan demikian pula bacaan yang paling berkualitas dan tidak boleh dilupakan adalah kitab suci yang disampaikan lewat Rasul-Nya. Pergaulan dengan Dzat Yang Maha Kuasa dilakukan dengan cara menjalankan kegiatan ritual sehari-hari, sedangkan bacaan yang tidak boleh ditinggalkan adalah kitab suci al Qurán. Melalui dua cara itu, maka ide atau gagasan akan selalu muncul pada setiap saat dan kemudian ditulisnya. Sudah barang tentu, selain dari dua sumber tersebut, hal yang bersifat lebih teknis, bisa diperoleh melalui kegiatan silaturrahiem dengan banyak orang dan juga membaca karya-karya mereka berupa tulisan atau lainnya. Dengan cara itu, maka siapapun tidak akan kekurangan ide yang sekiranya perlu dibagi melalui tulisan sehari-hari. Menuangkan Ide atau Gagasan Dalam Bentuk Tulisan Sebenarnya telah banyak petunjuk tentang bagaimana menulis berita dan atau artikel, termasuk artikel keagamaan. Tulisan-tulisan semacam itu dengan mudah bisa didapatkan di mana-mana. Pada saat sekarang ini, pengetahuan teknis tentang hal itu sudah membanjir, sehingga dengan sangat mudah bisa ditemukan di mana-mana. Selain melalui buku, petunjuk-petunjuk berupa diktat, juga bisa didapatkan melalui google, website, scribb dan lain-lain. Membaca petunjuk atau pedoman tata cara menulis adalah penting dilakukan. Akan tetapi tatkala sedang menulis, ------menurut pengalaman saya, terlalu mengingat-ingat pedoman yang seharusnya diikuti, justru menghambat kelancaran dalam menulis. Dengan terlalu banyak mengingat petunjuk dan pedoman yang seharusnya diikuti, maka ide-ide yang orisinal menjadi tidak keluar dengan lancar, tulisan menjadi kaku, sehingga hasil tulisannya kadang menjadi kurang komunikatif, sehingga menjadi sulit dipahami maksudnya. Selama ini saya lebih menyukai menulis apa yang saya tahu dan dengan cara saya sendiri. Tatkala menghadap computer untuk menulis, maka saya memulainya dari apa yang saya tahu dan atau ingat. Tatkala sedang menulis, saya selalu membayangkan bahwa yang ada di depan saya bukan saja computer, melainkan seolah-olah terdapat banyak orang yang sedang saya ajak berdialog dan beri penjelasan. Dengan cara membayangkan bahwa di depan saya ada banyak orang yang saya ajak berdialog, berbicara, berbagi-bagi pengetahuan, maka pekerjaan menulis itu menjadi jauh lebih mudah dan menyenangkan daripada harus mengingat-ingat tata cara menulis, mengatur sistematika tulisan, dan apalagi harus sibuk menata bahasanya. Tatkala sedang menulis, saya tidak mempedulikan pernik-pernik aturan yang harus saya ikuti. Bagi saya, yang penting, bahwa orang-orang yang seolah-olah ada di depan saya menjadi mengerti dan paham terhadap apa yang saya bicarakan lewat tulisan itu. Mengikuti pedoman tentang tulis menulis, apapun memang perlu, lebih-lebih tatkala menulis artikel atau karya ilmiah. Akan tetapi yang jauh lebih penting dari itu ialah bahwa tulisan yang dibuat hendaknya komunikatif, artinya dari tulisan itu berhasil digunakan untuk menyampaikan idea tau gagasan yang dimaksud. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa, sebenarnya ada seni dalam tulis menulis, yaitu di antaranya seni menyampaikan ide atau gagasan, seni memilih kata, menyusun kalimat dan lain-lain, sehingga dengan demikian, masing-masing orang memiliki ke khasannya sendiri-sendiri. Sudah barang tentu, cara yang selama ini saya gunakan tidak selalu sama dengan yang dilakukan oleh banyak orang. Pada setiap pagi, setelah selesai shalat subuh dan membaca al Qurán beberapa halaman, saya memulai menulis. Kegiatan itu biasanya saya lakukan antara setengah sampai satu jam dan kemudian saya posting melalui website dan facebook, agar sekiranya dibaca oleh mereka yang berminat membacanya. Akhirnya, demikian itulah pengalaman menulis yang selama ini saya lakukan, sebagai bagian dari kegiatan rutin sehari-hari pada setiap pagi bakda subuh. Oleh karena kegiatan itu sudah menjadi kebiasaan dan bahkan kesenangan, maka saya lakukan dengan mudah. Bahkan terasa ada sesuatu yang kurang atau hilang, tatkala misalnya saya tidak menulis. Menurut hemat saya, sesuatu pekerjaan akan menjadi mudah dan menyenangkan apabila sudah terbiasa dijalankan. Seseorang akan mendapatkan kesenangan dari menulis kalau sehari-hari melakukannya, dan demikian pula sebaliknya, akan terasa tersiksa manakala tidak terbiasa. Maka, yang lebih penting dari pertemuan seperti ini, adalah mulai untuk membiasakan menulis. Wallahu a’lam. *) Tulisan ini sebagai bahan pengantar diskusi pada Acara Orientasi dan Konsultasi Tenaga Penulis Naskah dan Penerbit Islam, diselenggarakan oleh Penamas, Kementerian Agama Jawa Timur pada hari Rabu, tanggal 20 April 2011.

Penulis : Prof DR. H. Imam Suprayogo

Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Add comment


Go to top